BERMAIN DAN BERCANDA DENGAN ANAK

Bismillahirrahmanirrahim..
Belajar Parenting dari Rasulullah dan Para Sahabat (seri-3)

Bermain dan Bercanda dengan Anak

Sejenak mari kita mengambil mutiara berharga dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, sebuah pelajaran tentang bermain bersama anak-anak, baik dengan berlari-larian, menggendong, tertawa dan lain sebagainya.

Banyak sekali riwayat yang menceritakan bagaimana interaksi Rasulullah dengan anak-anak.
Salah satunya diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu:
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Aku mempunyai saudara bernama Abu Umair (namanya Futhaim). Apabila beliau datang, beliau selalu bertanya, “Wahai Abu Umair, bagaimana kabar burung pipitmu?” Dia memiliki seekor burung pipit mainannya. Suatu kali waktu shalat tiba dan beliau berada di rumah kami, beliau memerintahkan aku menyapu tikar di bawah kaki beliau kemudian disiran air. Setelah itu beliau berdiri dan kami berdiri di belakang beliau. Beliau shalat dan mengimami kami.

Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari menyatakan bahwa dalam hadits ini terdapat beberapa pelajaran berupa : bolehnya bercanda dan mengulang canda (boleh disini bersifat sunnah, bukan sekedar keringanan), bercanda dengan anak yang belum baligh diperbolehkan, mengulang mengunjungi orang yang diajak bercanda, meninggalkan sikap sonbong dan tinggi hati, dan perbedaan keadaan orang dewasa yang kalau di jalan harus bersikap wibawa sedangkan di rumah boleh bercanda.

Para sahabat radhiyallahu ‘anhum meneladani apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka bersenda gurau dan bermain bersama anak-anak mereka. Kalau mereka pulang ke rumah masing-masing, mareka menyapa anak-anak dan bercanda dengannya.

Diriwayatkan oleh ad-Dailami dan Ibnu Asakir dari Abu Sufyan: Aku masuk menemui Muawiyah yang saat itu sedang berbaring terlentang. Dia atas dadanya ada anak kecil laki-laki atau perempuan yang sedang bercanda dengannya. Aku katakan, “Turunkan anak itu, wahai Amirul Mukminin.” Dia menjawab, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa memiliki anak kecil, hendaknya bermain dengannya.”

Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seseorang di keluarganya sepatutnya bertindak seperti anak-anak, yaitu dengan kelembutan, keriangan, keramahan dan bermain bersama anak-anaknya. Apabila diperlukan, maka dia juga bisa bertindak sebagai orang dewasa.”

Umar radhiyallahu ‘anhu memecat salah seorang gubenurnya karena menemukan bukti yang kuat atas kekerasan hatinya di hadapan anak-anaknya. Muhammad bin Sallam berkata : Umar bin Khattab menunjuk seseorang untuk menjadi gubernur. Orang itu melihat Umar mencium anaknya. Orang itu berkata, “Apakah engkau menciumnya padahal engkau adalah Amirul Mukminin? Kalau aku, tidak akan aku lakukan.” Umar berkata, “Aku tidak bisa berbuat apa-apa seandainya Allah mencabut kasih sayang dari dalam hatimu. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyayangi hamba-hambaNya kecuali orang-orang yang memiliki kasih sayang.” Umar lansung memecatkan sambil mengatakan, “Engkau tidak sayang kepada anakmu, maka bagaimana engkau bisa menyayangi rakyat?”

Dengan bercanda, bermain dan bercerita dengan anak-anak inilah interaksi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan anak-anak. Beliau menyuapi jiwa mereka dengan kegembiraan dan kasih sayang yang jujur ini, jauh dari kekerasan hati dan sifat kejam serta tidak memenuhi hak anak kepadanya.

Allahu a’lam
Ambi Ummu Salman

#ambiummusalman
#islamicparenting
#propheticparenting

Add Comment