Ada beberapa istilah yang digunakan dalam Al-Qur’an untuk menunjuk kepada istilah manusia diantaranya: pertama, menggunakan kata insan, kedua, menggunakan kata an-Nas, ketiga, menggunakan kata basyar dan keempat, menggunakan kata bani adam.
Jika ditelusuri seluruhnya kata yang digunakan al-Qur’an tidak kurang dari 7 istilah yaitu: insan, ins, unas, an-nas, basyar, bani a dam atau zurriyyat adam. Adapun jumlah pengulangan kata-kata tersebut dalam al- Qur’an dapat dilihat pada tabel berikut:
No | Kata | Jumlah |
1 | Insan (الْاٍنسان) | 65 kali |
2 | Ins (الإنس) | 18 kali |
3 | Unas (أناس) | 5 kali |
4 | An- Nas (ناس) | 241 kali |
5 | Basyar (بشر) | 37 kali |
6 | Bani adam (بني آدم) | 7 kali |
7 | Zurriyat Adam | 1 kali |
Kata Insan
Penamaan manusia dengan kata insan, dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 65 kali dan tersebar dalam 43 surat. Ayat-ayat tersebut terdapat dalam surah-surah sebagai berikut:
Qs. An- nisa’ (4):28 / Qs. Al- A’raf (7) :13,53,67,83,100 /Qs. Yunus (10) :12 /Qs. Hud (11) :9 /Qs. Yusuf (12) :5 /Qs. Ibrahim (14):34 /Qs. Al- Hijr (15) :26 /Qs. An- Nahl (16) :4 /Qs. Al- Isra’(17):11 /Qs. Al- Kahfi (18):54 /Qs. Maryam (19):66,67 /Qs. Al- Anbiya’ (21):37 /Qs. Al- Hajj (22):66 /Qs. Al- Mu’minun (23):12 /Qs. Al- Furqan (25):29 /Qs. Al- Ankabut (29):8 /Qs. Al- Furqan (31):7,14 /Qs. Al- Ahzab (33):72 /Qs. Yasin (36):77 /Qs. Az- Zumar (39):8,49 /Qs. Fussilat (41):49,51 /Qs. Asy- Syura (42):48 /Qs. Az- Zukhruf (43):15 /Qs. Al- Ahqaf (46):15 /Qs. Qaf (50):16 /Qs. An- najm (53):24,39 /Qs. Ar- Rahman (55):3,14 /Qs. Al-Hasyr (59):16 /Qs. Al- Ma’arij (70):19 /Qs. Al-Qiyamah (75):3,5,10,13,14,36 /Qs. Al- insan (76):1,2 /Qs. An- Nazi’at (79):35 /Qs. Abasa (80):17,24 /Qs. AL- Infitar82:6 /Qs. Al- Insyiqaq (84):6 /Qs. At- Tariq (86):5 /Qs. Al- Fajr (89):15,23 /Qs. Al- Balad (90):4 /95:4/Qs. At Tin (96):2,5,6 /Qs. Al- ‘Alaq (99):3 /Qs. Al- ‘Adiyat (100):6 /Qs. Al- ‘Ashr (103):2.
Ibnu Manzhur menyamakan kata insan, ins, uns dan an-nas, semuanya bersumber dari akar kata anasa memiliki tiga makna. Pertama bermakna jinak lawan kata liar (khilaf al-wahsyah), kedua bermakna melihat, dan ketiga bermakna mengetahui. Kata insan, selain bermakna melihat, liar dan mengetahui, juga bisa bermakna minta izin. Kata anasa yang berarti melihat dapat ditemukan dalam surat al- Qashash, 28:29, Thaha, 20:10, dan an-Naml, 27:7. Sebagai contoh,sebagaimana ayat berikut ini, Allah Swt berfirman :
فَلَمَّا قَضَىٰ مُوسَى ٱلْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِۦٓ ءَانَسَ مِن جَانِبِ ٱلطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ ٱمْكُثُوٓا۟ إِنِّىٓ ءَانَسْتُ نَارًا لَّعَلِّىٓ ءَاتِيكُم مِّنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ
Artinya: Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan Dia berangkat dengan keluarganya, dia melihat api di lereng gunung, ia berkata kepada keluarganya: “Tunggulah (di sini), Sesungguhnya aku melihat api, Mudah –mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan. (QS. Al-Qashash, 28: 29).
Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa kata tersebut dapat bermakna lemah lembut, dan lupa. Mengenai kata insan yang dikaitkan dengan makna lupa, Ibnu Faris dalam Mu’jam Maqayis al-Lughah mengungkapkan bahwa kata insan, berasal dari kata nasiya yang mempunyai dua arti, pertama melalaikan sesuatu (lupa) dan kedua meninggalkan sesuatu. Ar-Raghib al-Asfahani dalam Mufradat alfazh al-Qur’an, mengaitkan pengertian lupa tersebut dengan istilah anāsiy dalam bentuk jama’ (plural) yang berasal dari kata ins, dengan memberikan contoh seperti firman Allah Subhanahu wa ta’ala berikut :
لِّنُحْۦِىَ بِهِۦ بَلْدَةً مَّيْتًا وَنُسْقِيَهُۥ مِمَّا خَلَقْنَآ أَنْعَٰمًا وَأَنَاسِىَّ كَثِيرًا
Agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. (QS.Al-Furqân, 25: 49)
Istilah anasiy, adalah bentuk jama’ dari insiy juga bisa dikatakan sebagai jama’ dari insan. Kata ini disebut Insan dengan wazn If’ilan yang aslinya adalah insiyan kemudian huruf ya’ nya dihadzf (dihapus). Maksud lupa disini dipahami karena manusia telah berjanji kepada Allah kemudian ia lupa.
Perjanjian yang dimaksudkan, menurut Umay M. Dja’far Shiddiq adalah perjanjian manusia tentang ketauhidan ketika berada di alam arwah sebagaimana disebutkan dalam surah al-A’raf ayat 72. Beliau menambahkan bahwa kata “Manusia” juga terambil dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata yakni “Man” dan “Nusiya”. Kata “Man” artinya makhluk Allah yang mempunyai akal, dan Nusia artinya diberi sifat lupa yaitu kata kerja bentuk pasif (fi’l majhul) dari nasiya (lupa).
Kata insan juga digunakan dalam al-Qur’an untuk menunjukkan proses kejadian manusia sesudah Adam. Kejadiannya mengalami proses yang bertahap secara dinamis dan sempurna di dalam rahim. (QS. An- Nahl, 16: 78; QS. Al-Mukminun: 23: 12-14). Penggunaan kata insan dalam ayat ini mengandung dua makna, yaitu: Pertama, makna proses biologis, yaitu berasal dari saripati tanah melalui makanan yang dimakan manusia sampai pada proses pembuahan. Kedua, makna proses psikologis, yaitu proses ditiupkan ruh-Nya pada diri manusia, berikut berbagai potensi yang dianugerahkan Allah kepada manusia.
Menurut Aisyah Abdurrahman Bintu Asy- Syati’, bahwa term al–insan yang terdapat dalam al-Qur’an menunjukkan kepada ketinggian derajat manusia yang membuatnya layak menjadi khalifah di bumi dan mampu memikul akibat-akibat taklif (tugas keagamaan) serta memikul amanat. Hanya manusialah yang dibekali keistimewaan ilmu (punya ilmu pengetahuan), al-bayan (pandai bicara), al-‘aql (mampu berpikir), attamyiz (mampu menerapkan dan mengambil keputusan) sehingga siap menghadapi ujian untuk memilih yang baik dan yang buruk, mengatasi kesesatan dan berbagai persoalan hidup yang mengakibatkan kedudukan dan derajatnya lebih dari derajat dan martabat berbagai makro organisme dan makhluk-makhluk lainnya.
Kata “Al-Ins”
Kata al-ins selalu disebut bersamaan dengan kata jin sebagai lawannya. Penyebutan kata al-ins dalam format redaksional seperti itu terdapat pada 18 ayat, yaitu al-An’am ayat 112, 127 yang diulang dua kali, dan ayat 130, al-A’raf ayat 38 dan 179, al-Isra’ 88, an-Naml 17, Fushshilat 25 dan 29, al-Ahqaf 18, adz-Dzariyat 56, al-Jin 5 dan 6, kemudian surat ar-Rahman ayat 33,39,46,74.
Kata al-ins juga bermakna nampak, sedang jin bermakna sebaliknya. Jin bermakna tertutup, sehingga manusia adalah makhluk yang nampak dan tampaknya manusia itu memberikan rasa nyaman bagi yang lainnya.
Sisi kemanusiaan pada manusia yang disebut dalam Al-Qur’an dengan kata al-ins dalam arti “tidak liar” atau “tidak biadab”, merupakan kesimpulan yang jelas, bahwa manusia insia itu merupakan kebalikan dari jin yang menurut dalil aslinya bersifat metefisik. Metafisik ini identik dengan “liar” atau “bebas” karena tak mengenal ruang dan waktu.
