Tadabbur Surat Al Fath Ayat 18 (Generasi yang Ridha Kepada Allah dan Allah ridha kepada Mereka)

Bismillahirrahmanirrahim…

لَّقَدْ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِى قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَٰبَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).

 

Asbabun Nuzul

Ayat ini diturunkan berkaitan dengan peristiwa bai’at ridwan. Penyebab bai’at ini, yaitu yang dikenal dengan Bai’at Ridhwan. Disebut juga bai’at orang-orang yang berada di sekitar pohon, yaitu pada saat pembicaraan antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum musyrikin berlangsung dalam perjanjian Hudaibiyah mengenai sebab kedatangan Rasulullah ke Makkah, Rasulullah tidak datang untuk memerangi seorang pun, Rasulullah datang hanya untuk mengunjungi Baitullah serta untuk mengagungkannya. Kemudian Rasulullah mengirim Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu ke Makkah untuk mengutarakan tujuan kedatangan Rasulullah. Kemudian tersiar berita bohong bahwa Utsman dibunuh. Kemudian Rasulullah mengumpulkan kaum Mukminin yang turut bersama Rasulullah yang jumlahnya sekitar 1400 orang, dan mereka pun berbai’at setia kepada Rasulullah di bawah sebatang pohon untuk memerangi kaum musyrikin dan tidak akan lari hingga mereka gugur sekalipun.

Kemudian Allah memberitahukan tentang keridhaan-Nya kepada orang-orang Mukmin yang berbai’at kepada Rasulullah di bawah pohon. Dan pohon yang dimaksud adalah pohon Samurah yang terletak di wilayah Hudaibiyyah.

 

Tadabbur

Ayat ini dimulai dengan adanya huruf taukid (penguatan/penegasan) yaitu لَّقَدْ. Ada dua huruf penegasan di awal ayat ini, hal ini menunjukkan penguatan akan keridhoan Allah terhadap kaum muslimin yang mengikuti bai’at Ridwan.

Kata ٱلشَّجَرَةِ (pohon), pohon yang dimaksud disini adalah tempat terjadinya peristiwa bai’at Ridwan. Dan pohon itu adalah pohon samurah. Saat ini pohon tersebut sudah tidak ada lagi, karena sudah ditebang atas perintah Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu agar tidak menjadi tempat kesyikirikan kerena sepeninggal Rasulullah banyak orang mendatangi pohon tersebut.

Rasulullah sangat bergembira dengan diturunnya ayat ini, beliau bersabda, “Telah turun kepadaku suatu surat yang menurutku lebih baik daripada dunia dan isinya.” Para sahabat bertanya, “Surat apa ya Rasulullah?”, Beliau menjawab, “Surat al-fath”.

Maka sebagai seorang muslim rasakan oleh kita kegembiraan ketika membaca surat ini sebagaimana gembiranya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga seharusnya sebagai orang beriman kita harus optimis bahwa kemenangan itu akan kita raih. Dan kita dan generasi kita harus siap menjadi bagian dari kemenangan itu. kita harus mengambil bagian meskipun itu dalam hal yang kecil.

Surat al-Fath yang tersiri dari 29 ayat ini menggambarkan 12 kemenangan dari Allah subhanahu wata’ala kepada kaum mukminin (berupa nikmat dan karunia):

  1. Pengampunan dosa (ayat 1 dan 2)
  2. Penyempurnaan nikmat (ayat 2)
  3. Pemberian petunjuk (ayat 2)
  4. Pemberian pertolongan (ayat 3)
  5. Turunnya ketenangan ke dalam hati kaum mukminin (ayat 4)
  6. Masuk surga (ayat 5)
  7. Membongkar keburukan kaum munafikin dan musyrikin, serta penyiksaan terhadap mereka (ayat 6)
  8. Allah meridhoi kaum mukminin (ayat 18)
  9. Harta rampasan (ayat 20)
  10. Janji akan memasuki masjidil haram (ayat 27)
  11. Keamanan dan keselamatan (ayat 27)
  12. Memenangkan islam (ayat 28)

 

Dalam ayat 18 ini Allah Ta’ala menunjukkan pujian kepada para sahabat. Dalam surat ini Alah banyak memuji para sahabat dan meridhoi mereka hal ini ditunjukkan dengan adanya kalimat لَّقَدْ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ.

Meskipun pada mulanya sebagian sahabat tidak ridho dengan perjanjian hudaibiyah tapi Allah mengetahui bahwa kemarahan mereka tidak didasari oleh kepentingan pribadi akan tetapi semata-mata karena Allah dan agama-Nya.

