Tadabbur Surat Al-Baqarah dan Korelasinya dengan Ayat-ayat Puasa

Bsimillahirrahmanirrahim…

 

ramadhan-alquran-ceramah.org_

Muqaddimah

Bulan ramadhan berkaitan dengan Al-Qur’an dan puasa. Pagi ini kita menjadikan bulan ramadhan sebagaimana mestinya, menjadikan alquran hudalinnas. Menjadikan Al-Qur’an sebagai pentunjuk sebagaimana mestinya. Jika kita tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai hudalinnas maka kita belum mengikuti perintah Allah untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk.

Karakter Al-Qur’an itu mengangkat, mengangkat derajat suatu kaum di dunia dan akhirat. Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda,

اَنّ اللّٰهَ يَرْ فَعُ بِهَذَ الْكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخَر

Sesungguhnya Allah Subhaanahu wata’ala mengangkat derajat beberapa kaum dengan Al-Qur’an ini dan merendahkann yang lain dengannya pula.” (HR.Muslim)

Semoga kita menjadi generasi yang Allah angkat dengan Al-Qur’an bukan Allah jatuhkan dengan Al-Qur’an. Dalam hadist lain, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) Al-Qur’an nanti, ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).”

 

Malaikat yang paling mulia adalah jibril yang menyampaikan wahyu, Nabi sekaligus rasul yang paling mulia adalah Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam yang menerima wahyu Al-Qur’an. Tempat yang paling mulia adalah tempat diturunkannya Al-Qur’an yaitu Makkah dan Madinah, bahkan karena mulianya dajjal tidak sanggup masuk ke kedua kota tersebut. Ini adalah bukti AlQur’an bersifat mengangkat.

Allah juga menjaga Makkah dan Madinah agar tho’un tidak bisa masuk ke dalamnya, tapi wabah masih bisa masuk karena wabah belum tentu tho’un, seperti wabah yang ada saat ini.

 

Bulan yg paling mulia adalah ramadhan bulan diturunkannya Al-Qur’an, malam yang paling mulia malam lailatur Qadr malam diturunkannya Al-Qurán. Para sahabat yang dididik rasulullah dengan Al-Qur’an berhasil mengalahkan romawi dan persia, dua kekuatan besar yang menguasai dunia saat itu. Bahasa yg mulia bahasa arab yang menjadi bahasa alquran.

Jadi apa pun yang berkiatan dengan AlQur’an pasti Allah angkat atau muliakan.

 

Tadabbur Surat Al-Baqarah dan Kaitannya dengan Ayat-Ayat Puasa

 

Mari kita lihat surat Al-Baqarah ayat 185,

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

 

Allah memberikan akal dan syahwat manusia sebagai kelebihannya, Allah juga memberi malaikat akal tanpa syahwat sehingga dia selalu taat kepada Allah, sedangkan hewan Allah bekali dengan syahwat tapi tidak diberi akal sehingga hewan tidak bisa mengontrol nafsunya. Namun Allah membuat manusia menjadi makhluk yg istimewa dengan akal dan syahwat sehingga jika manusia bisa mengontrol syahwat dengan akalnya ia bisa lebih mulia dari malaikat dan ketika manusia mengikuti syhawatnya dan akalanya tidak mampu membendung syhawatnya maka ia bisa lebih rendah dari hewan.

Untuk mengarungi hidup di dunia ini manusia tidak bisa hanya menggunakan akal saja, meskipun akal ini adalah kelebihan bagi manusia tapi manusia membutuhkan panduan untuk menggunakan akalnya ini. Ibaratkan akal adalah mata yang membutuhkan cahaya untuk melihat, cahaya ini adalah wahyu sebagai panduan arena alquran adalah nur. Maka jika kita hanya menggunakan akal tanpa menggunakan peyunjuk dari Allah maka kita tidak akan bisa melihat sebagaimana mata tanpa cayaha yang tidak bisa melihat jalan, sehingga kita akan tersesat dan banyak hal yang tidak mengenakkan yang kita hadapi. Allah berikan petunjuk dalam hidup kita sehingga kita tidak hanya menggunakan akal namun juga dibekali panduan yaitu wahyu Allah.

Jika dibandingkan dengan makhluk lain manusia menjadi makhluk yang paling mulia, Allah sandingkan seluruh alam semesta ini dan manusia yang paling mulia diantara semua. Sehingga ibarat manusia ini alat yang sangat canggih dan rumit pembuatanya. Diibaratkan seperti alat yang sangat canggih dengan hagra yang sangat mahal tapi kalau kita tidak mendapat panduan dari parik pembuatnya. Maka jika digunakan akan rusak alat tersebut karena kita tidak tahu cara menggunakan alat tersebut. Sama seperti manusia jika tidak mengikuti panduan penciptanya maka akan mengalami kerusakan yang luar biasa.