Kata An-Nas
Penamaan Kata an-nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 241 kali dan tersebar dalam 53 surat. Ayat-ayat tersebut terdapat dalam surah-surah sebagai berikut:
Qs. Qs. Al- Baqarah (2):8,13,21,24,44,83,94,96,102,124,125,142,143,150,159,161,164,165,1
68,185,188,189,199,200,204,207,213,219,221,224,243,251,259,264,273 /Qs. Ali Imran (3):4,9,14,21,41,46,68,79,87,96,97,110,112,134,138,140,173,187,4:1,37,38,53,54,58,77,79,105,108,114,133,142,161,165,170,174 /Qs. Al- Ma’idah (5):32,44,49,67,82,97,110,116 /Qs. Al- An’am (6):91,122,144 /Qs. Al- A’raf (7):85,116,144,158,187 /Qs. Al- Anfal (8):26,47,48 /Qs. At- Taubah (9):3,34 /Qs. Yunus (10):2,11,19,21,23,24,44,57,60,92,99,104,108 /Qs. Hud (11):17,85,103,118,119 /Qs. Yusuf (12):21,38,40,46,49, 68,103 /Qs. Ar- Ra’d (13):1,6,17,31 /Qs. Ibrahim (14):1,25,36,37,44,52 /Qs. An- Nahl (16):38,44,61,69 /Al- Isra’ (17):60,89,94,106 ,/18:54,55/19:10,21/20:59/21:1,61/22:1,2,3,5,8,11,18,25,27,40,49,65,73,75
,78 /Qs. An-Nur :24:35 /Qs. Al- Furqan (25):37,59 /Qs. Asy- Syu’ara (26):39,183 /Qs. An- Naml (27):16,82 /Qs.Al- Qashash (28):23,43 /Qs. Al- ‘Ankabut (29):2,10,43,67 /Qs. Ar- Rum (30):6,7,30,33,36,39,41,58 /Qs. Luqman (31):6,18,20,33 /Qs. As-Sajdah (32):13,37,63 /Qs. Saba (34):28,36 /Qs. Fatir (35):2,3,5,15,28,45 /Qs. Sad (38):26 /Qs. Az-Zumar (39):27,41 /Qs. Al-Mu’min (40):57,59,61 /Qs. Asy-Syura (42):42 /Qs. Az-Zukhruf (43):33 /Qs. Ad-Dukhan (44):11 /Qs. Al-Jatsiyah (45):20,26 /Qs. Al-Ahqaf (46):6 /Qs. Muhammad (47):3 /Qs. Al-Fath (48):20 /Qs. Al-Hujurat (49):13 /Qs. Al-Qamar (54):29 /Qs. Al-Hadid (57):24,25 /Qs. Al-Hasyr (59):221 /Qs. Al-Jumu’ah (62):6 /Qs. At-Tahrim (66):6 /Qs. Al-Muthaffifin (83):2,6 /Qs. Al-Zalzalah (99):6 /Qs. Al-Qari’ah (101):4 /Qs. An-Nasr (110):2 /Qs. An-Nas (114):1,2,3,5,6.
Kata ini berarti kelompok manusia, ia terambil dari kata (an-naus), yang berarti gerak, ada juga yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata unās, yang akar katanya berarti nampak. Kata an-nas digunakan al-Qur’an dalam arti jenis manusia (QS. Al-Hujurat: 13) atau sekelompok tertentu dari manusia (seperti surah Ali-Imran: 173). Kata an-nas terakar dari kata anisa yang berarti dikenal, peramah, akrab, yang menunjukkan sifat dasar manusia yang suka berteman dan mencari persahabatan.
Ibn Manzhur mengatakan bahwa an-nas berasal dari al-unas karena aslinya adalah unas. Sedangkan alifnya adalah ashli, kemudian ditambah lam dan alif li-al-Ta’rif, demikian halnya dengan lam yang merupakan ibdal dari huruf-huruf kecil seperti al-ism, al-ibn, yang terdiri dari alif-alif washl (bersambung), kemudian kata unas menjadi al-unas. Dalam banyak perbincangan, dikarenakan hamzah berada di tengah-tengah kata, dan beratnya mereka dalam pengucapan, akhirnya mereka meninggalkannya. Sehingga menjadi alunās (dengan mendhammahkan huruf lam). Maka ketika lam dan nun diberi harakat, kemudian mereka masukkan lam pada nun lalu berubah menjadi an-nas. An-nas menurut Sibawaihi adalah berasal dari al–unas, dengan menjadikan alif lam ta’rif sehingga dalam pengucapan menjadi ringan
Jika dilihat dari pengelompokan penggunaan kata an-nas ke dalam beberapa persoalan, tampaknya manusia berkonotasi sebagai pelaku yakni manusia yang berfikir, kreatif dan berbudaya serta diposisikan juga sebagai objek atau sasaran pembicaraan. Oleh karena itu, Ar-Raghib Al-Asfahani menyebutkan, bahwa kata an-nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk hidup dan sosial, secara keseluruhan, tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya. Disamping itu, kata an-nas juga dipakai al-Qur’an untuk menyatakan adanya sekelompok orang atau masyarakat yang mempunyai berbagai kegiatan (aktivitas) untuk mengembangkan kehidupannya.