Dalam surat ini kata al-Fath (kemenangan) disebut sebanyak 4 kali, yaitu di ayat pertama dua kali, ayat 18 satu kali dan ayat 27 satu kali. Sehingga menjadi surat Al Qur’an yang paling banyak menyebut kata al Fath. Sedangkan kata sakinah diulang sebanyak 3 kali dalam surat ini, yaitu di ayat 4, ayat 18 dan ayat 26.

Tidak hanya sampai di situ, surat ini pun memberikan sifat pada kemenangan itu dengan istilah (نَصْرًا عَزِيزًا) pertolongan yang kuat (Al-Fath: 3). Juga dua kali memberinya dengan sifat dan istilah (فَتْحًا قَرِيبًا) kemanangan yang dekat (Al-Fath: 18,27).

Ketika tersiar kabar tentang terbunuhnya Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membai’at para sahabat untuk berperang membalas kematian Ustman. Mereka pun berbai’at siap mati di jalan Allah. Ketika mereka sampai pada keikhlasan ini, yaitu dengan menyerahkan jiwa mereka sebagai tebusan bagi agama, maka Allah subhanahu wata’ala menurunkan kemenangan yang dekat.

Allah mengetahui keengganan mereka (para sahabat) bukan karena keegoisan pribadi mereka melainkan karena mereka tidak rela Allah dan agama-Nya dihinakan, karena pada awalnya mereka mengira bahwa mereka kalah. Dan di ayat ini pula terlihat bagaimana karakter mulia para sahabat, dengan kondisi mereka yang seperti demikian ketika Rasulullah menyeruh mereka berbai’at mereka bersegera melakukan seruan itu, mereka adalah generasi yang senantiasa bersegera dalam kebaikan. Ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa kita harus mendidik generasi kita menjadi generasi yang senantiasa bersegera dalam berbuat kebaikan, sebagaimana karakter para sahabat mulia radhiyallahu ‘anhum. Al-Qur’an mengajak kita berlomba (fastabiqul khairat), bersegera dan harus cepat untuk perkara akhirat. maka begitulah seharusnya karakter yang ada pada diri anak-anak kita.

 

Generasi yang Bersegera dalam Kebaikan

 

Sakinah Allah turunkan karena keridhaan Allah, karena ketulusan dan keikhlasan yang ada dalam diri kaum muslimin. Mareka ridha kepada Allah maka kemudian Allah ridha kepada mereka.

Imam Syafii mengatakan, kita dikatakan ridha kepada Allah adalah ketika kita ridha dengan takdir Allah yang dzahir-nya tidak baik seperti ridhanya kita kepada takdir Allah yang baik bagi kita. Ridhanya kita terhadap musibah yang Allah berikan sama dengna ridhanya kita ketika Allah berikan nikmat kepada kita. Untuk bisa sampai kepada level ini kita harus mengenal Allah Ta’ala, adalah hal yang sulit ketika kita tidak mengenal Allah kita bisa berhusnudzon kepada Allah. Inilah pentinya mengenal Allah Ta’ala sehingga kita bisa berinteraksi dengan Allah dengan cara yang benar. Ketika sudah mengenal Allah kita akan memahami bahwa semua takdir Allah adalah baik. Dan kita ridha dengan segala ujian Allah sebagaimana kita ridha dengan semua kenikmatan yang Allah berikan.

Inilah yang dilakukan para sahabat dzahirnya mereka menganggap bahwa perjanjian hudaibiyah ini membuat mereka kalah, namun mereka ridha dengan apa yang Allah tetapkan dan mereka juga bersegera berbai’at kepada Rasulullah. Sehingga Allah turunkan sakinah dalam hati mereka, dan dengan ketenangan (sakinah) itu Allah hadiahi mereka kemenangan yang nyata dan dekat.

Kata sakinah dalam surat ini terulang dalam tiga ayat. Pertama di dalam ayat 4, dimana dalam ayat ini menunjukkan bahwa sakinah dapat menambah keimanan orang-orang mukmin, kemudian di ayat 18 Allah hadirkan kemenangan setelah Allah hadirkan sakinah dalam hati kaum muslimin, dan di ayat 26 hadirnya sakinah semakin meneguhkan ketaatan orang-orang mukmin. Sakinah ini Allah berikan karena keridhoan  dan ketulusan hati dari para sahabat.

 

Efek Sakinah

 

Sehingga kita memperoleh urutan bahwa berawal dari landasan keimanan dan ketakwaan yang kuat para sahabat ridho kepada Allah, ridho dengan segala ketentuan Allah. Sehingga dengan itu Allah meridhoi mereka. Dan dengan ridho Allah itu maka Allah turunkan sakinah dalam diri para sahabat. Dan sakinah ini menjadi awal kemenangan dari kaum muslimin.