Maka disini di bulan ramadhan ini Allah menurunkan Al-Quran, dan Al-Quran ini adalah hudalinnas. Di bulan ramdhan ini kita selalu membaca alquran namun membaca alquran saja tidak cukup, meskipun membacanya saja kita mendapatkan pahala kebaikan.

Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الـم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan ‘Alif Lam Mim’ satu huruf, tetapi ‘Alif’ satu huruf, ‘Lam’ satu huruf, ‘Mim’ satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi).

Namun Pahala dari membaca Al-Quran ini belum membuat kita menjadikan alquran sebagai hudalinnas (petunjuk bagi manusia), namun yang menarik dari alquran ini ternyata jika dalam surat Al baqarah ayat 185 Allah menjelaskan bahwa alquran adalah hudalinnas, diawal surat Albaqarah Allah menjelaskan bahwa alquran adalah hudalilil muttaqin.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 2,

ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

Sehingga Al-Qur’an memiliki dua fungsi yaitu hudalinnas dan hudallil muttaqin. Para ulama menjelaskan hudallinnas adalah petunjuk secara umum dan hudallil muttaqin adalah petunjuk secara khusus. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi semua manusia. Jadi orang yang tidak beriman, orang atheis sekalipun jika dia menggunakan alquran sebagai petunjuk dalam kehidupan sehari-hari maka dia akan memetik hasilnya tapi hanya di dunia tidak di akhirat karena siapa pun yang menggunakan alquran sebagai petunjuk akan memetik hasil yang luar biasa, namun berbeda jika orang beriman apalagi sampai pada level takwa ketika menggunakan alquran sebagai panduan / pentunjuk dalam hidupnya maka ia akan memetik hasilnya tidak hanya di dunia tapi sampai di akhirat.

Sehingga seakan Allah Taála ingin memanggil kita semua di bulan ramadhan ini, bahwa Al-Qur’an adalah pentunjuk  bagi manusia tapi kalian harus naik levelnya sehingga Al-Qur’an tidak hanya menjadi pentujuk secara umum (hudallinnas) tapi juga pentujuk secara khusus (hudallil muttaqin) dengan cara menjadi orang yang bertakwa.

Dalam suarat Al baqarah ayat 21 Allah berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,

Allah menjelaskan ujian keimanan adalah dengan taklif, pembebeban ibadah kepada manusia. Maka siapa yang sudah beriman kemudian taat kepada Allah dengan menjalankan ibadah maka levelnya akan naik menjadi orang yang bertakwa. Dan termasuk puasa adalah taklif yang Allah berikan kepada umat islam, ketika kita menjalankan puasa sesuai dengan panduan Al-qurán dan panduan Rasulullah, maka ujungnya adalah takwa (laallakum tattakun). Namun di awal surat al baqarah Allah menjelaskan bagiamana ciri orang yang bertakwa itu. Ciri utama adalah beriman kepada yang ghaib, sebagaimana yang kita tahu bahwa Allah itu ghoib, malaikat goib, para rasul ghaib, hari akhir ghaib. Rukun iman yang enam semua adalah ghoib. Yang paling utama adalah Allah itu ghoib yang tidak mungkin mampu kita pikirkan dan kita lihat karena Allah ghoib bagi kita. Sehingga disini Allah ingin menguji umat manusia apakah mengikuti panduan dengan beriman kepada Allah ketika Allah memberikan kitab suci sebagai panduan atau mereka tetap menggunakan akalnya yang terbatas itu dan cenderung mengabaikan petujuk dan wahyu Allah Ta’ála. Maka kita tahu kenapa surat al baqarah dinamakan surat Albaqarah karena surat Al baqarah ini berkaitan dengan kisah bani israil, bani israil ini adalah umat yang bermasalah dengan keimanan kepada yang ghoib karena kecenderungan bani israil ini adalah umat yang materialistik, sesuatu diukur dengan akalnya, logikanya. Maka sesuatu yang tidak bisa terindrakan mereka anggap itu tidak ada, maka wajar jika Allah menjelaskan kareakter mereka dalam Alquran surat albaqarah ayat 55,

وَإِذْ قُلْتُمْ يَٰمُوسَىٰ لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى ٱللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ ٱلصَّٰعِقَةُ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya”.

