Tadabbur Kisah Ummu Jamil (Istri Abu Lahab) dalam Surat Al Lahab

Bismillahirrahmanirrahim…

Slide1

Ialah Ummu Jamil yang nama aslinya adalah Arwa binti Harb, beberapa riwayat menyebutkan bahwa namanya adalah Auraa, ia merupakan salah satu perempuan terhormat suku Quraisy, ia juga istri yang taat kepada suaminya. Sayangnya kepatuhan dan ketaatannya ada pada jalan kezaliman sebagaimana yang dilakukan suaminya, Abu Lahab.

Kisah Ummu Jamil tidak lepas dari kisah Abu Lahab dan sepak terjang keluarganya yang bersepakat dalam berbuat dosa.

Ummu jamil adalah saudari perempuan Abu Sufyan, ia dari keluarga kaya dan tokoh besar. Ia disebut dengan Ummu Jamil karena memiliki paras yang cantik.

Pasangan yang sempurna secara dunia, cantik dan tampan,sama-sama dari kelurga terpandang dari tokoh Quraish. Tapi sayangnya mereka menjadi  keluarga (satu rumah) yang bersepakat dengan “Dosa”.

Keluarga Abu Lahab adalah peringatan bagi keluarga muslim agar tidak berbuat seperti demikian. Keluarga yang bersepakat masuk neraka, suami istri yang bersepakat dalam permusuhan dan dosa. Padahal Allah memerintakan kita untuk tolong menolong dalam kebaikan bukan dalam keburukan.

 

Asbabun Nuzul surat Al Lahab

Surat Al Lahab adalah surat makiyyah yang diturunkan segaligus dalam satu surat. Ayat ini turun dikarenakan Abu Lahab sejak awal berusaha secara maksimal agar orang-orang tidak masuk islam, ia senantiasa menjauhkan orang-orang dari islam.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam shahih-nya. Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam naik ke bukit Shafa, mengumpulkan orang-orang Quraisy lalu menyeru mereka.

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ الْعَدُوَّ يُصَبِّحُكُمْ أَوْ يُمَسِّيكُمْ أَمَا كُنْتُمْ تُصَدِّقُونِى

“Bagaimana pendapat kalian jika aku sampaikan kepada kalian bahwa musuh akan menyerang di pagi hari atau petang hari, apakah kalian percaya?”

Mereka menjawab, “kami percaya.” Lalu Rasulullah mengatakan,

فَإِنِّى نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَىْ عَذَابٍ شَدِيدٍ

“Maka sesungguhnya aku memperingatkan kepada kalian akan datangnya adzab yang keras.”

Tiba-tiba Abu Lahab menyela, “tabbal laka alihaadzaa. Celakalah kamu ini, karena inikah engkau mengumpulkan kami?”

Maka Allah pun menurunkan Surat Al Lahab.

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

Binasalah kedua tangan Abu lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.. (hingga akhir surat)

Ketika Ummu Jamil mendengar ayat yang diturunkan mengenai dirinya dan suaminya, ia langsung menghampiri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil membawa segenggam batu. Saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang duduk di dekat Ka’bah bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Bakar lalu berkata “Ya Rasulullah, sesungguhnya ia (Ummu Jamil) datang dan aku khawatir kepadamu”.

Dengan tenang Rasulullah menjawab “Sesungguhnya ia tidak akan melihatku”. Maka, Allah Subhanahu wata’ala menutup pandangan Ummu Jamil terhadap Rasulullah, sehingga ia hanya melihat Abu Bakar. Lalu ia berkata “Wahai Abu Bakar, di mana temanmu? Aku mendengar kabar bahwa ia telah mencelaku, demi Allah apabila aku menemukannya maka akan kulemparkan batu ke mulutnya, demi Allah aku adalah seorang penyair, ia pun menyebutkan sebuah syair lalu menjauh.

 

Kisah Abu Lahab dan Istrinya Dalam Surat Al Lahab

QS. Al-Lahab ayat 1

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.”

