Kisah ini diambil dari surat Yusuf ayat 23 s/d ayat 33.
Bismillahirrahmanirrahim….
Kisah Para Wanita Dalam Kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam
Nabi Yusuf berpindah dari satu makar (tipu daya) ke makar lainnya. Ia berpindah dari makar saudaranya kepada makar wanita istri Al Aziz. Makar saudaranya yaitu ketika ia dilemparkan ke dalam sumur, dan makar wanita ia dilemparkan ke dalam penjara.
Makar wanita lebih rumit dari pada makar saudaranya. Karena wanita adalah kelemahan bagi laki-laki.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan kepada para wanita di zaman beliau,
مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرجل الحازم من إحداكن
“Aku tidak melihat ada manusia yang kurang akal dan agamanya, namun mampu meluluhkan nalar lelaki perkasa selain kalian”
hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan dari Usamah Bin Zaid radhiyallahu anhu. Beliau bersabda,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini tidak berlebihan. Karena fakta memang telah membuktikan. Meskipun wanita diciptakan dengan kondisi akal yang lemah, namun betapa banyak lelaki yang cerdas, kuat gagah perkasa, dibuat lemah tunduk di bawahnya. Meskipun para wanita diciptakan dengan keterbatasannya, namun betapa banyak para penguasa jatuh tersungkur dalam jeratnya. Meskipun wanita dicipta dengan keterbatasan agama, namun betapa banyak ahli ibadah yang dibuat lalai dari Tuhannya.
Bahkan betapa umat terdahulu hancur binasa juga gara-gara wanita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan dalam sabdanya,
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خضرة، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّــقُوا الدُّنْــيَا وَاتَقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِـي إِسْرَائِـيلَ كَانَتْ فِي النِسَاءِ
“Sesungguhnya dunia ini begitu manis nan hijau. Dan Allah mempercayakan kalian untuk mengurusinya, Allah ingin melihat bagaimana perbuatan kalian. Karenanya jauhilah fitnah dunia dan jauhilah fitnah wanita, sebab sesungguhnya fitnah pertama kali di kalangan Bani Israil adalah masalah wanita” (H.R. Muslim)
Tadabbur Surat Yusuf ayat 23-34
Ayat 23
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Dan wanita yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini”. Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.
Ayat ini dan setelahnya menerangkan ujian yang dialami Nabi Yusuf ‘alaihis salam, dan ujian ini lebih berat daripada ujian sebelumnya dari saudara-saudaranya. Hal itu, karena kesabaran dalam ujian ini adalah kesabaran atas dasar pilihan dengan banyak pendorong untuk melakukannya, namun Beliau lebih mengutamakan kecintaan Allah daripada menuruti hawa nafsunya. Adapun kesabarannya terhadap ujian yang diterimanya dari saudara-saudaranya adalah kesabaran karena terpaksa sebagaimana kesabaran terhadap penyakit dan musibah yang menimpa seseorang tanpa ada pilihan di sana, di mana tidak ada sikap lain selain harus tetap bersabar.
Dalam ayat tersebut disebutkan wanita yang menggoda Nabi Yusuf adalah istri Al Aziz, di Al Qur’an namanya tidak sebutkan karena AlQur’an jika mengkisahkan orang yang bermasalah umumnya tidak disebutkan namanya secara lansung. Namun dalam riwayat israiliyat disebutkan bahwa namanya adalah Zulaikha.
(Catatan : sikap kita terhadap kisah israiliyat adalah jangan diingkari atau didustakan dan jangan juga sepenuhnya dipercaya. Selama tidak bertentangan dengan Syari’at Al Qur’an maka boleh kita percayai).
Pembahasan Ayat 23
َرَاوَدَ : menggoda
Menggoda, artinya melakukan sesuatu agar yang yang tadinya dia (Yusuf) tidak mau menjadi mau. Yusuf tidak mau tapi dipaksa.
Dalam ayat ini tidak dikisahkan detail karena AlQur’an jika menjelaskan hal yang tak pantas tidak dijelaskan dengan detail.
بَيْتِهَا : Rumahnya
Menggunakan dhomir هَا (muannats) untuk wanita. Dimaknai rumah istri Al aziz, padahal itu adalah rumah/istana suaminya.
Artinya rumah tersebut adalah milik suaminya namun istri berkuasa di rumah tersebut.
Pelajarannya adalah ketika seorang istri menjadi ratu dalam rumah suaminya maka ia harus membantu qowwamah suaminya selama ia tinggal di rumahnya.
وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ :
dan dia menutup pintu-pintu
غَلَّقَتِ :
Fi’il mazid yang membutuhkan objek dan ada proses dalam mengerjakannya. Artinya Zulaikha menutup pintu tersebut dengan penuh kesungguhan. (Berusaha semaksimal mungkin)
الْأَبْوَابَ :
Pintunya berjumlah banyak, ada 7 pintu.
Pelajaran :
1). Orang yang bersalah secara fitrah akan berusaha menutup rapat-rapat kesalahannya.
2). Jangan kalah berbuat kebaikan, sedangkan mereka yang berbuat dosa yang berujung neraka mereka bersungguh-sungguh melakukannya.
هَيْتَ لَكَ : Marilah ke sini
Sebelum Yusuf masuk Zulaikha sudah menutup pintu, dia sudah siapkan untuk menunggu kapan yusuf masuk. Artinya Zulaikha sudah memiliki perencanaan yang matang.
Pelajaran :
1). Orang yang berbuat dosa punya perencanaan yang matang. Maka dalam berbuat kebaikan harus punya perencaaan yang lebih matang.
2). Inilah wanita, mereka memiliki potensi melakukan makar (tipu daya).
قَالَ مَعَاذَ اللَّه :
Aku berlindung kepada Allah
Yusuf menolak dan berkata “Aku berlindung kepada Allah”. Ini menunjukkan keimanan Yusuf yang kokoh melebihi gunung, karena banyak faktor yang bisa membuat yusuf melakukannya. Ar Razi merinci diantara alasan tersebut :
1. Yusuf anak muda dengan syahwat yang sedang tinggi-tingginya
2. Wanitanya cantik dan Yusuf tampan
3. Wanita tersebut memiliki jabatan (dia biasa memaksa dan mengancam)
4. Yusuf sudah diamankan oleh wanita tersebut
5. Yusuf berada di negeri asing dan tidak ada yang dikenal.
Namun karena kokohnya iman Yusuf lebih mengutamakan kecintaan Allah daripada menuruti hawa nafsunya.
إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ :
sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik
Ada 2 makna kata رَبِّي dalam kalimat ini, yaitu Allah dan pemilik Rumah (Al Aziz).
1). Allah : Allah telah berbuat baik kepada Yusuf dengan segala nikmat dan keselamatan baginya. Dan tujuan akhir yusuf adalah kenikmatan akhirat sehingga ia tidak menuruti hawa nafsunya.
Haknya Allah melarang hambaNya bermaksiat. Dan hak manusia adalah meminta perlindungan/penjagaan dari Allah agar terhindar dari maksiat.
2. Pemilik Rumah : yaitu Al Aziz suami zulaikha. Yusuf telah mendapatkan kebaikannya. Setelah dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranga Yusuf dijual, kemudian dibeli oleh Al aziz dan dimuliakan dengan dipekerjakan di istananya.
Sehingga Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah. Aku memohon penjagaan dan perlindungan kepadaNya dari keinginan yang kamu mengajakku kepadanya, dan dari berhianat terhadap tuanku yang telah menempatkanku pada martabat yang baik, dan memuliakanku, maka aku tidak mau menghianatinya dalan hal istrinya.”
إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ :
Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.
Sesungguhnya orang yang membalas kebaikan dengan kejahatan adalah termasuk golongan orang zalim, dan orang yang zalim itu tidak akan beruntung.
Ayat 24
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.
هَمَّتْ بِهِ :
wanita itu minat kepada Yusuf
هَمَّ بِهَا :
Yusuf pun tertarik pada wanita itu
لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ :
Kalaulah tidak karena petunjuk Allah maka Yusuf akan tertarik kepada wanita itu.
Kata َهَمَّ bermakna bisikan dalam dirinya, tetapi tidak dibuktikan dalam pikiran dan perbuatan. Dan lintasan jiwa tidak tercatat sebagai perbuatan.
كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ :
Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. (Yaitu Zina dan Sifat Khianat)
Ayat ini tidaklah menunjukkan bahwa Nabi Yusuf ‘alaihis salam mempunyai keinginan yang buruk terhadap wanita itu (Zulaikha), akan tetapi godaan itu demikian besarnya sehingga jika dia tidak dikuatkan dengan tanda dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala yang menghalanginya tentu dia jatuh ke dalam kemaksiatan. Tentang tanda dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala ada beberapa pendapat. Ada yang mengatakan, bahwa dibayangkan kepadanya wajah bapaknya Ya’qub ‘alaihis salam, atau dibayangkan kepadanya wajah tuannya, atau dilihat atap di atasnya tulisan yang isinya melarang berbuat zina, dan ada yang mengatakan bahwa tanda tersebut adalah ilmu dan iman yang ada pada dirinya yang membuatnya meninggalkan larangan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, wallahu a’lam.
إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ :
Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.
Mukhlisin : kita manusia yang ikhlas
Mukhlasin : kita dibuat oleh Allah menjadi hamba yang ikhlas (Anugrah ikhlas dari Allah).
Pelajaran dari ayat 24 :
1. Jadilah manusia tang tawadhu’ sebagaimana Nabi Yusuf ‘alaihissaalam.
2. Menjauh sebagai langkah antisipasi, menjaga jarak pergaulan antara laki-laki dan perempuan.
3. Kenalilah Allah saat lapang maka Allah akan kenali kita saat sempit (Allah hadirkan pertolonganNya pada kita).
4. Penyebab kita diselamatkan oleh Allah bahkan godaan iblis pun tak akan tembus yaitu karena kita hamba yang diikhlaskan oleh Allah (Mukhlasin).
Kenalilah Allah saat lapang maka Allah akan kenali kita saat sempit (Allah hadirkan pertolonganNya pada kita).
Ayat 25
وَاسْتَبَقَا الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيصَهُ مِنْ دُبُرٍ وَأَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَى الْبَابِ ۚ قَالَتْ مَا جَزَاءُ مَنْ أَرَادَ بِأَهْلِكَ سُوءًا إِلَّا أَنْ يُسْجَنَ أَوْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata: “Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?”.
Ketika al-aziz menyaksikan istrinya bersama nabi yusuf keluar pintu, dia pun berkata kepada suaminya seraya meminta, apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu wahai paduka, selain dipenjarakan atau dihukum dengan siksa yang pedih’ istri al- aziz berkata demikian, untuk menutupi kesalahannya dan menjaga nama baik dirinya.
Di ayat ini tidak ada jedah sama sekali bahwa huruf ف saja tidak ada.
Ini menunjukkan banyak hal, diantaranya :
1. Wanita itu sudah sangat matang perencanaannya
2. Wanita itu sudah terbiasa berbohong.
Dalam ayat ini wanita tersebut menyebutkan kata penjara daripada disiksa. Hal ini dikarenakan wanita ini sangat cinta kepada Yusuf dan dia masih ingin Yusuf hidup, karena ia belum menyerah pada Yusuf (ia sangat gigih).
Ayat 26
قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِي عَنْ نَفْسِي ۚ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ أَهْلِهَا إِنْ كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكَاذِبِينَ
Yusuf berkata: “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)”, dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: “Jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta.
Ayat 27
وَإِنْ كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ الصَّادِقِينَ
Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar.
Dalam ayat ini Yusuf berusaha membela dirinya. Dan ada saksi karena keduanya tidak mengaku.
Setelah dijelaskan bahwa kasus istri Al-Aziz dengan Yusuf diketahui oleh Al Aziz, dan uraian tentang pernyataan istri Al Aziz bahwa dirinya tidak bersalah, kemudian ayat ini menjelaskan tentang pembelaan diri Yusuf atas tuduhan tersebut. Dia pun menyangkal tuduhan itu dan berkata, dia lah yang menggodaku dan merayu diriku. Dan ketika itu ada seorang saksi, yakni seorang bayi dalam buaian dari keluarga perempuan itu memberikan kesaksian seraya berkata, jika baju gamisnya Yusuf koyak di bagian depan, maka apa yang dikatakan perempuan itu benar bahwa Yusuf telah menggoda istri Al Aziz, dan dia Yusuf termasuk orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya Yusuf koyak di bagian belakang, maka perempuan itulah yang dusta karena telah berkata bohong, dan Yusuf termasuk orang yang benar perkataannya.
Karena jika demikian, berarti Yusuf berpaling darinya namun ditarik oleh wanita itu.
Ayat 28
فَلَمَّا رَأَىٰ قَمِيصَهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ إِنَّهُ مِنْ كَيْدِكُنَّ ۖ إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ
Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar”.
Ayat ini memakai dhomir كُنَّ yang berarti jamak, banyak wanita. Bukan hanya istri Al Aziz tapi wanita-wanita lain juga. Pemakaian kata كَيْدِكُنَّ oleh Al Aziz bertujuan untuk meringankan istrinya dengan membagi kesalahannya dengan wanita lainnya.