Bani israil mengatakan kepada Nabi Musa jika Allah itu ghoib kenapa kami harus beriman, maka harus ada dulu wujud Allah maka baru mereka akan beriman. Ucapan itu membuat mereka disambar halilintar yang menyebabkan mereka mati kemudian Allah hidupkan kembali agar mereka bersyukur kepada Allah dan yakin akan kekuasaan Allah, bahwa Allah mampu menghidupkan mereka kembali. Namun  ternyata peristiwa itu tidak menambah keimanan mereka sedikitpun.

Puncak penyimpangan bani israil yaitu pada kisah penyembelian sapi betina yang terdapat dalam surat Al baqarah ayat 67,

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِۦٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تَذْبَحُوا۟ بَقَرَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا ۖ قَالَ أَعُوذُ بِٱللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ ٱلْجَٰهِلِين

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”. Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil”.

Sebelumnya mereka telah menyebah sapi, sebagian mereka menganggap sapi yang dibuat oleh samiri ini sebagai Tuhan sehingga Allah menguji mereka dengan menyembelih sapi, maka Allah berikan perintah menyembelih sapi. Namun Perintah Allah mereka anggap sebagai olok-olokan. Maka nabi musa mengatakan, “aku berlindung kepada Allah dari sikap bodoh kalian”. Ini adalah karakter bani israil, ketika Allah berikan panduan dan perintah mereka jadikan perintah Allah sebagai olok-olokan. Dan puncaknya ketika mereka ngeyel tentang ciri-ciri sapi betina ini, yang tujuan mereka bukan untuk meminta penjelasan yang lebih rinci namun untuk ngeles dari perintah tersebut walapun ujungnya mereka mau tidak mau melaksanakan perintah tersebut ketika sudah Allah berikan kesulitan yang luar biasa dan lagi-lagi Allah memberikan ujian kepada mereka. Mereka banyak bertanya ketika ada perintah menyembelih sapi.

Kemudian kisahnya berlanjut pada surat Al baqarah ayat 73,

فَقُلْنَا ٱضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا ۚ كَذَٰلِكَ يُحْىِ ٱللَّهُ ٱلْمَوْتَىٰ وَيُرِيكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.

Ayat di atas Seakan-akan menunjukkan bahwa sebelum ini bani israil tidak berakal, karena orang yang hanya menggunakan akal saja tanpa menggunakan petunjuk Allah maka seakan-akan ia adalah orang yang tidak berakal dan termasuk orang-orang yang bodoh. Sehingga Allah ingin menggunakan perintah ini agar mereka berakal. Namun lagi-lagi bagi mereka ini tidak masuk akal, orang yang mati hidup kembali dengan bagian tubuh sapi yang telah mati itu tidak masuk akal bagi mereka, sesuatu yang mati bertemu dengan yang mati  maka tidak bisa menghidupkan. Namun disini Allah ingin mengjelaskan tentang konsep keimanan yang itu lebih tinggi dari akal manusia, dan Allah sanggup menghidupkan manusia yang mati dengan dipukulkan bagian tubuh sapi yang telah disembelih.

Pelajaran bagi kita ketika Allah memberikan perintah kepada kita maka memang itu yang terbaik dan Allah lebih tahu tentang kita.

Dan semua aturan yang dibuat oleh manusia di muka bumi ini jelas tidak sanggup memberikan maslahat manusia secara umum, dan kadang manusia membuat aturan untuk kepentingan kelompoknya sendiri. Tapi Allah ta’ala ketika membuat aturan pasti menginginkan kebaikan untuk makhluk-makhluknya.

Dan harus kita ketahui bahwa setiap aturan Allah itu adalah aturan yang berkaitan dengan sebab akitab. Jadi siapa yg beriman kepada Allah pasti akan selamat kehidupannya dan siapa yang melanggar perintah dan aturan Allah pasti akan mengalami kesulitan dan masalah yang luar biasa. Contoh sederhana ketika seseorang mengendarai truk dengan berat 10 ton kemudian dia melewati jembatan yang disitu tertulis hanya mampu menahan beban 5 ton, jika sopir ini berfikir mumpung tidak ada polisi maka dia menyebrangi jembatan itu dan seandainya dia paksakan menyebarang walaupun tidak ada yg melihat maka jembatan itu akan runtuh dan dia akan teejatuh.

Maka sama seperti itu, ketika Allah tidak menampakkan keberadaannya bagi kita semua tapi Allah membuat aturan bagi semua, seandainya kita langgar aturan tersebut dan tidak ada manusia yang tahu pasti tetap ada efeknya bagi kehidupan kita.

Maka,

disurat al baqarah ini berisi ujian-ujian Allah bagi manusia siapakah yang dominan akalnya dan siapakah yang tunduk dan taat kepada Allah, sehingga nanti levelnya menjadi orang yang bertakwa dan mendapatkan petunjuk secara khusus (hudalllil muttaqin).