Dalam menunjuk makna manusia, kata an-nas lebih bersifat umum bila dibandingkan dengan kata insan. Keumumannya tersebut dapat dilihat dari penekanan makna yang dikandungnya. Kata an-nas menunjuk manusia sebagai makhluk sosial dan kebanyakan digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering melakukan mafsadah dan pengisi neraka, di samping Iblis. Hal ini terlihat pada firman Allah sebagai berikut:
فَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا۟ وَلَن تَفْعَلُوا۟ فَٱتَّقُوا۟ ٱلنَّارَ ٱلَّتِى وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ ۖ أُعِدَّتْ لِلْكَٰفِرِينَ
Artinya: Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (QS. al-Baqarah, 2: 24).
Jadi, manusia merupakan makhluk sosial yang secara fitrah senang hidup berkelompok, sejak dari bentuk satuan yang terkecil (keluarga) hingga ke yang paling besar dan kompleks, yaitu bangsa umat manusia. Maka jika dilihat secara keseluruhan, kata an-nas selalu dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Manusia diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat, yang berawal dari pasangan laki-laki dan wanita kemudian berkembang menjadi suku dan bangsa, untuk saling kenal mengenal. Singkatnya setiap kata-kata yang terdiri dari alif, nun dan sin (ins, an-nas, insan, insiy, unas dan anasiy) dalam kapasitasnya sebagai makna dari istilah manusia, pada umumnya mengindikasikan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki aktifitas akal, perasaan dan pendengaran. Pengertian makna akar kata yang berarti lupa, lalai, mengetahui, melihat, menyadari, jinak dalam makna peramah, akrab, suka berteman, mencari persahabatan, dan dapat menerima pelajaran, berarti dapat dikatakan bahwa seluruh aktifitas akal berupa berfikir, mendengar dan melihat tersebut, demikian pula pemahaman manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk spritual merupakan sebuah keniscayaan, kelayakan dan kepantasan manusia sebagai makhluk yang berhak mendapatkan pendidikan.
Kata Basyar
Penamaan manusia dengan kata basyar dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 37 kali dan tersebar dalam 26 surat dan dalam bentuk yang berbeda-beda, diantaranya: Kata basyaran pada 10 tempat: (QS.Hud (11):27 /qs. Yusuf (12):31 /Qs. Al-Hijr (15):28 /Qs. Al-Isra (17):93, 94 /Qs. Maryam (19):17 /Qs. AL-Mu’minun (23):34 /Qs. Al-Furqan (25):54 /Qs. Sad (38):71 /Qs. Al-Qamar (54):24). Kata basyaraini hanya ada satu yaitu dalam (QS.Al-Mukminun (23):47), sedangkan Kata basyarin atau basyarun terdapat pada surat-surat berikut ini: (Qs. Ali-Imran (3):47,79 /Qs. Al-Ma’idah (5):18 /Qs. Al-An’am (6):91 /Qs. Ibrahim (14):10,11 /Qs. Al-Hijr (15):33 /Qs. An-Nahl (16):103 /Qs. Al-Kahfi (18):110 /Qs. Maryam (19):20,26 /Qs. Al-Anbiya (21):3,34 /Qs. Al-Mukminun (23):24,33 /Qs. Asy-Syu’ara (26):154,186 /Qs. Ar-Rum (30):20 /Qs. Yasin (36):15 /Qs. Fussilat (41):5 /Qs. At-Taghabun (64):6 /Qs. Asy-Syura (42):51 /Qs. An-Nazi’at (79):25 /Qs. Muddatstsir (74):29, 31, 36.
Adapun kata basyar berakar dari huruf-huruf ba’, syin, ra’, yang bermakna pokok nampaknya sesuatu dengan baik dan indah. Dari makna ini terbentuk kata kerja basyara dengan arti: bergembira, menggembirakan dan menguliti (misalnya buah), juga bisa berarti memperhatikan dan mengurus sesuatu. Menurut Ar-Raghib al-Asfahani kata basyar adalah jama’ dari basyarat (kulit). Manusia disebut basyar karena kulit manusia tampak berbeda dibanding dengan kulit hewan lainnya. Jadi, secara etimologi basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Penamaan ini menunjukkan makna bahwa secara biologis yang mendominasi manusia adalah pada kulitnya, dibanding rambut atau bulunya. Pada aspek ini terlihat perbedaan umum biologis manusia dengan hewan yang lebih didominasi bulu atau rambut.
