Bismillahirrahmanirrahim…
Pentingnya Belajar Bahasa
Sastrawan besar dari mesir yang bernama Musthafa Shadiq Ar-Rafi (penulis kitab di bawah Panji AlQur’an) mengatakan,
“Tidaklah lemah bahasa sebuah bangsa kecuali itu menjukkan lemahnya bangsa itu, dan tidaklah bahasa itu jatuh melainkan itu menjadi tanda bahwa bangsa tersebut sedang menuju kehancuran dan kebinasaan.”
Jika sebuah bangsa tidak memperhatikan nilai-nilai sastra bahasanya maka bangsa itu sedang menuju kehancuran, karena bahasa adalah syiar maju atau mundurnya sebuah bangsa.
Tingkat kemuliaan atau maju mundurnya sebuah bangsa bisa dilihat dari bagaimana keseriusan bangsa tersebut dalam memperhatikan nilai-nilai satra bahasanya.
Di Dalam kitab Kanzul ‘Ummal, hadist nomer 2809, diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar ada orang yang berbicara kemudian bahasa yang dia gunakan salah, tapi tidak dijelaskan di bagian mana yang salah.
Kemudian Rasulullah berkata kepada temannya orang yang salah bahasa tadi, “Bimbinglah teman kalian ini karena sesungguhnya teman kalian ini sudah tersesat.”
Karena begitu orang yang menyampaikan sesuatu salah memilih kata maka maknanya bisa berbedah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallm pun menegur jika sahabatnya ada yang salah dalam bahasanya.
Ini lah yang harus kita lakukan dalam konteks pendidikan dalam keluarga, jika anak kita salah dalam berbahasa atau tidak tepat pemakaiannya maka kita harus meluruskannya, setiap kali tidak tepat lansung diluruskan. Maka dengan demikian tidak perlu dijelaskan pentingnya belajar bahasa namun dengan meluruskan kesalahan bahasa mereka, maka dengan sendirinya mereka akan mengerti.
Umar bin khattab radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan kalimat yang mashur sekali dan bahkan kalimat Umar ini sering dijadikan untuk mengajak orang belajar bahasa arab.
Umar bin Khattab radhiyalau ánhu berkata,
“Pelajarilah bahasa arab karena sesungguhnya ini adalah bagian dari agama kalian. Pelajarilah ilmu faraid (waris) karena itu juga bagian dari agama kalian. Kalian belajar fiqih dan kalian masih lemah bahasanya maka kalian bisa salah dalam memahami teks baik itu ayat atau hadist karena bahasa kalian tidak kokoh”
Ini bukan sekedar anjuran belajar bahasa arab. Umar memerintahkan kita untuk belajar bahasa arab baru belajar faraid. Faraid itu bagian dari ilmu fiqih dan bahasa arab adalah ilmu bahasa.
kerena ketika belajar fiqih dan masih lemah bahasanya maka kita bisa salah dalam memahami teks baik itu ayat ataupun hadist karena bahasa kita tidak kokoh. kita bisa salah dalam menginstinbatkan ayat atau hadits yang kalian baca.
Umar memerintahkan untuk belajar bahasa baru kemudian fiqih, karena dikhawatirkan jika kita tidak menguasai kaidah-kaidah bahasa maka kita bisa salah memahami teks-teks ayat atau hadits.
Belajar bahasa sebelum belajar ilmu-ilmu yang lain. Dalami dulu bahasa karena jika sudah bagus bahasa maka akan mudah bagi kita memahami apa pun ilmu yang akan kita pelajari.
Apa pun ilmu itu kuncinya ada dalam bahasa.
Begitu bagus bahasa kita maka akan mudah bagi kita memahami ilmu yang lain, apa pun ilmu itu.
Keutamaan Bahasa
Ada dialog antara dua ahli ilmu, yang satu fokus belajar bahasa yang satu fokus belajar fiqih. Kemudian yang belajar fiqih itu mengkritik yang belajar bahasa, kenapa kamu belajar bahasa?. Ahli ilmu yang mendalami bahasa itu menjawab, “Sesungguhnya dengan belajar bahasa ini hanyak ilmu-ilmu atau masalah yang bisa aku analisa.”