 

Ada beberapa kisah yang Allah munculkan di surat albaqarah yang kisah-kisah ini berkaitan dengan tema-tema makanan, termasuk pembahasan puasa isi berkaitan dengan makanan. Sehingga ada korelasi yang sangat kuat antara pembahasan surat al baqarah dengan tema makanan.

 

Yang pertama adalah kisah nabi Adam dalam surat al baqarah ayat 35,

وَقُلْنَا يَٰٓـَٔادَمُ ٱسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ ٱلْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.

Sebelum Allah menciptakan nabi Adam, Allah telah berkata kepada malaikat “sesungguhnya Aku akan menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi”, namun mengapa Allah tidak lansung menempatkan mereka (Adam dan Hawa) di muka bumi? namun Allah menempatkan mereka terlebih dahulu menempatkan keduanya di surga. Seakan Allah Ta’ala ingin mengajarkan kepada kita bahwa kita anak keturunan nabi adam ini adalah makhluk surga, kita bukan makhluk bumi sehingga jika kampung halaman kita surga berarti keberadaan kita di muka bumi ini tidak untuk selamanya. Ada kalanya kita akan pulang ke pulang ke kampung halaman dan mudiknya kita tidak ada kembali lagi ke bumi, kita akan menetap selamanya di surga tempat awal dimana nabi Adam dan istrinya berada.

Namun lagi-lagi perjalanan kita untuk pulang kampung benar, bekal kita harus cukup. Jika bekal kita tidak cukup dan perjalanan kita tersesat arah maka bukan kita pulang kampung ke surga malah kita akan tersesat di neraka. Dan kita tahu untuk kenimakatan surga ini sangat luar biasa dan nyak sekali, namun dalam surat al baqarah ini Allah hanya menyebut satu kenikmatan yaitu berkaitan dengan makanan. Jadi Allah hanya menyebut satu kenikmatan yaitu kenikmatan makanan dan dengan tema makanan ini Allah menguji nabi adam. Dan lewat makanan ini iblis sebagai musuh utama dan musuh pertama umat manusia memanfaatkan tema makanan untuk menggoda nabi Adam yang tinggal di surga bersama istrinya. Dan kita tahu akhir dari kisah ini adalah iblis berhasil membujuk dan merayu nabi Adam untuk memakan buah dari pohon yang Allah larang sehingga ketika nabi adam dan istrinya memakan buah dari pohon yang allah larang ini lansung tersingkap auratnya.

Jadi disini menjadi pelajaran bagi kita ternyata ada tolok ukur keberhasilan iblis dalam menyesatkan manusia yaitu dengan tersingkapnya aurat, maka ketika ada orang-orang yang ternyata auratnya tersingkap maka itu tanda bahwa iblis itu sudah berhasil  menggelincirkan dia. Walaupun ada orang yang mengatakan “yang penting hatinya baik daripada tertutup tapi hatinya tidak baik“. Dengan dia tidak menutup auratnya menandakan bahwa hatinya tidak baik, kalau dengan Rabb-Nya saja dia tidak patuh maka apa pantas orang seperti itu disebut baik. Dan lagi-lagi orang yang tidak mengikuti aturan Allah walaupun seluruh manusia mengatakan dia cerdas tapi hakikatnya dia adalah bodoh karena ada yang lebih tinggi dari Akal yaitu keimanan.

Bahkan terkadang Allah Ta’ala menujukkan kepada kita bahwa orang yang cerdas sekalipun kalau tidak mau mengikuti petunjuk Allah maka terlihat bodoh terlebih dalam masalah menutup aurat ini.

Mereka yang mau mengikuti petunjuk Allah mereka itulah orang yang berakal.  Tapi kalau tidak mau maka sedercas apa pun hakikatnya dia adalah orang yang bodoh.

Nabi adam ketika makan yang haram lansung tersingkap auratnya maka coba dikoreksi mereka yang sulit untuk menutup auratnya bisa jadi ada makanan-makanan yang haram yang dikonsumsi sehingga menjadikan dia sulit sekali menutup auratnya. Itu yang terjadi kepada ayah dan ibunda kita ketika memakan sesuatu yang dilarang Allah.

Dan disini pelajarannya ternyata nabi Adam dan Bunda Hawa yang sudah tinggal di surga  yang Allah uji dengan tema makanan dan iblis pun menggunakan tema makanan itu untuk menggelincirkan nabi Adam dan istinya, dan ternyata nabi Adam pun tergelincir. Dan walapun memang ini adalah takdir Allah karena nabi Adam sejak awal memang diciptakan untuk tinggal di bumi. Sehingga nanti kita tahu ada perdebatan antara nabi adam dengan nabi musa, sebagaimana dalam hadits Rasulullah.