Basyar, juga dapat diartikan mulasamah, yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan. Makna etimologi dapat dipahami adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, keamanan, kebahagiaan, dan lain sebagainya. Penunjukan kata basyar ditujukan Allah kepada seluruh manusia tanpa terkecuali, termasuk eksistensi Nabi dan Rasul. Eksistensinya memiliki kesamaan dengan manusia pada umumnya, akan tetapi juga memiliki titik perbedaan khusus bila dibanding dengan manusia lainnya.
Adapun titik perbedaan tersebut dinyatakan al-Qur’an dengan adanya wahyu dan tugas kenabian yang disandang para Nabi dan Rasul. Sedangkan aspek yang lainnya dari mereka adalah kesamaan dengan manusia lainnya, hanya saja kepada mereka diberikan wahyu, sedangkan kepada manusia umumnya tidak diberikan wahyu. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا
Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya Aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya. (QS. Al-Kahfi, 18: 110).
Dari keseluruhan ayat-ayat al-Qur’an yang menunjuk kata basyar, Aisyah ‘Abdurrahman bintu Asy-Syati’ berkomentar bahwa penggunaan basyar di beberapa tempat dalam al-Qur’an seluruhnya memberikan pengertian bahwa yang dimaksud kata tersebut adalah anak Adam yang biasa makan, minum, berjalan di pasar, dan mereka saling bertemu atas dasar persamaan. Dengan demikian kata basyar selalu mengacu pada aspek lahiriahnya, mempunyai bentuk tubuh yang sama, makan dan minum dari bahan yang sama dari semua yang ada dalam alam ini. Dan oleh pertambahan usianya, kondisi tubuhnya akan menurun, menjadi tua dan akhirnya ajal akan menjemputnya.
Kata Bani Adam
Adapun penamaan lain yang menunjukkan pada pengertian manusia yaitu bani adam atau zurriyyat adam, Istilah bani adam dapat ditemukan pada 7 tempat dalam al-Qur’an yaitu Surat Al-A’raf (7): 26, 27, 31, 35,172 /Qs. Al-Isra (17):70 /Qs. Yasin (36):60. Al-Qur’an mengemukakan bahwa manusia pertama diciptakan adalah Adam, sedangkan keturunannya disebut dengan bani adam. Kata banu atau bani berakar dengan huruf ba’, nun, dan ya’, yang bermakna “sesuatu yang lahir dari sesuatu yang lain”. Sedangkan kata dzurriyyat yang berakar dari huruf dzal, ra, dan ra, mempunyai arti kehalusan dan tersebar. Dikaitkannya kedua kata tersebut kepada Adam memberi kesan kesejarahan dalam konsep manusia, dan bahwa manusia mempunyai satu asal. Dan secara sendiri-sendiri, bani adam memberi dasar kesedarahan bagi seluruh ummat manusia, dan dzurriyyah adam mengandung konsep keseragaman, persatuan manusia dan silsilah manusia. Dalam penjelasan Ar-Raghib al-Ashfahani, bani berarti keturunan (dari darah daging) yang dilahirkan.
Dalam konteks ayat-ayat yang mengandung konsep bani adam, manusia diingatkan Allah agar tidak tergoda oleh setan (QS. Al-A’raf :26-27), pencegahan dari makan minum yang berlebih-lebihan dan tata cara berpakaian yang pantas saat melaksanakan ibadah (QS. Al-A’raf:31), ketaqwaan (QS. Al-A’raf:35), kesaksian manusia terhadap Tuhannya (QS. Al-A’raf:172), kemuliaannya dari makhluk lain (QS. Al-Isrâ:70) dan terakhir peringatan agar manusia tidak terpedaya hingga menyembah setan (QS. Fâthir, 36:60).
Konsep sejerahan yang terkandung pada kata Bani Adam mengandung pesan agar kita tidak melupakan sejarah manusia pertama (Nabi Adam). Nabi Adam ketika diturunkan ke bumi Allah berikan petunjuk. Maka kita anak keturunan Nabi Adam harus pula meengikuti petunjuk yang sudah Allah berikan kepada Nabi Adam. Kita harus mengikuti bagaimana Nabi Adam mendapatkan kemuliaan dari Allah, dan jalan kemuliaan Nabi Adam adalah melalui ilmu.