Bismillahirrahmanirrahim..
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
Ayat ini berkaitan dengan peristiwa ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam baru meninggalkan istrinya Hajar dan putranya Ismail di Makkah.
Dikisahkan dalam qishosul anbiya’ bahwa ketika bayi Ismail lahir maka kecemburuan Sarah semakin memuncak. Maka ia meminta kepada ibrahim agar menjauhkan Hajar darinya.
Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala menurunkan wahyu kepada Ibrahim supaya keinginan istri pertamanya tersebut dipenuhinya. Lalu berangkatlah Nabi Ibrahim bersama hajar dan Ismail ke tempat yang belum diketahui tujuannya. Pada akhirnya Ibrahim bersama Hajar dan Ismail tiba di suatu tempat kota suci yang disebut Makkah.
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa: “wanita yang pertama kali memakai ikat pinggang adalah Hajar (Hajar memakai ikat pinggang, dan membiarkan bagian belakang ikat pinggangnya menjuntai ke tanah dengan tujuan untuk menghapus jejaknya agar tidak diikuti Sarah).”
Ketika sampai di Makkah Ibrahim memberi isyarat kepada Hajar agar menuju suatu tempat.
Dengan berbekal tempat makanan berisi kurma dan tempat minum berisi air, Ibrahim membelakangi Hajar dan kemudian melangkah meninggalkan keduanya. Hajar mengikutinya dan bertanya, “Hendak ke manakah, wahai Ibrahim? Engkau meninggalkan kami di lembah yang tiada teman atau apa pun?“
Hajar mengulang pertanyaannya beberapa kali. Saat dilihatnya Ibrahim hanya diam, segera ia tersadar. “Apakah Allah yang menyuruhmu berbuat demikian?” tanyanya dengan kecerdasan luar biasa
“Benar“. Jawab Ibrahim
“Jika demikian maka Allah tidak akan menelantarkan kami,“Jawab Hajar dengan penuh ketakwaan. Kemudian Ia kembali ke tempat semula, sedangkan Ibrahim melanjutkan perjalanannya.
Inilah bentuk ketaatan dan keyakin seorang istri yang sangat kokoh, ketaatan kepada suami yang dilandasi dengan keimanan dan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sehingga ia tak merisaukan bagaimana keadaannya nanti ketika suaminya meninggalkannya di lembah yang tandus karena Ia mengerti Allah sangat menyayanginya. Dan inilah yang melahirkan keyakinan dalam diri Hajar bahwa Allah akan selalu menolongnya.
Nabi Ibrahim pergi bukan atas kemauannya sendiri, Ia pergi karena perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala. Allah lah yang memilihkan tempat terbaik dimana nanti Nabi-Nya akan diutus. Itulah mengapa dikatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah jawaban doa nabi Ibrahim sebagaimana di surat al baqarah ayat 126. Karena sesungguhnya Allah Al-Hakim, yang Maha Bijaksana. Allah selalu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
Kemudian kembali pada ayat 35, kalimat pada ayat ini memakai kata الْبَلَدَ yang bentuknya ma’rifah ditandai dengan adanya alif lam diawal kata. Alif lam dalam ayat ini sebut alif lam al ahd adz-dzihni. Sehingga secara spesifik yang dimaksud dalam ayat ini adalah negeri Makkah yang ditinggali oleh istrinya Hajar dan anaknya Ismail.
Ibrahim adalah contoh sosok ayah yang bertahan dalam doa dan cerdas dalam berdoa. Kita akan menemukan begitu banyak doa yang indah dan penuh hikmah di dalam Al-Qur’an yang ditujukan bukan hanya untuk dirinya tetapi juga untuk anak keturunannya.
Ada dua ayat dalam Al-Qur’an yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkaitan dengan tempat tinggal (tempat dimana anak dibesarkan), yaitu dalam surat albaqarah dan surat ibrahim.
Ini menjadi pelajaran bagi kita sebagai orangtua bahwa tempat tinggal adalah hal yang sangat penting bukan dalam artian bangunan fisiknya namun kenyamanan dan kelayakan secara ruhnya. Jadikan rumah kita layak menjadi tempat tumbuhnya orang-orang besar.