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Adam dan Musa pernah berbantahan. Musa berkata, ‘Wahai Adam, engkau adalah bapak kami. Tetapi engkau telah mengecewakan kami karena menyebabkan kami keluar dari surga.’ Adam menjawab, ‘Engkau wahai Musa, engkau telah dipilih dan dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan kehendak-Nya engkau dapat bercakap-cakap dengan-Nya. Apakah engkau mencelaku karena urusan yang telah ditakdirkan Allah atasku sejak 40 tahun sebelum aku diciptakan-Nya?’

Demikianlah Adam membantah Musa, demikianlah Adam membantah Musa, demikianlah Adam membantah Musa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun pelajaran bagi kita bahwa yang tinggal di surga saja Allah keluarkan dari surga disebabkan masuknya yang haram ke dalam tubuhnya seakan surga itu tidak menerima orang-orang yang di dalam tubuhnya ada sesuatu yang haram. Maka wajar jika
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

كل لحم نبت من سحت فالنار أولى به

 Setiap Daging yang Tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih berhak baginya.” (HR. Thabrani).

 

Dan tidak hanya itu pembunuhan pertama yang dilakukan dimuka bumi yang dilakukan oleh Qabil, Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Tidaklah dibunuh suatu jiwa dengan zalim melainkan dosa pembunuhan itu akan ditanggung pula oleh anak Adam yang pertama (Qabil) karena dialah yang pertama memberi contoh pembunuhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan disini yang menarik rasul mengatakan “kecuali ada pada anak adam yang pertama” seakan rasul menjelaskan pada kita bahwa Qabil itu adalah anak pertama nabi adam. Dan kalau kita mau merenung bahwa nabi Adam dan Hawa makan dari apa yang Allah larang dan ternyata anak pertama mereka adalah Qabil yang kita tahu watak Qabil adalah sangat tidak baik.

Maka berhati-hatilah kita ketika memakan sesuatu yang Allah larang, bahwa ternyata efeknya tidak hanya pada kita bahwa itu efeknya ada pada anak-anak kita.

Makanan yang haram ini adalah hal yang sangat berbahaya, dalan sebuah hadits dikisahkan,

Rasulullah shalllallahu alaihi wasallam besabda:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى : ,يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً – وَقاَلَ تَعَالَى : , يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ – ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ

Wahai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik dan hanya menerima yang baik. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk (melakukan) perintah yang disampaikan kepada para nabi. Kemudian beliau membaca firman Allah, “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amalan yang shaleh.” Dan firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami anugerahkan kepadamu.” Kemudian beliau menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh (lama), tubuhnya diliputi debu lagi kusut, ia menengadahkan tangannya ke langit seraya berdoa, ‘wahai tuhanku wahai tuhanku.’ Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, dan ia diberi makan dengan yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan.”(HR.  Muslim).

Doa orang yang harusnya diijabah oleh Allah dengan sebab-sebab diijabahnya doa ternyata Allah tidak kabulkan karena sebab ada yang haram yang masuk ke tubuhnya.

Dan dalam sebuah hadits dikatakan bahwa doa itu adalah intisari ibadah, dan para sabahat yang mendengar ini menyimpulkan kalau doa yang merupakan intisari ibadah ternyata tidak Allah terima karena mengkonsunsi sesuatu yang haram maka bisa jadi ibadah-ibadah yang lain tidak Allah terima karena yang haram ini.

Maka wajar kalau orang yang biasa mengkonsunsi yang haram akan sulit masuk surga karena nabi Adam yang sudah di surga saja disebabkan yang haram Allah keluarkan dari surga, maka kalau kita ingin kembali ke surga jauhi yang haram.

Capture

 

Kemudian kisah selanjutnya adalah kisah Bani Israil dalam surat al baqarah ayat 57,

وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ ٱلْغَمَامَ وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ ٱلْمَنَّ وَٱلسَّلْوَىٰ ۖ كُلُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقْنَٰكُمْ ۖ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِن كَانُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu “manna” dan “salwa”. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Ulama menjelaskan untuk manna dalah minuman sejenis madu dan salwa adalah daging sejenis burung puyuh dan keduanya adalah makanan surga. Jadi Allah memberikan makanan surga bagi Bani Israil dan seakan Allah ingin menjelaskan kepada Bani Israil betapa nikmatnya makanan surga agar mereka punya keinginan yang besar untuk kembali ke kampung halaman manusia yaitu surga. Bani Israil ketika Allah berikan makanan yang lansung Allah turunkan dari surga dengan syarat mereka taat kepada perintah Allah, lagi-lagi Bani Israil ini adalah kaum yang tidak bisa taat kepada Allah. Maka itulah kenapa surat alcbaqarah ini mengajarkan kita agar tidak mencontoh bani israil, karena bani israil ini adalah contih umat yang gagal yang tidak beriman kecuali dengan sesuatu yang sesui dengan logika mereka dan Mereka tidak siap taat kepada Allah Ta’ala.

