Bismillahirrahmanirrahim….
Allah subhanallahu wata’ala telah menyampaikan kisah Nabi Musa ‘alaihissalam dalam al-Qur’an di banyak tempat. Hal ini dikarenakan, dalam kisah Nabi Musa terkandung banyak sekali faedah.
Diantara kisah Nabi Musa ‘alaihissalam yang sangat terkenal adalah ketika beliau masih bayi. Nabi Musa ‘alaihissalam lahir ketika raja Mesir di waktu itu berkeinginan membunuh bayi laki-laki dari Bani Israil karena khawatir akan menjadi sebab kehancuran kerajaannya.
Akan tetapi Allah adalah dzat Yang Maha Mampu dan Maha Lembut. Sekuat apapun dan sedetail apapun seorang manusia dalam merancang upayanya, tetap saja tidak akan berhasil ketika Allah Ta’ala tidak menakdirkannya. Terlebih lagi, ketika upaya dan rencananya itu dalam rangka melawan Agama Allah subhanallu wata’ala.
Allah mengilhamkan kepada Ibunda Nabi Musa agar menyusui bayi Musa. Apabila khawatir akan pasukan Fir’aun yang datang, hendaklah bayi Musa diletakkan dalam kotak dan ditali, lalu diceburkan ke sungai.
Wahyu yang berupa ilham ini dilaksanakan oleh Ibunda Nabi Musa. Suatu saat, ia lupa tidak mengikatkan tali pada kotak bayi Musa, sehingga hanyut dibawa aliran sungai Nil. Ibunda Nabi Musa meminta anak perempuannya (saudari Nabi Musa ) untuk mengikuti kotak tersebut dari tepian sungai. Kotak bayi Musa melewati kerajaan Fir’aun sehingga dilihat oleh dayang-dayang, lalu bayi itu diambil dan diserahkan kepada istri Fir’aun. Ketika melihat bayi Musa, istri Fir’aun kagum dan lansung mencintainya.
Demikianlah, yang ditakutkan oleh Fir’aun telah ada di dalam kerajaannya sendiri, bahkan ia yang mengasuh dan menafkahinya karena istri Fir’aun yang melindungi bayi Musa agar tidak dibunuh oleh Fir’aun.
Kemudian bayi Musa kelaparan dan dengan izin Allah bayi tersebut tidak mau disusui oleh wanita manapun yang didatangkan. Kemudian bayi Musa dibawa ke pasar agar ada yang cocok susuannya. Kakak perempuan Nabi Musa ‘alaihissalam mendekat dan memberitahukan adanya orang yang mungkin cocok dengan susuannya.
Didatangkanlah bayi Musa kepada ibundanya sendiri, sehingga dengan segera ia menyusu. Ini semua terjadi tanpa diketahui oleh Fir’aun dan seluruh bawahannya. Bergembiralah istri Fir’aun, lalu ia memberikan hadiah dan bayaran karena telah menyusui bayi yang dicintainya.
Memetik Hikmah Kisah untuk Orangtua
Banyak sekali Hikmah dari kisah Nabi Musa ini, namun kita akan fokus memetik hikmah dari sisi Ibunda Nabi Musa. Hal ini penting terutama untuk bekal kita sebagai muslimah dan sebagai orangtua. Jika ingin Melihat kebesaran ibunda Nabi Musa sangatlah mudah, karena kita dapat melihat dari sejarah kebesaran putranya yaitu Nabi Musa ‘alaihissalam. Karena dibalik anak yang hebat ada ibu yang hebat.
Ibunda Nabi Musa ini disebut dalam surat Al Qasas dan surat Thaha. mari kita mulai dari surat Al-Qashash ayat 7,
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (QS. Al-Qashash ayat 7)
Allah mewahyukan kepada Ibunda Musa (Ibunda Musa bukan Nabi meskipun ia mendapat wahyu dari Allah). Wahyu yang diberikan kepada Ibunda Musa adalah “susuilah ia, kalau kamu takut maka lemparkan ia ke sungai (Nil)…”. Dalam Ayat 7 ini Allah menyampaikan dua perintah, dua larangan, dan dua berita gembira kepada Ibunda Musa. Dua perintah yaitu susuilah dan lemparlah, kemudian dua larangan yaitu jangan takut dan jangan sedih, dan dua kabar gembira yaitu bahwa Allah akan mengembalikan Musa kepangkuan ibunya dan akan menjadikan Musa sebagai Rasul.
Pelajaran bagi kita bahwa ketika Allah memberi perintah kepada kita, apabila kita taat pada perintahnya maka Allah akan menjamin hilangnya rasa takut dan sedih kita.
