Bismillahirrahmanirrahim…
Tadabbur Surat Ali Imran Ayat 42 (Tema Keluarga dan Pendidikan Anak dalam AlQur’an) dengan Metode Tadabburi
Surat Ali Imran Ayat 42
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَىٰ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ
Artinya :
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia.”
Tadabbur
Kata وَإِذْ قَالَتِ yang mengawali kalimat ini adalah bentuk fiil madhi yang menjadikan kalimat dalam ayat ini menjadi bentuk jumlah fi’liyyah, sehingga ini menunjukkan peristiwa masa lampau yang terikat dengan waktu tertentu. Artinya Allah hadirkan peristiwa masa lampau untuk menjadi pelajaran bagi hambaNya.
Kata الْمَلَائِكَةُ dalam bentuk ma’rifah (bersifat khusus/tertentu) dengan ditandai huruf ال artinya sudah diketahui siapa malaikatnya. Yang dimaksud disini adalah malaikat jibril yang bertugas menyampaikan wahyu Allah.
Kemudian kalimat panggilan يَا مَرْيَمُ yang ditandai dengan huruf ي nida’.
Dalam ayat ini nama Maryam lansung disebutkan, dan nama maryam adalah satu-satunya wanita yang disebut namanya dalam AlQur’an. Dari ayat ini sebagian kecil ahli ilmu berpendapat bahwa maryam adalah seorang Nabi karena jibril pernah mendatanginya lalu kemudian menyampaikan hikmah kepadanya.
Adapun jumhur ulama berpendapat berbeda, bahwa maryam bukanlah seorang nabi karena semua utusan Allah adalah laki-laki dengan dalil :
“Tidaklah Kami mengutus sebelum kamu, kecuali dari kalangan lelaki yang Kami wahyukan kepada mereka di kalangan penduduk negeri.. ” (QS. Yusuf : 109)
Para ahli tafsir berpendapat bahwa maryam adalah satu-satunya wanita yang suci, menjaga kesuciannya dan disucikan oleh Allah sehingga ia menjadi satu-satunya wanita yang disebut namanya lansung di dalam AlQur’an dan menjadi satu nama surat tersendiri.
Maryam adalah wanita yang mulia, kemuliaan dan kesempurnaannya telah disebutkan dalam beberapa hadits diantaranya :
“Yang sempurna dari kaum lelaki sangatlah banyak, tetapi yang sempurna dari kaum wanita hanyalah Maryam binti Imran, Asiyah binti Muzahim, Khadijah binti Khuwailid, san Fatimah binti Muhammad. Sedangkan keutamaan Aisyah atas seluruh wanita adalab seperti keutamaan tsarid(roti gadum yang diremukkan san direndam dalam kuah) atas segala makanan yang ada.” (HR. Bukhari)
“Pemuka wanita ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid dan Asiyah istri Fir’aun.” (HR. Hakim dan Muslim)
Diantara kesempurnaan Maryam dalam AlQur’an disebutkan dalam surat At-Tahrim ayat 12 :
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ
“dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.”
Dalam ayat ini menjaga kemaluan memakai kata أَحْصَنَتْ yang bermakna benteng, jadi makna tidak hanya sekedar menutupi tapi membentengi.
Maka keistimewaan Maryam adalah dalam membentengi kesucian/kemaluannya bukan hanya sekedar ditutupi.
Orang yang auratnya tertutup belum tentu membentengi kesuciannya. Apabila kemaluan terbentengi maka diri juga akan terbentengi.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Sahl bin Saad radhiyallahu ‘anhu :
“Barang siapa yang bisa menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya (lisan), dan yang ada di antara kedua pahanya (kemaluan) maka aku akan menjaminnya masuk surga.” (Muttafaqun ‘alaih)
Kemudian berlanjut dengan kata إِنَّ اللَّهَ yang bermakna “sesungguhnya Allah”, kata إِنَّ adalah kata penegas yang digunakan untuk menghilangkan keraguan orang yang diajak bicara. Ini penegasan dari Allah bahwa Allah lah yang lansung memilih maryam, Allah lah yang mensucikan maryam, dan Allah lah yang melebihkan maryam. Sebagai penegas bahwa memang maryam adalah pribadi yang layak menjadi pilihan dan teladan bagi hambaNya terutama bagi para muslimah.