Maka dengan cara berfikir bagi mereka yang mungkin terlihat cerdas mereka membuat antisipasi kalau nanti mereka tidak taat dan Allah tidak turunkan makanan lepada mereka maka mereka meminta kepada nabi Musa makanan yang berasal dari bumi, sebagaimana di surat al baqarah ayat 61,

وَإِذْ قُلْتُمْ يَٰمُوسَىٰ لَن نَّصْبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ وَٰحِدٍ فَٱدْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنۢبِتُ ٱلْأَرْضُ مِنۢ بَقْلِهَا وَقِثَّآئِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۖ قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ ٱلَّذِى هُوَ أَدْنَىٰ بِٱلَّذِى هُوَ خَيْرٌ ۚ ٱهْبِطُوا۟ مِصْرًا فَإِنَّ لَكُم مَّا سَأَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ ٱلذِّلَّةُ وَٱلْمَسْكَنَةُ وَبَآءُو بِغَضَبٍ مِّنَ ٱللَّهِ ۗ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا۟ يَكْفُرُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَيَقْتُلُونَ ٱلنَّبِيِّۦنَ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ ۗ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا۟ وَّكَانُوا۟ يَعْتَدُونَ
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya”. Musa berkata: “Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta”. Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.

 

Karena sesungguhnya mereka tidak mau taat kepada Allah jadi seenak apa pun makanan yang diberikan tidak cukup bagi mereka. Di ayat ini mereka masih memakai kalimat Rabb-Mu, seakan mereka belum mengakui bahwa Allah adalah Rabb mereka.

Mereka meminta semua makanan itu karena mereka tidak mau terikat kepada Allah Ta’ala dan mereka tidak sadar baik makanan yang Allah turunkan dari langit atau makanan yang Allah tumbuhkan dari bumi semua atas kuasa Allah Ta’ala dan bisa jadi jika Allah berkehendak jika mereka tidak, Allah tidak akan berikan makanan bagi mereka. Tapi mereka merasa cerdas dengan pilihan mereka itu, sehingga Allah menghinakan mereka.

Allah uji bani israil dengan tema makanan agar mereka taat dan ternyata mereka gagal dan tidak sanggup taat kepada Allah walapun diberi makanan yang paling nikmat sekalipun.

 

 

Kemudian ada kisah Nabi Ibrahim dalam surat al baqarah ayat 126,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُم بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”.

Allah kisahkan tentang nabi ibrahim yang meletakkan Hajar dan Ismail di Makkah. Secara logika seorang kepala keluarga tidak akan tega melakukan hal itu, bagaimana mungkin anak dan istri bisa hidup dengan satu kantong air dan satu kantor kurma. Namun dengan ketaatan Hajar yang luar biasa dia hanya bertanya, “Hendak ke manakah, wahai Ibrahim? Engkau meninggalkan kami di lembah yang tiada teman atau apa pun?” Hajar mengulang pertanyaannya beberapa kali. Saat dilihatnya Ibrahim hanya diam, segera ia tersadar. “Apakah Allah yang menyuruhmu berbuat demikian?” tanyanya dengan kecerdasan luar biasa. “Benar“. Jawab Ibrahim. “Jika demikian maka Allah tidak akan menelantarkan kami,“Jawab Hajar dengan penuh ketakwaan. Kemudian Ia kembali ke tempat semula, sedangkan Ibrahim melanjutkan perjalanannya.

Secara logika mereka tidak akan hidup di negeri yang sangat gersang yang tidak ada air dan tidak ada makanan, namun ketika keimanan mengalahkan logika dan ketaatan mereka mengalahkan logika manusianya maka Allah memberikan kepada mereka diluar apa yang bisa mereka sangka. Maka satu kantung air Allah ganti dengan air zam-zam yang sampai sekarang bisa kita nikmati keberkahannya. Dan satu kantung kurma diganti dengan buah-buahan yang terus ada. dan itu sesuai dengan doa nabi Ibrahim dalam surat al baqarah surat 126 ini.