Kemudian temannya yang belajar fiqih itu mengetesnya, aku ingin bertanya kepadamu “Kalau ada orang yang lupa wajib sholat kemudian dia harus sujud sahwi, saat sujud sahwi pun dia lupa. Maka apakah dia harus sujud sahwi karena lupanya karena dia tidak sujud shawi?”. Maka yang ahli bahasa menjawab, “Ya berarti dia tidak perlu sujud sahwi untuk lupanya dia tidak sujud shawi, lupa karena sujud sahwi itu tidak perlu untuk lupa sujud sahwi.” Kemudian temannya bertanya lagi, “Loh, darimana kamu mengerti?“. “Ya karena di dalam bahasa itu ada pola untuk memberikan makna kecil pada sebuah benda dengan mengubah pola kata pada kata tersebut. Kata benda kalau sudah dikecilkan tidak bisa dikecilkan lagi”, jawab si ahli ilmu yang belahar bahasa.
Suatu ketika imam syafi’i banyak berbicara tentang bid’ah kepada murid-muridnya, kemudian muridnya bertanya, “Wahai Imam mengapa bid’ah merajalela?“, Iman Syafi’i menjawab, “karena sedikitnya pemahaman mereka terhadap bahasa, Karena kemampuan mereka dalam berbahasa lemah mereka salah dalam memahami teks, sehingga menyimpulkan teks-teks tersebut dengan cara yang ngawur maka muncullah bid’ah-bid’ah itu.”
Umar bin Khattab radhiyallahu ánhu meminta kita untuk belajar bahasa sebelum belajar fiqih. Bahkan bukan cuma fiqih, belajar alqur’an pun demikian. Sebelum belajar Al-Qur’an kita harus belajar bahasa terlebih dahulu agar kita tidak salah memahami teks-teks dan nash-nash dalam AlQur’an atau pun hadits.
Dan bagi kita orang indonesia, dalami dulu bahasa indonesia karena orang yang punya kenikmatan dengan bahasa indonesia ketika bertemu dengan bahasa Al-Qur’an dia akan lebih menikmati luar biasanya bahasa Al Qur’an.
Kalau hari ini kita susah menikmati bahasa sastra Al-Qur’an maka jangan-jangan karena kita masih belum bisa menikmati kesustraan bahasa indonesia.
Suatu ketika Umar bin Khattab berjalan melewati satu kelompok yang sedang berlatih melempar tombak. Karena mereka melempar tidak tepat sasaran maka mereka dikritik oleh Umar. Begitu mereka dikritik salah seorang dari mereka maju kemudian berkata kepada Umar bin Khattab, wahai amirul mukminin kami adalah kaum yang sedang belajar (inna qoumun muta’alimin).
Harusnya dalam kaidah bahasa arab yang benar adalah inna qoumun muta’allimun. Orang ini salah i’rob ketika berbicara dengan Umar. Harusnya i dibaca u.
Maka Umar mengatakan, “kesalahan kalian dalam urusan bahasa ini lebih berat bagiku daripada salahnya kalian dalam melempar tombak tadi.” Kemudian Umar mengatakan, Aku mendengar Rasulullah shallallahu álaihi wa sallam bersabda, “Semoga Allah Ta’ala merahmati lisan orang yang senantiasa memperbaiki bahasanya”.
MasyaaAllah, lisan orang yang memperbaiki bahasa akan senantiasa didoakan Nabi dengan Rahmat Allah. Maka, Mari kita serius belajar bahasa. Kita awali dari bahasa indonesia smapai kita menikmati keindahan dalam berbahasa itu.
Begitu kita serius memperbaiki bahasa, kita jadi faham kenapa lisannya orang yang belajar bahasa itu dirahmati Allah. Karena orang yang lisannya dirahmati Allah kalau ngomong dia pas, kalau ngomong dia benar karena lisannya dirahmati Allah. Karena dulu dia memperbaiki lisannya dengan belajar bahasanya. Maka kita perlu kembali menghidupkan niat kita untuk serius belajar bahasa.
Di dalam hadits banyak sekali yang menyatakan bahwa yang banyak menjatuhkan orang ke dalam neraka adalah tutur katanya yang tidak baik. Tutur kata yang tidak baik adalah bagian dari ketidakcakapannya dalam urusan bahasa.
Rasullah shallallahu álaihi wa sallam bersabda,
“Bisa jadi ada satu kalimat yangg sangat sepeleh sekali yang ketika ngomong orangnya tidak peduli, maka kalimat itu bisa menjatuhnya ke dalam neraka sejauh 70 tahun. Dan bisa jadi satu kalimat yang baik yang kita mengucapnya pun tidak sengaja, maka dengan kalimat ini Allah memasukkan kita ke dalam surga”.