تَبَّ : celaka /binasa

Kata tabbat (تبت) atau tabba (تب) terdiri dari dua huruf yaitu ta’ (ت) dan ba’ (ب). Penggabungan dua huruf ini, dibolak-balik manapun yang didahulukan, mengandung arti keputusan atau kepastian yang pada umumnya berakhir dengan kebinasaan.

Apakah yang celaka hanya tangan Abu Lahab saja?

Yadaa (يدا) artinya adalah kedua tangan. Namun yang binasa dari Abu Lahab bukan hanya tangannya namun keseluruhan dirinya. Ini adalah bentuk majazi.

Seluruh bagian tubuh Abu Lahab akan celaka (bermakna celaka secara keseluruhan) . Ungkapan ‘tangan’ ini adalah ungkapan khas dalam bahasa arab untuk mengungkapkan amal/usaha/karya seseorang (dalam hal ini berbagai usaha Abu Lahab dalam memusuhi islam).

Siapakah Abu Lahab?,

Abu Lahab yang nama aslinya Abdul Uzza bin Abdul Muthallib sebenarnya masih paman Rasulullah. Namun orang yang memiliki nama kuniyah Abu Utaibah itu adalah orang yang paling sengit menyakiti Rasulullah.

Dari pemberian namanya saja sudah salah, arti namanya adalah hamba uzza (uzza adalah salah satu berhala yang disembah oleh penduduk musyrikin makkah). Nama ini sekaligus adalah bermakna kebohongan karena uzza tidak punya hamba, karena uzza hanya sebuah patung.

Itulah mengapa surat setelah Al Lahab adalah surat Al Ikhlas, karena Allah ingin memberikan penegasan bahwa adalah sebuah kesalahan mengamba pada uzza.

AlQur’an tidak menyebut nama asli Abu Lahab karena makna namanya yang salah, sehingga dikhawatirkan jika orang tidak memahami isi surat tersebut orang akan mengira bahwa dibolehkan menghamba pada uzza.

Abu lahab adalah kunyah (panggilan kepada seseorang untuk penghormatan, memuliakan, dan menghaluskan panggilan). Pemberian kunyah adalah kebiasaan orang-orang shalih terdahulu untuk memuliakannya. Lalu, apakah ketika Allah memakai kunya Abu Lahab itu berarti Allah memuliakan dia?

Lahab tidak hanya bermakna bergejolak, tapi ia juga bermakna berkilau. Karena Abu Lahab adalah orang yang tampan dengan kulit kuning berkilau makanya dia diberi kunyah Abu Lahab.

Lantas mengapa Allah masih memuji dengan memakai kunyah Abu Lahab?

Pertama, Allah puji ia kemudian Allah jatuhkan berkali-kali (dijatuhkan sejatuh-jatuhnya) sampai tidak tersisa sedikitpun kebaikan pada dirinya. (dijatuhkan dengan kata yang sama, Lahab yang bermakna bergejolak).

Awalnya ia dijuluki Abu Lahab karena wajahnya cerah atau mengkilap. Namun kata lahab (لهب) juga berarti kobaran api yang menyala dan sudah tidak memiliki asap lagi. Setelah Rasulullah diutus dan dia menyakiti beliau, nama lahab mengisyaratkan bahwa ia akan dibakar api bergejolak di neraka.

Ada juga yang berpendapat, nama Abu Lahab mengisyaratkan bahwa gejolak api selalu menyertainya. Yakni api permusuhannya kepada Rasulullah.

Menurut Ibnu Katsir, ayat pertama Surat Al Lahab ini menunjukkan bahwa Abu Lahab celaka, telah nyata merugi dan binasa.

Ayat 1 ini bentuknya seperti syair. Menurut masyarakat arab syair itu lebih tajam daripada pedang (kehinaan yang diperoleh lebih besar daripada ditebas dengan pedang).