Dari ayat ini kita mengetahui bahwa awal kebesaran Nabi Musa berawal dari perintah menyusui kepada Ibundanya. Menyusui anak adalah salah satu peran ibu dalam pendidikan anak. Banyak dari kita bingung nanti anakku akan menjadi apa. Padahal Allah telah memberikan petunjuk melalui kisah Ibunda Nabi Musa yaitu dengan perintah menyusui anak kita dan memainkan peran kita sebagai ibu, Maka Allah yang akan menjadikan anak kita besar.
Maka, awal kebesaran generasi adalah dimulai dari peran ibu menyusui anaknya.
Diantara peran ibu untuk anaknya adalah mendidik agamanya. Allah yang akan menjadikan anak kita ‘menjadi apa’ di masa depan. Jika kita belajar dari orang-orang besar yang shalih (para shalafussalih) maka kita akan melihat peran besar ibundanya dalam pendidikan agama. Salah satu contohnya adalah kisah Imam Malik rahimahullah, dahulu saat kecil imam malik bercita-cita menjadi artis. Ketika ditanya sang ibunda mengapa ia ingin menjadi artis, imam malik menjawab karena ia ingin terkenal. Maka Ibunda Imam Malik mengatakan pada Imam Malik kecil, jika engkau menjadi ahli agama engkau akan lebih terkenal dari pada menjadi seorang artis. Lihatlah betapa besar peran motivasi dari seorang ibu.
Selanjutnya mari kita lihat surat Thaha,
“Yaitu: “Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir’aun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku,” (Qs. Thaha :39)
Allah sudah memberi tahu Ibu Musa bahwa yang akan mengambil bayinya adalah calon musuh Musa dan Musuh Allah. Walaupun mengetahui ini tetapi Ibunda Musa tetap taat. Maka Allah berikan hadiah pada ibunda Musa, Allah lemparkan cintaNya kepada Nabi Musa. Seorang Ibu yang taat pada perintah Allah, dan Anak yang memanen hasilnya.
Didiklah Anak kita agar dicintai Allah. Ketika seseorang dicintai Allah, maka Allah akan buat seluruh semesta ini mencintainya. Jika Allah sudah melemparkan cinta kepada hambaNya, maka musuh pun akan menjadi jalan keselamatan baginya.
“Dan Aku melemparmu dengan cinta-Ku.” (Qs. Thaha : 39)
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda :
“Sesugguhnya Allah Ta’ala mencintai seorang hamba, maka Jibril pun berseru, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia.’ Kemudian Jibril juga mencintainya, lalu Jibril berseru ke langit: ‘Sesungguhnya Allah telah mencintai si fulan, maka cintailah dia.’ Maka semua yang ada di langit mencintai dia, serta diberikan tempat yang luas baginya untuk dicinta di bumi.” (Mutaffaqun Alaih)
Ketika Allah Ta’ala mencintai hambanya, Allah yang Maha tinggi tidak hanya cukup mengatakan aku cinta kepada orang ini! Tapi Allah umumkan kepada seluruh penjuru makhluk-Nya!
Jika seseorang telah dicintai oleh Allah, maka hidupnya akan terasa tenang, damai, tentram penuh kasih sayang, dan dalam perlindungan dan rahmat-Nya. Apa yang diminta akan diberi, apa yang diinginkan akan terkabul. Segala kebutuhannya akan dipenuhi, dan diakhirat mendapatkan ridho dan perlindungan-Nya dari siksa api neraka.
Anak kita mungkin punya kekurangan, tapi kekurangan itu tidak akan berarti jika anak kita dicintai Allah, karena Allah yang akan menyempurnakannya. Kita bisa lihat pada kisah Nabi Musa, Musa ‘alaihissalam memiliki emosi tinggi hingga menyebabkan lidahnya keluh dan tidak fasih bicara. Tapi Ia tetap bisa menjadi manusia yang sempurna.
Dari surat Al Qashash ayat 13 kita mendapati bahwa Allah mengembalikan Musa kepada Ibundanya,
“Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”
Dari ayat ini kita mendapatkan pelajaran berharga bahwa puncak kebahagiaan seorang wanita adalah ketika ia dapat mendidik anaknya. Maka fokuslah mendidik anak kita agar ia menjadi Qurrota a’yun. Inilah ibu, ia memiliki peran besar dalam pembentukan diri anak bahkan ketika sang ibu tidak ada di dekatnya.
Allahu a’lam..
Ambi Ummu Salman
Sumber :
- Tafsir Ibnu Katsir jilid 7, Pustaka Ibnu Katsir
- Kisah 25 Nabi dan Rasul, Fathul Mujib, attuqa
- Kajian Dauroh Wanita dalam AlQur’an di masjid Darussalam, dengan Pemateri Ustadz herfi Ghulam Faizi, Lc.