Begitulah wanita punya potensi untuk membuat makar (tipu daya) yang besar.
Ayat 29
يُوسُفُ أَعْرِضْ عَنْ هَٰذَا ۚ وَاسْتَغْفِرِي لِذَنْبِكِ ۖ إِنَّكِ كُنْتِ مِنَ الْخَاطِئِينَ
(Hai) Yusuf: “Berpalinglah dari ini, dan (kamu hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah”.
Al Aziz tidak memiliki rasa cemburu sama sekali. Setelah al-aziz mengetahui bahwa istrinya yang bersalah, lalu ia berkata Wahai Yusuf ! lupakanlah peristiwa ini, jangan kamu ceritakan kepada orang lain, dan engkau wahai istriku mohonlah ampunan kepada Allah atas dosamu, karena engkau termasuk orang yang bersalah sebab telah menggoda Yusuf dan berkata bohong. Setelah peristiwa tersebut, mereka berusaha menutupi kasus itu, namun meskipun ditutup-tutupi, ternyata berita buruk itu tetap tersebar di kalangan istri pejabat istana dan menjadi bahan pembicaraan, sebagaimana diuraikan pada ayat berikut berikutnya.
Dalam peristiwa ini Yusuf tidak diperjara karena dia tidak bersalah dan sang suami ingin mengetahui perkembangan media.
Ayat 30
Setelah peristiwa tersebut, mereka berusaha menutupi kasus itu, namun meskipun ditutup-tutupi, ternyata berita buruk itu tetap tersebar di kalangan istri pejabat istana dan menjadi bahan pembicaraan, sebagaimana diuraikan pada ayat berikut ini. Dan perempuan-perempuan di kota setelah mendengar peristiwa itu, mereka berkata satu sama lain, istri al-aziz telah menggoda dan merayu pelayannya untuk menundukkan dirinya, karena pelayannya benar-benar telah membuat dirinya mabuk cinta hingga lupa diri.
وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَتُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَنْ نَفْسِهِ ۖ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا ۖ إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Dan wanita-wanita di kota berkata: “Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata”.
نِسْوَةٌ :
Adalah bentuk jamak yang tidak ada mufradnya. Kata ini jamak tapi untuk menunjukkan jumlah yang sedikit, jadi wanita yang menggunjing dalam peristiwa ini tidak banyak hanya sekelompok kecil.
فِي الْمَدِينَة :
Di kota itu (seolah menjadi besar). Karena yang menggunjing adalah para istri-istri penguasa.
Pelajaran : Kalau seperti ini gambaran wanita di istana, maka tidak ada bedanya dengan rakyatnya (Bagaimana pemimpinnya begutulah rakyaknya).
شَغَفَهَا :
Cinta yang sampai menusuk jantung (kalimat orang arab yang digunakan untuk mengungkapkan cinta yang sangat dalam).
Pelajaran :
1). Jaga lisan kita, karena wanita terkadang suka ghibah untuk membicarakan aib orang lain. Keistimewaan orang terlihat karena Allah masih menutup aibnya. Kita masih terlihat baik karena Allah yang Maha Baik masih menutup aib kita.
Menggunjing disini disebut makar karena menggunjing orang lain sama dengan mengorek/mengoyak daging saudaranya.
2). Wanita apabila telah jatuh cinta (cinta yang sudah mencapai puncaknya) , ia bisa menyiapakan/ melakukan makar apa saja.
3). Cinta memiliki energi yang menyala terus menerus, maka manfaatkan energi ini dalam kebaikan terutama dalam rumah tangga kita.
Ayat 31
Kemudian istri Al Aziz membuat makar untuk membalas makar para wanita itu, sebagaimana yang dikisahkan dalam ayat di bawah ini.
فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَآتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۖ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَٰذَا بَشَرًا إِنْ هَٰذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ
Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): “Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka”. Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: “Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia”.
سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ :
Istri Al Aziz mendengar perkataan/ cercaan para wanita bahwa cinta telah membuatnya berbuat demikian
أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ :
Ia membuat tipu daya dengan mengundang mereka untuk dijamu di rumahnya. Sebenarnya ketika telah sampai berita tentang keelokan rupa Yusuf, mereka para wanita itu berkeinginan untuk menyaksikan sendiri. Sehingga mereka membuat cercaan tersebut agar mereka dapar menyaksikan lansung keelokan Yusuf.
وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً :
Disediakan kepada mereka tempat duduk yang dilengkapi dengan permadani, bantal, dan makanan. Diantara makanan tersebut ada yang harus di potong dengan pisau.
وَآتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سِكِّينًا :
Diberikan pisau kepada masing-masing wanita itu, ini adalah bagian dari siasat istri Al Aziz sebagai balasan dari upaya mereka untuk dapat melihat Yusuf.
وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ :
Kemudian dia berkata kepada Yusuf, keluarlah dan tampakkanlah dirimu kepada mereka. Karena sebelumnya ia menyembunyikan Yusuf di tempat lain.
فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ :
Wanita-wanita itu terpukau karena ketampanan Yusuf.
وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ :
Mereka memotong jari tangan mereka (dengan pisau) karena tertegun, mengagumi apa yang mereka lihat dari keelokan Yusuf. Mereka mengira bahwa mereka sedang memotong buah-buahan yang ada di tangan mereka dengan pisau itu.
وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَٰذَا بَشَرًا إِنْ هَٰذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ :
Mareka berkata kepada istri Al Aziz, “kami tidak menyalahkanmu setelah kami melihat sendiri bahwa kenyataannya seperti ini.” Mereka tidak pernah melihat keelokan rupa pada manusia seperti Yusuf atau yang mendekatinya, karena Yusuf diberi separuh keelokan manusia seluruhnya sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits.
Keelokan Yusuf diumpamakan seperti malaikat yang mulia karena dua faktor :
1). Karena Yusuf memang tampan
2). Karena wajah kebaikan Yusuf yang tampak pada dirinya.
Ayat 32
قَالَتْ فَذَٰلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ ۖ وَلَقَدْ رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ ۖ وَلَئِنْ لَمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِنَ الصَّاغِرِينَ
Wanita itu berkata: “Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina”.
Setelah istri Al Aziz memperlihatkan Nabi Yusuf kepada mereka, lalu dia berkata, itulah orangnya yang menyebabkan kamu mencela aku karena aku tertarik kepadanya, dan sungguh benar, aku memang telah menggoda untuk menundukkan dirinya tetapi dia menolak ajakanku dan berlindung kepada tuhan-Nya. Jika dia tidak melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya, yaitu melayani keinginanku, niscaya dia akan dipenjarakan, dan dia akan menjadi orang yang hina, karena tidak mendapatkan tempat terhormat dan fasilitas pelayanan yang baik.
Istri Al aziz tidak mau disalahkan sendiri, ia mengajak yang lain (Jangan salahkan aku, kalian baru melihat sekali seperti ini apalagi aku yang setiap hari).
Istri Al aziz tidak malu berbuat dosa, karena ia berbangga di depan para wanita yang lain.
Ayat 33
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh”.
Disebutkan dalam riwayat, bahwa kaum wanita itu menyuruh Yusuf menaati majikannya. Kemudian Yusuf mengucapkan kata-kata seperti yang disebutkan dalam ayat di atas. Nabi Yusuf ‘alaihis salam lebih mengutamakan dipenjara dan menerima penderitaan duniawi daripada kesenangan sesaat yang menghendaki untuk menerima azab yang berat. Karena sesungguhnya aku lemah.
Ya, termasuk kebodohan adalah jika seseorang lebih mengutamakan kesenangan sesaat (dengan berbuat maksiat dan tidak bersabar) daripada kesenangan yang kekal selama-lamanya (dengan berbuat taat dan bersabar).
Allahu a’lam bissowab..
***Adapun kisah pernikahan Yusuf dan istri Al aziz (Zulaikha) adalah bersumber dari kisah israiliyat. Dan tidak satu punriwayat hadits yang shahih dari Nabi yang mengkisahkan pernikahan Yusuf dan Zulaikha.
Ambi Ummu Salman
(Jika ada kesalahan pencatatan maka murni dari saya pribadi, mohon diingatkan).
Sumber :
1. Kajian dauroh wanita dalam AlQur’an bersama Ustadz Budi Ashari, Lc (Masjid Darussalam, 12 Juni 2017)
2. Materi kuliah tadabburi di markas Tadabburi bersama Ustadz Harun Arrasyid, Lc.
3. Tafsir Ibnu Katsir, Penerbit Pustaka Imam Syafi’i.
4. Tafsir Al-Muyassar, Penerbit Al-Qowam.
5. tafsirweb.com