Maksiat Merusak Hubungan dengan Makhluk

Bismillah…

Terbiasa mengerjakan maksiat yang Allah larang akan berdampak negatif bagi kehidupan seseorang baik sisi kejiwaan, jasmani, maupun hubungannya dengan orang-orang sekitar. Orang yang paling banyak merasakan dampaknya adalah pelaku maksiat itu sendiri dan keluarganya. Rumah akan menjadi ‘neraka’ yang tak dapat dibendung karena banyaknya problem, sebagai hukuman Allah Ta’ala.

Supaya keluarga menikmati ketentraman rumah, maka wajib bagi mereka untuk meninggalkan seluruh kemaksiatan kecil maupun besar, baik terkait dengan hak Allah, diri sendiri, maupun masyarakat. Ketika itulah mereka akan merasakan kebahagiaan dan kenikmatan hidup sesungguhnya. Mengerjakan amal ketaatan tidak cukup, namun harus diiringi dengan meninggalkan maksiat dan kemungkaran. Allah Ta’ala berfirman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syura :30)

Mengerjakan kemaksiatan akan menyebabkan terjadinya musibah dan bencana, termasuk problem di dalam rumah. Baik antara suami dan istri, anak dan anak, ataupun orang tua dan anak. Allah Ta’ala berfirman :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Rum :41)

Pelajaran yang dapat diambil dari ayat di atas bahwasanya maksiat adalah sebab munculnya kerusakan di muka bumi ini, termasuk kerusakan dalam kehidupan rumah tangga.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah murka kepada seorang hamba, Dia menyeru Jibril seraya berfirman, ‘Sesungguhnya Aku murka kepada Fulan, maka murkailah ia!’ Maka Jibril murka kepadanya dan menyeru penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah murka kepada Fulan, maka murkailah ia!’ Maka penduduk langitpun murka kepadanya. Lalu diletakkan kemurkaan baginya di muka bumi.” (Shahih Muslim)

Fudhail bin Iyadh berkata, “Sesungguhnya ketika aku bermaksiat kepada Allah Ta’ala, maka aku dapat melihat akibatnya pada sikap tunggangan dan istriku.”

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam beliau bersabda :
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya (Allah) tidaklah ada dua orang yang saling mengasihi lalu keduanya berpisah, melainkan disebabkan dosa yang dikerjakan salah seorang dari keduanya”. (HR. Imam Ahmad)

Di dalam lafazh oleh al-Bukhari dalam “al Adabul Mufrod” dari Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda :
“Tidaklah ada dua orang yang saling mengasihi karena Allah ‘azza wa jalla atau karena Islam lalu keduanya berpisah, melainkan disebabkan dosa yang dikerjakan salah seorang dari keduanya”.

Berkata al-Munawi rahimahullah dalam “Faidhul Qadir Syarhul Jami’ ash-Shaghir” (5/437) :
“Lafazh مَا تَوَادَّ (maa tawaadda : tidaklah ada yang saling mengasihi) dibaca dengan tasydid, (antara dua orang karena Allah lalu saling berpisah antara keduanya, melainkan disebabkan dosa yang dikerjakan salah seorang dari keduanya), maka terjadinya perpisahan ini merupakan hukuman atas dosa tersebut. Oleh karenanya berkata Musa al-Kazhimi : “Jika telah berubah sikap sahabatmu kepadamu, maka ketahuilah bahwa hal itu disebabkan karena dosa yang telah engkau perbuat. Maka bertaubatlah dari segala dosa niscaya akan langgeng kasih sayang sahabatmu”.
Berkata pula al-Muzany : “Jika engkau dapati sikap keras/antipati dari saudara-saudaramu maka bertaubatlah kepada Allah, karena sesungguhnya engkau telah berbuat suatu dosa. Dan jika engkau dapati dari mereka bertambah sikap kasih sayang maka hal itu disebabkan amalan ketaatan yang engkau kerjakan, oleh karenanya bersyukurlah kepada Allah”.

Telah berkata al-Amir ash-Shon’ani di dalam “at-Tanwir Syarhu al-Jami’ ash-Shaghir” (9/379) :
“(Tidaklah ada dua orang yang saling mengasihi karena Allah lalu keduanya berpisah) setelah tadinya mereka berdua saling kasih-mengasihi, (melainkan disebabkan oleh dosa yang dikerjakan salah seorang dari keduanya). Maka ia mendapat hukuman dari Allah dengan terenggutnya hubungan persaudaraan yang ganjarannya amat besar di sisi Allah, karena sesungguhnya kemaksiatan-kemaksiatan itu akan merenggut barokahnya ketaatan. Berkata Musa al-Kazhimi : ” Jika telah berubah sikap sahabatmu kepadamu, maka ketahuilah bahwa hal itu disebabkan karena dosa yang telah engkau perbuat. Maka bertaubatlah dari segala dosa niscaya akan langgeng kasih sayang sahabatmu”.

Seorang penyair berkata :
Apabila engkau dalam kenikmatan, maka jagalah ia..
Karena dosa dapat menghilangkan nikmat..
Jagalah nikmat dengan taat kepada Rabb..

Ambi Ummu Salman

Add Comment