Pilihlah tempat tinggal yang yang nyaman, kenyamanan yang tidak hanya terkait dengan fasilitas dan fisik bangunan rumah. Tetapi rumah yang membuat penghuninya betah di dalamnya. Rumah yang menjadi magnet bagi penghuninya, selalu dirindu jika jauh darinya.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ قَالَ أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ =رواه الترمذي واحمد=
Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, berkata: Aku bertanya, Ya Rasulullah. Bagaimana supaya bisa selamat? (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) bersabda: Tahan olehmu akan lisanmu, Dan hendaklah rumahmu membuatmu lapang dan menangislah atas kesalah-kesalahanmu. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ (Dan Hendaklah Rumahmu Membuatmu Lapang).
untuk kata lapang di sini, Ath Thibi menjelaskan bahwa perintah yang dimaksud adalah untuk rumah. Namun yang dimaksud adalah jadikan rumahmu agar tetap betah berada di dalamnya dengan sibuk melakukan ibadah pada Allah dan jauhilah pergaulan yang tidak baik.
Ada dua tempat yang seharusnya kita tahan berlama-lama padanya: rumah dan masjid. Betah didalam rumah merupakan konsep madrasah nubuwah. Tolak ukur rumah adalah surga atau neraka adalah apakah penghuninya betah di dalamnya atau tidak. salah satu cara mengukur kita betah di rumah atau tidak adalah saat kita melakukan safar atau travelling, jika jika menikmati dan betah berlama-lama di jalan atau di luar karena kita tidak mendapatkan kenyamana itu di rumah.
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan, bila pergi safar (mengadakan perjalanan) dan urusan telah selesai, hendaklah segera pulang karena safar adalah ‘sepenggal siksaan’. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنْ الْعَذَابِ يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ نَوْمَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ فَإِذَا قَضَى أَحَدُكُمْ نَهْمَتَهُ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bepergian (safar) itu adalah sebagian dari siksaan, yang menghalangi seseorang dari kalian dari tidur, makan dan minum. Maka apabila dia telah selesai dari urusannya hendaklah dia segera kembali kepada keluarganya”. (HR. Muttafaqun ’Alaihi)
Agar rumah terasa lapang bagi kita yang akan membuat kita betah dirumah, maka hiasilah rumah dengan shalat dan tilawah Al-Qur’an. Sabda Rasulullah saw.
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « نَوِّرُوْا مَنَازِلَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ » =رواه البيهقي=
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, berkata: Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Sinarilah rumah kalian dengan shalat dan bacaan Al-Qur’an. (HR. Al-Baihaqi)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Janganalah jadikan rumah kalian seperti kuburan karena setan itu lari dari rumah yang didalamnya dibacakan surat Al Baqarah.” (HR. Muslim)
Hadits di atas juga sekaligus menunjukkan bahwa janganlah rumah kita seperti kuburan yang tidak ada shalat di dalamnya. Marilah rumah kita diisi dengan shalat sunnah di dalamnya.
Dan selanjutnya kalimat “..Jauhkan aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala”.
Ini adalah pelajaran kedua dari ayat ini bahwa dalam pendidikan konsep tauhid adalah yang utama. Menjauhkan anak-anak dari kemusyrikan baik (permainan,media-media atau tontonan anak, dll). Menjauhkan Anak dari Syaitan, berdoa agar anak jauh dari gangguan syaitan. Tidak boleh ada kebiasaan syaiton di rumah kita, karena itu akan mempersulit kita mendidik generasi.
Sebagaimana Hannah istri Imran yang meminta perlindungan untuk maryam dari godaan syaiton, begitu pula yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kepada Ismail dan Ishaq yang kemudian dilakukan pula oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Diriwatkan dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhu dia berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon perlindungan kepada Allah untuk Hasan dan Husain. Beliau bersabda, “Moyang kalian (Ibrahim) meminta perlindungan kepada Allah untuk Ismail dan Ishaq dengan ucapan berikut, A ‘uudzu bikalimaatillaahittammah, min kulli syaithaanin wa hammatin, wa min kulli ‘ainin lammatin (artinya : Aku berlindung kepada Allah dengan Kalimat-Nya yang sempurna, dari setiap setan dan marabaya, serta dari setiap mata yang jahat).” (HR. Bukhari)
Semoga Allah bimbing kita dan Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan rumah kita menjadi rumah yang lapang yang banyak diisi dengan ibadah. Aamiin
Allahu a’lam..
Sumber:
- Al-Qur’anul kariim
- Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, Pustaka Imam Syfai’i
- Tafsir Al Qurthubi jilid 9, Pustaka Azzam
- Kisah Para Nabi, Ibnu Katsir, Pustaka Azzam
- Modul Tadabburi mustawa 2, LPBA Tadabburi