Tadabbur Al-Qur’an, Rumus Mendidik Anak dari Surat Ali Imran Ayat 37

Bismillahirrahmanirrahim….

Mari mentadabburi AlQur’an dengan tema parenting, kali ini kita akan mentadabburi satu ayat dalam surat Ali Imran dengan tadabbur dari segi bahasa dengan metode tadabburi.

Rumus Mendidik Anak dari Surat Ali Imran Ayat 37

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya :
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan menumbuhkannya (mendidiknya) dengan penumbuhan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.

Ayat ini adalah potongan dari kisah keluarga Imran dalam surat Ali Imran, dimana di ayat ini Allah menerima doa dan nadzar Hannah (Istri Imran).

Tadabbur Ayat :

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ :

Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik

Kata َتَقَبَّلَ berasal dari wazan تفعّل. Kata تَقَبَّلَ memiliki makna menerima. Mengapa Allah memakai kata تَقَبَّلَ dan tidak memakai kata قَبِلَ yang sama artinya yaitu menerima.
Karena تَقَبَّلَ dan قَبِلَ sama-sama memiliki makna menerima namun jenis penerimaan dari dua kata itu berbeda. Kalau قَبِلَ maknanya menerima dengan lansung, misalnya seperti pada kalimat akad nikah yang diucapkan oleh mempelai laki-laki “قبلت نكاحها…(Qabiltu nikahaha…)”, dalam kata qobiltu ini berarti pihak mempelai laki-laki lansung menerima lansung wali perempuannya.

Sedangkan untuk kata تَقَبَّلَ yang memiliki tasydid, tasydid ini menandakan adanya proses yang panjang. Dalam menerima nadzarnya Hannah butuh proses yang lama makanya Allah pilih kata تَقَبَّلَ.

Jadi ketika ibundanya maryam nadzar agar anaknya berkhidmad di baitul maqdis, Allah tidak lansung menerima. Butuh waktu yang lama dan ada proses sehingga nadzarnya itu diterima oleh Allah.

Berarti proses fataqobbalaha dalam ayat ini dimulai dari keshalihan kedua orang tua maryam karena kalau kita membaca kisah keluarga Imran, keduanya (Imran dan Hannah) memang sudah terkenal shalih dikalangan kaumnya. Jadi proses mendidik anak itu dimulai dari sebelum menikah, dari memilih pasangan kemudian proses dari meminta keturunan, hamil, melahirkan sampai pendidikan masa kanak-kanak sebelum masuk dalam pengasuhan Nabi zakaria sebelum memasuki usia baligh. Barulah ada pengabulan doa dan nadzar dari Allah Ta’ala.

Selanjutnya perlu diperhatikan adalah kata بِقَبُولٍ,mengapa Allah memilih kata tersebut padahal kata tersebut bukanlah bentuk masdar dari تَقَبَّلَ melaikan masdar dari قَبِلَ. Jadi mengapa Allah tidak memakai kata yang se-wazan?.
Berarti ada peralihan disini dari تَقَبَّلَ (proses mendidik dari orang tua) kemudian beralih menjadi بِقَبُولٍ (penerimaan lansung dari Allah).

Ini adalah proses peralihan pendidikan yaitu pendidikan dari orangtua terlebih dahulu sebelum dialihkan pendidikan oleh Allah Ta’ala. Jadi sebelum pendidikan itu diambil lansung oleh Allah, ada pendidikan yang Allah amanahkan kepada orangtuanya.
Maryam sebelumnya dididik terlebih dahulu oleh Hannah Ibunya.
Makanya kita mengenal adanya kuttab atau pendidikan sekolah dasar diusia kanak-kanak. Ketika di kuttab anak-anak masih bisa pulang dan pergi karena pada fase ini pembebanan mendidik masih di tangan orangtuanya (fase pendidikan orangtua).

Selaras dengan apa yang disampaikan oleh pakar pendidikan islam Dr. Khalid Ahmad Asyantut bahwanyasanya pendidikan di masaka kanak-kanak itu 60% di rumah, 20% di sekolahnya, dan 20% lagi pada lingkungannya. Maka pengokohan pendidikan pada masa anak-anak kuncinya ada pada orangtuanya.

Kemudian barulah ada fase berpisah dengan orangtua yaitu fase rihlah, anak harus berpisah dengan orangtua, mengembara untuk mencari ilmu sebagaimana yang banyak dilakukan oleh imam-imam besar seperti contohnya imam syafi’i. Dan ini adalah pendidikan lansung yang diasuh oleh Allah Ta’ala.

Jadi orangtua disini harus memaksimalkan fase dimana saat anak-anak bersama orangtua dan orangtua harus punya peran pendidikan dahulu di rumah sebelum dia alih asuhkan kepada Allah Ta’ala.

Jadi تَقَبَّلَ itu butuh proses dan banyak proses yang harus dijalani Hannah sampai Allah menerima nadzarnya, ada proses dan ikhtiar sehingga Maryam menjadi mukharror di baitul maqdis.
Jadi sekali lagi, sebelum memperoleh pendidikan dari Allah harus diawali dari pendidikan di rumah dan harus dengan pendidikan yang baik.

Kemudian, kalau sudah Allah terima pendidikannya maka Allah pilih redaksi,

وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا

“dan menumbuhkannya dengan penumbuhan yang baik”.