Di ayat ini Allah mengunakan kata أَنزَلَ (anzala) bukan نزَلَ (nazala). Kedua kata tersebut bermakna bermakna sama, tapi kata nazala turunnya secara berproses (berangsur-angsur) sementara anzala itu maknanya turun lansung. Sehingga ini menunjukkan ketika Allah sudah ridhopada diri kita maka Allah akan turunkan lansung sakinah pada diri kita.

Melalui surat ini kita mengetahui bahwa sumber sakinah itu ada empat, yaitu:

  1. Sumber sakinah adalah Allah, terdapat dalam ayat 4,18,26. Maka untuk mendapatkan sakinah itu kita harus memintanya kepada Allah. Sakinah itu Allah yang memiliki dan Allah yang memberi. Sehingga kita harus mendekati dan meminta kepada sumbernya, yaitu Allah subhanahu wata’ala.
  2. Sumber sakinah adalah iman, terdapat dalam ayat 4. Untuk mendapatkan sakinah kita harus menguatkan keimanan kita yaitu dengan ma’rifatullah. Menguatkan aqidah dan ketaatan kita kepada Allah
  3. Sumber sakinah adalah takwa, terdapat dalam ayat 26. Semua poin sumber sakinah ini harus kita ikhtiar, harus kita jemput sehingga Allah berkenan hadirkan sakinah dalam diri kita.
  4. Sumber sakinah adalah janji Allah, terdapat dalam ayat 18. Yaitu ketika kita yakin akan janji Allah maka keyakinan itu akan menguatkan kita.

Sehingga dengan demikian kita ketahui bahwa sakinah itu harus kita ikhtiarkan, dengan sebaik-baik ikhtiar dan dengan sebaik-baik tawakkal. Hingga Allah ridho dan menghadirkan sakinah dalam diri kita.

Sumber Sakinah

 

Dari keridhoan diri kita kemudian Allah ridha dan kemudian Allah turunkan sakinah dan sakinah itu adalah awal dari kemenangan. Tidak mungkin Allah ridha kepada kita sebelum kita ridha kepada Allah subahanahu wata’ala. Dan akan sulit bagi diri kita untuk ridha kepada Allah jika kita tidak mengenal Allah dengan seutuhnya dan dengan sebaik-baik pengenalan. Sebagaimana kita tahu di fase makiyyah dalam waktu yang tidak singkat (13 tahun) Rasulullah menguatkan keimanan para sahabat, sehingga fase makiyyah adalah fase penguatan aqidah.

Sehingga dalam mendidik generasi yang harus kita lakukan pertama adalah mengokohkan keimanannya terlebih dahulu dan ini memang butuh proses dan waktu yang tidak sebentar, sampai mereka pada tahap ridha kepada Allah dan Allah ridha kepada mereka. sehingga Allah hadirkan sakinah dalam hati-hati mereka. sehingga dengan itu mereka akan lahir sebagai generasi pemenang.

Sakinah Awal dari Kemenangan

 

Munasabah Surat Al Fath dengan Surat Muhammad

Surat Al fath melengkapi tabi’at yang terdapat pada surat perang (surat Muhammad). Surat ini membicarakan kemenangan dan kekokohan yang merupakan konsekuaensi perang dan berjihad di jalan Allah. Apabila kita renungkan akhir kedua ayat tersebut akan ditemukan korelasi yang menarik. Surat Muhammad diakhiri dengan ayat,

وَإِن تَتَوَلَّوْا۟ يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوٓا۟ أَمْثَٰلَكُم

dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.

Sehingga dari kalimat itu, muncul pertanyaan, apakah kriteri mereka?

Dan jawabannya terdapat di penghujung surat Al Fath

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًۢا

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

Inilah yang harusnya menjadi karakter generasi kita ke depan, Allah sudah memberikan kriteria kepada kita bagaimanakah generasi yang akan membawa kemenangan itu. dengan kriteria sebagaimana di akhir surat Al Fath, sehingga kita pun mengetahui bahwa tujuan pendidikan kita adalah radhiyallahu ‘anhum wa radhu ‘anhu (Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridho kepada-Nya).

Mari kita menghadirkan sakinah dalam diri dan keluarga kita yang dengan sakinah itu Allah karuniakan umat ini dengan kemenangan.

Allahu a’alam

Ambi Ummu Salman

 

 

 

 

 

 

 

 

Add Comment