Rasulullah shallallahu álaihi wa sallam mempunyai kemampuan bahasa yang sangat baik karena beliau adalah Nabi yangg mempunyai tugas besar menyampaikan risalah, dan untuk menyampaikan risalah salah satunya adalah dengan bahasa.
Dan kita umat Nabi mempunyai kewajiban berdakwa minimal di lingkungan keluarga, maka kita harus mempunyai bahasa yang baik untuk menyampaikan kebaikan agar kebaikan itu sampai kepada orang-orang yang ada di dekat kita. Maka kita perlu meneladani rasulullah uswah hasanah kita.
Nabi shallallahu álaihi wa sallam mengatakan, aku ini adalah orang arab yang paling fasih walaupun aku berasal dari Quraish.
Quraish ini adalah kabilah yang paling fasih diantara kabilah yang lain, dalam ilmu balaghoh ini disebut menegaskan pujian dengan cara merendahkan diri.
Quraish itu yang paling fasih di Arab dan nabi yang paling fasih di Quraih. Nabi memuji dirinya tapi dengan pola merendahkan diri. Ini ada pembahasannya dalam ilmu balaghoh.
Abu Bakar radiyallau ánhu berkata kepada rasulullah shallallahu álaihi wa sallam, “Wahai rasulullah aku tidak pernah melihat ada orang yang bahasanya sefasih engkau“, Maka rasululullah mengatakan, “Iya, tidak ada yang lebih fasih dari aku karena aku disusui di perkampungan bani sa’ad”.
Redaksi-redaksi dan ungkapan nabi itu polanya mudah sekali untuk kita pahami, i’rob-nya mudah difahami. Dan bahkan tidak ada perbedaan antara bahasa arab yang dipakai nabi saat ini dengan bahasa arab yg sekarang kita pelajari. Sangat jelas dan gamblang sekali. Bahasanya teratur, jelas dan indah.
Nabi tinggal di bani sa’ad sampai usia 5 tahun, rasulullah tumbuh di lingkungan bani sa’ad yang terjaga kemurnian bahasanya. Maka,pendidikan bahasa itu di mulai sejak kecil.
Imam syafi’i rahimahullahu ketika usia 2 tahun diajak berpindah dari gaza ke makkah, usia 7 tahun pindah ke madinah untuk belajar di majelis Imam malik.
Di makkah beliau tinggal di perkampungan suku hadzail, ini adalah suku yg sangat memuliakan bahasa. Orang yang kemampuan bahasanya bagus itu akan dimuliakan/dihargai dalam suku tersebut.
Suku Hudzail sangat memuliakan orang yang mempunyai bahasa yang bagus, jadi walau pun nasabnya tinggi tapi kemampuan bahasanya rendah maka tidak ada tempat bagi mereka. Maka imam syafi’i berkembang kemampuan bahasanya dari sini.
Imam Syafií berkata, “Demi Allah kalau dalam sya’ir tidak ada kebohongan maka tentu aku ini senang menjadi penyair”. dan beliau punya kitab tentang sya’ir berjudul, Diwan Asy Syafi’i.
Contoh sya’irnya tentang sikap ridho,
“Biarkan lah hari-hari berlalu melakukan apa pun yang dia mau. Dan perbaikilah hatimu ketika ketetapan Allah itu terjadi”.
Sya’ir tentang anjuran untuk mencari ilmu,
“Tidak pantas bagi orang uang yang punya akal untuk menetap di kampungnya saja, jika punya waktu luang mengasinglah kamu. Matahari itu kalau bertengger di timur terus maka manusia akan bosan, singa kalau tidak keluar kandangnya juga tidak disegani. Dan biji emas sama seperti tanah kalau dia belum ditambang”.
Terkait pentingnya bahasa ini ada filosofi dari jawa yaitu,
“Ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono. Artinya, harga diri seseorang dari lidahnya (omongannya), dan harga diri badan dari pakaian.”
Di dalam Al-Qur’an bahasa disebut dengan kata lisan, sebagiamana dalam QS. Asy-Syuara ayat 195 بِلِسَانٍ عَرَبِىٍّ مُّبِينٍ (dengan bahasa Arab yang jelas).
Begitu bahasa diungkapkan dengan kata lisan ini bermakna dalam sekali. Berarti kita harus memperbaiki lisan kita dalam bertutur, berucap, dan seterusnya.