Kata َأَنْبَتَ berasal dari wazan افعل yang awalnya wazan فعل kemudian mendapat tambahan hamzah qotho’ pada awal kalimat yang memiliki faedah lil mubalaghoh (mempersangat/melebihkan)

Sehingga disini Allah menegaskan bahwa Allah akan benar-benar menumbuhkan/mendidik maryam
Dan Allah lengkapi dengan kalimat selanjutnya yaitu dengan kata,

نَبَاتًا حَسَنًا :
Dengan penumbuhan yang baik.
Dengan memakai isim masdar dimana kaidah isim ini adalah bersifat pasti dan tidak terikat waktu.

Sehingga makna kalimat ini adalah bahwa Allah benar-benar akan menumbuhkan maryam dengan penumbuhan yang sebaik-baiknya.

Kata َأَنْبَتَهَا dan نَبَاتًا tidak se-wazan, disini menunjukkan bahwa Allah akan mudahkan pertumbuhannya jika pertumbuhan dengan orangtuanya (pendidikan dasarnya) sudah kokoh. Maka anak mudah diatur. Dan ini adalah bentuk pendidikan lansung dari Allah. Allah mudahkan pendidikan dan pertumbuhannya.

Kemudian kalimat selanjutnya adalah

وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا

“dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya”.

Mengapa Allah pilih kata كَفَّلَ memakai tasydid bukan dengan kata اكفل (kata اكفل bermakna memelihara lansung) Allah jadikan Zakaria sebagai pengasuh Maryam. Namun sekali lagi dalam ayat ini Allah memakai kata bertasydid. Allah seakan menjadikan Zakaria pengasuh padahal Allah lah yang lansung mengasuh Maryam. Dan pemilihan Zakaria ini membutuhkan proses, sehingga dipakai kata كَفَّلَ. Dalam kisahnya orang-orang shalih berebut untuk mengasuh maryam, karena pendidikannya sudah benar sehingga maryam menjadi pribadi yang baik. Apabila pribadi sudah baik maka banyak orang-orang baik yang akan berusaha untuk ikut mendidik karena Allah yang lansung mendidiknya. Allah lansung yang menjaganya maka semua kebutuhan dalam pengasuhan dan belajar Allah lansung yang menanggungnya. Maka di mihrab maryam dia lansung mendapati rezeki yang Allah berikan kepadanya.

Kemudian kalimat maryam selanjutnya adalah,

قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab”.

Kalimat diatas menunjukkan ketauhidan maryam yang kokoh. Ia menjawab dengan kemantapan dan keraguan bahwa semua berasal dari Rabbnya.

Jadi apabila pendidikan dasar itu sudah baik dan Allah bimbing ke depannya maka sesuatu yang baik itu akan muncul. Dan yang pertama kali muncul adalah Tauhidnya. Hasil dari pendidikan yang baik (pondasi yang kokoh) dan senantiasa diiringi oleh Allah Ta’ala maka yang muncul adalah ketauhidan yang benar (kokoh) dari Allah Ta’ala lansung.

Pelajaran dari ayat ini akan menjadi rumus mendidik anak agar kita berhasil, dengan tahapan sebagai berikut:

1. Jalankan tugas sebagai orangtua dengan sebaik-baiknya, proses mendidik anak dimulai dari diri sendiri (orangtua), menshalihkan diri terlebih dahulu. Dan proses mendidik anak bukan dari sejak hamil namun sejak mulai memilih pasangan.

2. Orangtua harus memaksimalkan fase dimana saat anak-anak bersama orangtua dan orangtua harus punya peran pendidikan dahulu di rumah sebelum anak berlalih dalam fase pengasuhan Allah Ta’ala.
Ada ikhtiar dan proses yang panjang yang harus dilalui orangtua, sebelum anak memperoleh pendidikan dari Allah yaitu harus mengokohkan pondasinya terlebih dahulu (kokoh fase pendidikan dasarnya).

3. Jika Allah sudah menerima amal kita, Allah akan jadikan anak kita mudah diatur dan ini adalah bentuk pendidikan lansung dari Allah. Allah yang akan mudahkan pendidikan dan pertumbuhannya.

Dan ingatlah dua syarat diterimanya suatu amal yaitu :
▪Ikhlas karena Allah
▪Ilmu (dalam hal ini berarti kita harus mengilmui tentang pendidikan anak)

4. Apabila pendidikan anak-anak kita sudah baik maka akan banyak orang-orang baik yang berusaha untuk ikut mendidik anak kita. Ini adalah bentuk pengakuan sosial, dimana masyarakat pada umumnya menyukai manusia yang berkahlak baik.

5. Jika Allah yang lansung mendidik anak kita maka Allah yang akan menjaganya, semua kebutuhan dalam pengasuhan Allah yang akan menanggungnya.

6. Jika pendidikan dasar sudah kokoh maka yang akan pertama kali muncul dalam diri anak kita adalah ketauhidan yang benar (kokoh).
Maka didik anak kita dengan benar dan senantiasa libatkan Allah dalam setiap ikhtiar mendidik kita.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa membimbing kita dalam mendidik anak-anak kita menjadi generasi yang mukharror.. Aamiin..

Allahu a’lam…

Ambi Ummu Salman

(Tadabbur AlQur’an dengan metode Tadabburi, pembimbing ustadz Harun Arrasyid, Lc)

2 Comments

  1. Tety dewi August 19, 2020
    • Ambi ummu salman August 19, 2020

Leave a Reply to Ambi ummu salman Cancel reply