Selanjutnya dalam surat Ali Imran ayat 42 ini Allah memakai kata اصْطَفَاكِ dari wazan افتعل fiil mazid yang mempunyai fungsi lil mubalaghoh (melebih-lebihkan). Artinya pemilihannya bukan sekedar dipilih saja namun benar-benar dipilih, disaring dengan melalui proses yang berkali-kali.
Ada dua kata اصْطَفَاكِ dalam ayat ini dan ulama tafsir memaknai berbeda antara kata اصْطَفَاكِ yang pertama dengan اصْطَفَاكِ yang kedua. Sehingga ini bukan kata yang diulang namun ini dua kata yang sama namun memiliki makna yang berbeda.
Kata اصْطَفَاكِ yang pertama ini merupakan pemberitaan dari Allah mengenai apa yang disampaikan Malaikat Jibril kepada Maryam tentang perintah Allah kepada malaikat untuk menyampaikan bahwa Allah telah memilih Maryam. Ada proses yang dilalui oleh maryam sebelum Allah memilihnya, ada proses ikhtiar bukan tiba-tiba.
Allah memilih maryam karena ibadahnya yang banyak, kezuhudan, kemuliaan dan kesuciannya dari kotoran dan bisikan syaitan.
Allah telah menerima ibadahnya, khidmadnya.
Sehingga kemudian Allah memberinya rezeki lansung dari surga dan maryam mampu mendengar suara malaikat lansung (mendapat hikmah dari Allah).
Allah Ta’ala mengajarkan kepada hambaNya bagaimana pentingnya ikhtiar. Karena ikhtiarnya maryam itulah Allah menyediakan makanan dalam mihrabnya, karena ikhtiarnya Allah memilih Maryam.
Ada kaidah dalam ilmu fiqih :
“Amalannya semakin sulit dan banyak, semakin besar pahala.”
Kaedah fiqih di atas sangat bermanfaat bagi yang ingin mengetahui keutamaan amalan yang satu dibanding lainnya.
Dalam kaedah yang dibawakan oleh As-Suyuthi dalam Al-Asybah wa An-Nazhair disebutkan,
مَا كَانَ أَكْثَرُ فِعْلاً كَانَ أَكْثَرُ فَضْلاً
“Amalan yang lebih banyak pengorbanan, lebih banyak keutamaan.”
Imam Az-Zarkasi berkata dalam Al-Mantsur,
العَمَلُ كُلَّمَا كَثُرَ وَشَقَّ كَانَ أَفْضَلُ مِمَّا لَيْسَ كَذَلِكَ
“Amalan yang semakin banyak dan sulit, lebih afdhal daripada amalan yang tidak seperti itu.”
Dasar kaedah di atas disimpulkan dari hadits ‘Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلَكِنَّهَا عَلَى قَدْرِ نَصَبِكِ
“Akan tetapi, pahalanya tergantung pada usaha yang dikorbankan.” (HR. Muslim).
Pahalamu tergantung seberapa besar lelahmu, ini yang perlu kita ingat ketika menjalankan peran sebagai istri atau sebagai seorang ibu. Atau apa pun peran kehidupan kita di dunia.
Tugas kita sebagai orangtua adalah menjaga diri kita dan keluarga kita dari api neraka dengan sebaik-baiknya sesuai ilmu yang kita miliki (orangtua harus berilmu).
Apabila kita sudah menjaga diri kita sebaik-baiknya dan sekuat tenaga kita maka Allah yang akan menjaga diri kita.
Tugas kita (istri) adalah menjaga anak-anak kita saat suami pergi, dan Allah lah yang akan menjaga diri kita.
Ketika kita berikhtiar dan Allah ridho terhadap ikhtiar kita maka Allah yang akan menjaga diri kita.
Tugas kita bukan menjadi istri atau ibu yang sempurna tapi tugas kita adalah ikhtiar dengan sebaik-baiknya (dengan ilmu dan keikhlasan) sampai Allah ridho dengan diri kita. Sehingga nantinya Allah lah yang akan menyempurnakan semua prosesnya.