Keimanan mengalahkan logika manusia, dan nabi Ibrahim berhasil menjalani ujian itu.

 

Pertanyaannya adalah, apakah seluruh bani israil gagal dalam ujian makanan ini?, jawabannya adalah tidak. Para nabi dari bani israil dan orang-orang shalih dari kalangan bani israil yang mengikuti pentunjuk dan aturan Allah, Allah beri kebaikan bagi mereka.

Allah munculkan kisah Thalut, Thalut berasal dari kalangan yang tidak banyak hartanya sehingga banyak mendapat tentangan dari kaumnya.

Dalam surat albaqarah ayat 249,

فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِٱلْجُنُودِ قَالَ إِنَّ ٱللَّهَ مُبْتَلِيكُم بِنَهَرٍ فَمَن شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّى وَمَن لَّمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُۥ مِنِّىٓ إِلَّا مَنِ ٱغْتَرَفَ غُرْفَةًۢ بِيَدِهِۦ ۚ فَشَرِبُوا۟ مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ ۚ فَلَمَّا جَاوَزَهُۥ هُوَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ قَالُوا۟ لَا طَاقَةَ لَنَا ٱلْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِۦ ۚ قَالَ ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُوا۟ ٱللَّهِ كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةًۢ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku”. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya”. Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.

 

Disini Allah uji pasukannya dengan tema minuman yaitu, “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku”. Maka banyak sekali yang minum kecuali yang sedikit saja mengikuti aturan tersebut. Sebagian sahabat mengatakan jumlahnya sama seperti jumlah pasukan perang badar, 313 atau 314. Secara logika jika ingin melakukan perjalanan yang panjang maka butuh minum yang banyak agar kuat ketika perang, namun justru disini ketika manusia menggunakan logikanya diatas perintah dari Allah, maka mereka justru lemas ketika melakukan perjalanan. Justru yang minum hanya secidukan tangannya itu yang kuat melakukan perjalanannya.

Ini menjadi pelajaran bagi kita dalam menjalani puasa yang tidak makan dan minun dari terbit fajar hingga tenggelam matahari, terlebih ketika udara yang sangat panas. Ketika berbuka kita ingin makan dan minum sangat banyak jadi tidak cukup hanya ruthob atau kurma, tidak cukup hanya dengan air putih. Kita makan dan minum yang banyak dengan dalih seharian menahan makan dan minum sehingga harus diisi dengan makanan dna minuman yang banyak biar nanti ibadah tarawihnya semakin kencang. Logikanya seperi itu, tapi tenyata yang terjadi ketika orang makan dan minum dengan sangat banyak baru dapat dua rakaat sudah tidak sanggup tarawihnya. Disini menjadi pelajaran bagi kita jika ingin ibadah kita maksimal kita ikuti apa yang diajarkan oleh rasulullah dan ambil pelajaran dari pasukan thalut yang justru yang minum yang sedikit ini yang mampu mengalahkan jalut yg perkasa itu. Seakan disini Allah menjelaskan keberhasilan thalut dalam hal ini.

 

Kemudian pembahasan tema makanan di surat al baqarah ayat 168,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Ini adalah perintah Allah untuk makan yang halal dan thayyib dari yang ada di muka bumi dan jangan mengikuti langkah-langkah syaiton.

Apa korelasi makan makanan yang halal dan thoyyib dengan mengikuti langkah-langkah syaiton?, seakan mereka yang makananannya tidak halal dan tidak thayyib itu sedang mengikuti langkah-langkah syaiton. Maka ada korelasi yang kuat antara tema makanan dengan cara syaiton menggelincirkan manusia sebagai anak keturunan nabi adam. Itu yang digunakan pada manusia pertama (Nabi Adam) dan itu berhasil, jangan sampai itu menjadikan kita tegelincir pada hal yang sama yaitu tema makanan. Maka Allah memperingatkan kita dengan makan yang halal dan thayyib yang kalau tidak begitu maka kalian ikut langkah-langkah syaiton.

Dalam Alquran surat albaqarah dijelaskan bahwa syaiton menakut-nakuti kita dengan kefakiran dan menyuruh untuk berbuat keji dan munkar. Tapi Allah menjanjikan bagi kita maghfiroh.

Merekaa yang sudah terlanjur dengan yang haram itu Allah janjikan ampunan jika mau berhenti dan Allah ganti dengan karunia yang jauh lebih baik.

Allah berfirman dalam surat al baqarah ayat 268,

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) ; sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui”

Dua jenis makanan yang haram dalam surat albaqarah yaitu yang haram karena sebab dzatnya dan haram karena cara mendapatkan. Diantaranya dalam surat Al baqarah ayat 173 tentang makanan yang haram, al baqarah ayat 219 tentang minuman yg haram, al baqarah ayat 275 tentang riba.