Pembelajaran Bahasa Pada Anak
Bahasa menjadi hal yang harus kita ajarkan sedini mungkin. Bahwa anak di usia 1-3 tahun itu memiliki fase dimana salah satu kebutuhan anak diusia itu adalah kosakata. Anak usia 1-3 tahun memiliki keterbatasan untuk merangkai kata yang panjang dan belum jelas dalam bertutur, namun keterbatasannya dalam mengungkapkan sesuatu itu tidak membatasi kemampuannya dalam menyimpan kosakata di dalam fikirannya. Maka di usia itu anak kita sedang mengumpulkan kosakata-koskata yang banyak.
Di usia 4-6 tahun anak kita mengalami fase ledakan bahasa, dan mereka mulai mampu melafadzkan lebih jelas, diusia ini anak mengalami fase banyak ngomong, banyak tanya, bahkan untuk hal-hal yang menurut kita tidak penting. Tapi itu adalah proses dia sedang belajar bahasa.
Belajar bahasa ini sudah menjadi kebutuhan anak dari usia satu tahun, dengan model pembelajaran yg berbeda-beda tentunya. Diusia 1-3 tahun adalah fase pengumpulan kosa kata sehingga jika anak kita berinteraksi dengan orang yang bahasanya bagus dan pilihan katanya tertata, maka akan memudahkan dia pandai berbahasanya di usia setelah itu. Maka jangan heran jika di usia tersebut anak kita berrinteraksi dengan orang yang bahasanya kotor maka ketika di usia 4-6 tahun kosakata yang tersimpan dalam otak anak kita dan itu akan keluar dari lisan anak saat anak kita diizinkan Allah kemampuan berbicara adalah kata-kata yang kotor pula.
Anak usia 7-9 tahun sudah mulai hidup akalnya, sudah mulai tajam berpikirnya. Itu indikatornya sederhana yaitu ketika Rasulullah shallallahu álaihi wa sallam sudah memerintahkan orangtua untuk menyuruh anaknya sholat. Dan kenapa sholat?, karena sholat itu ibadah yang membutuhkan renungan dan renungan itu membutuhkan pikiran, maka di usia 7-9 tahun orangtua harus mulai banyak mengajak anaknya untuk banyak duduk dan berdialog.
Ketika bahasa mereka tidak tepat harus kita luruskan, kita ajari mengungkapkan bahasa yang tetap. setiap kali ada yang tidak tepat kita luruskan, begitu seterusnya sehingga anak tumbuh dengan kesadaran bahwa bahasa itu penting. Sehingga dengan biasanya kita meluruskan kesalahan berbahasa anak-anak kita, maka tanpa perlu kita menjelaskan tentang pentingnya bahas anak akan faham dengan sendirinya bahwa bahasa itu sangat penting
Tahapan Pembelajaran Bahasa Dalam Islam
Ada 3 tahapan dalam pengajaran berbasa, dan harus diajarkan bertahap dan sesuai dengan urutannya, 3 tahapan tersebut adalah :
1. Lisanul qoum (bahasa kaum)
Dalilnya Qs. Ibrahim ayat 4,
وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِۦ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ ۖ فَيُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”.
Rasul menyanpaikan risalah dengan bahasa kaumnya dimana mereka diutus.
Kalau kita orang indonesia maka bahasa kaum kita adalah bahasa indonesia dan bahasa suku dimana kita berasal. Sehingga kita harus mengajarkan bahasa ini dengan baik, sehingga kita dan keluarga kita memahami bahwa menggunakan bahasa yang benar itu sangat penting sekali.
2. Lisanul Arobbiy (bahasa arab)
Qs. Asy-syuara ayat 192-195,
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas”.
Ayat ini berbicara tentang alqur’an. Alquran adalah bahasa agama karena alquran diturunkan dengan bahasa arab.
3. Lisanul ilmi (bahasa ilmu pengetahuan)
Ilmu pengetahuan ada yang hukumnya fardhu kifayah. Jadi harus ada kaum muslimin yang menguasai. Misal ada ilmu pengetahuan yg bahasanya cuma ada bahasa yunani maka harus ada kaum muslimin yang menguasai bahasa yunani.
Dahulu di zaman Rasulullah shallallu álaihi wa sallam ,Zaid bin Tsabit r.a telah menceritakan hadits berikut: “Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi wasallam memerintahkan kepadaku untuk mempelajari bahasa lbrani untuknya guna menerjemahkan surat orang-orang Yahudi.” Zaid mengatakan dengan nada semangat: “Demi Allah, sesungguhnya akan kubuktikan kepada orang-orang Yahudi bahwa aku mampu menguasai bahasa rnereka.”