Lakukan saja sebagaimana mestinya, jalankan saja peranmu sebagaimana mestinya. Bagaimana AlQur’an dan sunnah mendefinisikan itulah yang mesti kita ikhtiarkan.
Kemudian kata طَهَّرَكِ yang berarti mensucikanmu.
Kata طَهَّرَ dari wazan فَعَّلَ yang memiliki faidah lit ta’diyah yang awalnya bermakna suci menjadi mensucikan dan wazan فَعَّلَ ini menunjukkan adanya proses jadi sebelum Allah mensucikannya, maryam sudah menjadi wanita yang menjaga kesuciannya.
Maryam sangat menjaga dirinya. Sehingga maryam menjadi wanita yang suci dan disucikan.
Maryam adalah satu-satunya wanita yang suci, menjaga kesuciannya dan disucikan oleh Allah.
Ada beberapa pendapat disini mengenai disucikannya maryam diantaranya :
1. Maryam disucikan dari maksiat dan sentuhan-sentuhan laki-laki
2. Maryam disucikan dari perbuatan buruk
3. Maryam disucikan dari tuduhan orang-orang yahudi
4. Maryam disucikan dari haid
Hikmahnya adalah bahwa balasan bagi orang yang menjaga kesucian dirinya adalah ia akan dekat dengan pertolongan-pertolongan Allah.
Kemudian kata وَاصْطَفَاكِ yang kedua, yang diterjemahkan dengan “melebihkan kamu”.
Kata اصْطَفَاكِ yang pertama dengan yang kedua memiliki makna yang berbeda dalam kitab tafsir ibnu katsir dijelaskan makna اصْطَفَاكِ yang kedua adalah Allah memilih Maryam untuk kedua kalinya, karena kemuliaannya atas semua wanita di muka bumi.
Sedangkan kata عَلَىٰ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ ada dua pendapat mengenai hal ini bahwa pemilihan Allah terbatas pada zamannya (wanita yang semasa dengan maryam) dan pendapat kedua bahwa kemuliaan maryam mutlak atas seluruh wanita di dunia sampai akhir zaman sebagaimana dalam hadits Rasulullah.
“Wanita terbaik di dunia ada empat, yaitu Maryam binti Imran, Asiyah isteri Fir’an, Khadijah binti khuwailid, san Fatimah binti Rasulullah.”
Pemilihan maryam secara khusus dari wanita-wanita lain yaitu dengan melahirkan Isa tanpa seorang ayah.
Sebagaimana dikisahkan dalam surat maryam ayat 16 sampai dengan 23.
Allah memilih Maryam untuk kedua kalinya, yaitu dengan kehamilannya.
Digambarkan dalam surat maryam bahwa Maryam sempat kaget, orang setaat Maryam saja masih kaget. Rasa kaget ini bukan sebagai kalimat penolakan atau pengingkaran.
Akan tetapi karena maryam masih menggunakan logika, karena hamil harus ada sebab. Tapi Allah berkehendak sehingga bisa menghilangkan sebab tersebut.
Namun Maryam segera sadar dan ridho dengan keputusan Allah. bahwa kehendak Allah adalah yang terbaik, sehingga ia bertaubat dan menerima kehamilannya.
Ketika Allah ingin mengangkat kita lagi maka Allah akan memberi ujian yang berat untuk kita. Yakinlah kehendak Allah adalah kehendak yang terbaik. Dan jika kita memiliki dzon pada Allah maka segera bertaubat kemudian berdo’a dan bertawakal.
Ketika melakukan ikhtiar kebaikan istiqomahkanlah agar Allah memberi keberkahan. Jagalah diri kita dari apa-apa yang Allah larang agar Allah menjaga diri kita dan kerjakanlah apa-apa yang Allah perintahkan.
Terus ikhtiar dengan sebaik-baiknya ikhtiar hingga Allah Ta’ala ridho, Allah yang akan memberi kita pertolongan dan Allah pula yang akan memilih kita sebagaimana Allah memilih maryam.
Jika Allah sudah memilih kita, maka ujian akan semakin banyak. Tapi yakinlah bahwa Allah akan memberikan yang terbaik jika kita memiliki ilmu dan ikhlas.
Allahu a’lam..
Ambi Ummu Salman
Depok, 03 Desember 2019
No Responses