Orang-orang yang makan riba dia tidak berdiri kecuali seperti berdirinya orang yang kesurupan syaiton. Ulama menjelaskan ini terjadi bagi mereka yang biasa memakan riba nanti di hari kiamat, namun ternyata ini tidak hanya terjadi di hari kiamat namun juga di dunia. Orang yang memakan riba seperti orang yang kesurupan, dia tidak peduli dengan orang disekitarnya, orang-orang diperas hartanya asal mereka dapat keuntungan. Allah menghilangkan keberkahan dari riba dan Allah menumbuhkan sedekah. Lawan dari riba adalah sedekah

Riba bahkan lebih buruk dari khamr, bahkan ada ancaman diperangi Allah dan rasulNya dan tidak ada dosa lain yg ancamannya diperangi Allah dan rasulNya.

Khamr sesuatu yang paling buruk secara dzatnya, dan riba adalah yang paling buruk dari cara memperolehnya.

Nabi adam memiliki ilmu tapi nabi adam tergelincir karena bersebab lupa, kita tidak punya ilmu dan sering lupa sehingga kita punya potensi besar untuk tergelincir dalam rayuan syaiton.

 

Dalam surat Al baqarah ada Ayat-ayat yang membahas tentang puasa. Puasa ini kita tidak makan dan minum sejak dari terbit fajar hingga tenggelam matahari, padahal di rumah-rumah kita ada makanan dan minuman yang halal, namun kita tidak memakannya karena kita taat kepada Allah Ta’ala.

Sehingga makanan dan minuman yang halal dzat dan cara memperolahnya itu tidak kita makan karena kita taat kepada Allah, maka Allah ingin mengajarkan kepada kita yang halal saja tidak kita makan karena taat kepada Allah apalagi yang haram. Maka orang yang berhasil menjalankan tarbiyah Allah dengan pausa ini tidak mungkin dia kembali kepada yang Allah haramkan karena selama ramadhan ia sudah berhasil taat kepada Allah walaupun tidak ada yang melihat. Dan inilah keutamaan puasa, makanya dikatakan dalam hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari)

Karena ibadah puasa itu antara kita dengan allah dan Allah itu ghoib. Puasa ini adalah ibadah yang paling efektif meningkatkan ketakwaan kita yaitu menjadi orang-orang yang beriman kepas yang ghoib. Dan syaiton itu mengalir pada tubuh anak adam melalui peredaran darah dan kita tahu bahwa darah ini bersumber dari makanan, maka jika makanannya haram syaiton akan lebih leluasa disitu. Dan yang menjadi pemompa darah adalah jantung, dan jantung ini adalah sangat penting bagi manusia, jika baik maka baiklah jasadnya sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah.

Puasa-itu-Balasannya-Langsung-dari-Allah-UntukKu-2

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Sehingga,

mereka yang memakan haram syaiton leluasa dalam tubuhnya dan mereka yang taat kepada Allah dan tidak makan yang haram bahkan yang halal pun tidak kita makan karena Allah, makan syaiton itu tidak akan sanggup menggoda kita.

Dan untuk pembahasan puasa ada pembahasan tentang doa dalam al baqarah ayat 186,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

 

Puasa menjadi sebab dikabulkannya doa. Orang yang memakan haram tidak Allah kabulkan doanya seakan menunjukkan Allah jauh dari orang itu dan orang tersebut dekat dengan syaiton. Dan orang yang taat itu dekat dengan Allah dan jauh dari syaiton.

Sehingga jika kita sanggup menjaga diri kita dari yang haram dan bahkan puasa mengajarkan ketaatan yang luar biasa bagi kita, insyaaAllah Allah dekat dengan kita dan apa yang kita minta akan Allah kabulkan.

 

Sehingga korelasi dari semuanya, mengapa perintah puasa ini ada dalam surat al baqarah karena surat al baqarah berisi ujian-ujian yang salah satu ujiannya berkaitan dengan makanan.

Maka Allah menguji kita siapakah yang patuh kepadaNya, tidak makan walaupun ada makanan yang halal di rumah kita karena ketaatan kita kepada Allah Taála.

Capture2

Allahu a’lam…

 

Ambi Ummu Salman

(catatan kajian bersama Ustadz Ali Shodiqin, Lc dengan tema “Tadabbur Surat Al-Baqarah dan korelasinya dengan ayat-ayat puasa”. Mohon maaf jika kesalahan dalam penulisan)

Add Comment