Zaid melanjutkan: “Setengah bulan berikutnya aku mempelajarinya untuk beliau dengan tekun dan setelah aku menguasainya, maka aku menjadi juru tulis Nabi Shalallaahu ‘Alahi wasallam. Apabila beliau berkirim surat kepada mereka, akulah yang menuliskannya; dan apabila beliau menerima surat dari mereka, akulah yang membacakan dan yang menerjemahkannya untuk beliau Saw.” (HR. Tirmidzi)
Ketika seseorang sudah kuat dalam satu bahasa maka akan sangat mudah baginya untuk belajar hahasa yang lain. Dengan memahami karakter satu bahasa maka akan mudah memahami bahasa yang lain. Kokohkan dulu satu bahasa sebelum belajar bahasa-bahasa yang lainnya.
Bahasa ilmu pengetahuan ini sesuai dengan kebutuhan, literatur yang kita butuhkan dalam bahasa apa itu yang kita pelajari. Jadi belajar bahasa menang harus serius dan tiga tahapan bahasa ini harus menjadi target kita.
Tanya jawab
1. Mulai umur berapa anak mulai bisa diajarkan bahasa selain bahasa ibu?, misal bahasa arab dan bahasa inggris. Dan bagaimana cara mengajarkan bahasa arab kepada anak?
Jawab :
Di usia 7 tahun dimana rasulullah Shalallaahu ‘Alahi wasallam memerintahkan orangtua untuk menyuruh anaknya sholat, para ulama menyimpulkan karena anak di usia 7 tahu anak sudah bisa menggunakan akalnya untuk berfikir lebih kreatif maka untuk mengajarkan bahasa selain bahasa ibu maka di usia 7 tahun ini. 0-7 tahun bahasa ibu harus dikokohkan dulusehingga diusia 7 tahun anak sudah mengerti pentingnya menggunakan bahasa yang baik.
Ajarkan sesuai dengan tahapan juga, diawali dengan kosakata. Pun ketika belajar bahasa lain diawali dengan kosakata. Ketika belajar bahasa dimulai dengan belajar kosakata benda-benda di sekitar anak, ini berlaku untuk mengajari semua bahasa.
Di usia 7 tahun boleh belajar bahasa selain bahasa ibu dengan syarat di usia sebelumnya kita sudah mengokohkan bahasa induknya (bahasa kaum), jika belum maka dikokohkan dulu bahasa ibunya. Kokoh itu bukan dalam artian harus level mahir tapi kokoh itu adalah anak faham bahwa berbahasa yang baik dan benar itu penting sekali/ Bermanfaat sekali.
Cara mengajari bahasa arab :
1. Mengajarkan kosa kata
2. Mengajarkan wazan (pola kata dalam bahasa arab). Karakter bahasa arab kuncinya ada di wazan ini. Tidak perlu dihafalkan tapi dengan dibaca rutin saja, misal dibaca 3x tiap ba’da magrib.
Buat target untuk anak, misal seminggu anak sudah hafal kata ganti (dhomir)
3. Merangkai kata
2. Bolehkah memberikan novel-novel fiksi kepada Anak untuk memperhalus dan menikmati keindahan bahasa?
Jawab :
Boleh, karena itu bagian dari sastra. Masuk pembelajaran bahasa yang sudah level tinggi. Ada pembelajaran bahasa, pembelajaran grammer, dan pembelajaran sastra.
Pembelajaran sastra harus dengan buku-buku sastra. Dalam bahasa arab, adab itu adalah sastra dan itu dapat melembutkan hati.
Tidak apa-apa untuk mengasah dahaga keindahan bahasa dalam diri kita. Dahulu ulama kita suka sekali membuat sajak, rimanya indah. Karya ilmiah bukan karya sastra, bentuknya prosa bukan syair tapi indah ketika dibaca. Jika sudah hidup keindahan bahasa dalam jiwa kita maka level tertinggi keindahan bahasa adalah Al-Qur’an.
Kalau ada orang yang faham sastra tapi mengkritik AlQur’an dari sisi bahasa maka sejatinya dia tidak faham sastra.
Allahu a’lam…
Ambi Ummu Salman
(Ini adalah catatan Seri Kajian Literasi Islam, dengan judul Tahapan Pembelajaran Bahasa Di Dalam Islam, disampaikan oleh Ustadz Herfi Ghulam Faizi, Lc)
No Responses