Apalagi ketika ayat ini turun Nabi membacakannya dengan berdiri di bukit sofa, sehingga terdengar oleh banyak orang yang bukan hanya masyarakat makkah tapi juga pada pedagang yang datang dari luar makkah. Dan karena ayat ini seperti syair bisa jadi ketika mereka pulang ke tempatnya masing-masing mereka akan menghafalnya dan menceritakan pada kaumnya.

Inilah yang paling menambah kehinaan bagi Abu lahab dan Istrinya sehingga semakin marahlah keduanya.

Kebinasaan Abu Lahab di dunia bisa disaksikan orang-orang yang melihat kematiannya. Setelah perang badar, Abu Lahab ditimpa penyakit lepra hingga akhirnya meninggal. Teman-temannya tidak ada yang yang mau menguburkannya karena takut kalau menyentuhnya akan tertular. Hingga tiga hari jasadnya dibiarkan. Akhirnya digali lubang di bawah tempat tidurnya dan ia dijatuhkan ke lubang itu sebagai kuburnya.

Pelajaran bagi kita bahwa seseorang yang memusuhi islam akan dihilangkan kebaikan pada dirinya sampai tidak tersisa dan tidak dikenal.

Slide2

 

QS. Al-Lahab ayat 2

مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ

“Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.”

أَغْنَىٰ : makna asalnya adalah mencukupi

Tapi dalam ayat tersebut dimaknai faedah/manfaat. Mengapa demikian?

Karena dalam surat Al Alaq Allah berfirman bahwa ada orang-orang yang disebut oleh Allah dengan اسْتَغْنَىٰ (istaghna) yang memiliki satu akar kata dengan أَغْنَىٰ yang artinya merasa cukup.

Abu Lahab merasa cukup dengan harta dan jabatannya sehingga ia berbuat sekehendaknya.

Inilah bahayanya bagi orang yang merasa cukup di dunia. Harusnya kita selalu merasa kurang, sehingga kita selalu merasa membutuhkan Allah.

مَالُهُ : harta

وَمَا كَسَبَ : dan apa yang ia usahakan (anak)

Maa kasab (ما كسب) dalam ayat ini menurut menurut Ibnu Abbas dan Aisyah radiyallahu ‘anhuma bermakna anak.

Abu Lahab begitu membanggakan harta dan anak-anaknya. Ia pernah mengatakan, “Jika apa yang dikatakan oleh keponakanku ini benar, maka sesungguhnya aku di hari kiamat kelak akan menebus diriku dari azab dengan harta dan anak-anakku.”

Kata aghna (أغنى) merupakan bentuk lampau. Seakan-akan tidak bergunanya harta dan usahanya di masa datang sudah tidak berguna bagi Abu Lahab.

Seolah memberi gambaran pada kita bahwa apa yang dikatakan Abu Lahab hanyalah angan-angannya. Harta dan anak-anak serta apa yang ia usahakan setelah turunnya ayat ini sama sekali tidak bermanfaat baginya. Sama sekali tidak akan bisa menyelamatkannya dari kebinasaan.

Anak-anak Abu Lahab (Utbah dan Utaibah)  adalah hasil usaha yang gagal dari kedua orangtuanya.

Utbah dan Utaibah adalah menantu Rasulullah. Utbah menikah dengan Ruqayyah, sedangkan utaibah menikah dengan Ummu Qulsum. Sedangkan Abu Lahab adalah paman Nabi, ia adalah saudara dari Abu Thalib.

Karena marahnya Abu Lahab dan Ummu Jamil saat surat Al Lahab diturunkan, mereka mengatakan kepada putra-putranya “Haram kepalaku dan kepalamu sampai engkau ceraikan istrimu.”

Maka Utaibah berjanji pada ibunya untuk mengembalikan Ummu Qulsum kepada Rasulullah, bahkan ia setelah mengembalikan putri Rasulullah ia meludahi Rasulullah. Kemudian Rasulullah berdoa untuk utaibah : “Aku memohon kepada Allah supaya Dia mengirimkan Anjing untuk membunuhmu.” Dan dalam perjalanan dagang ke syam Utaibah diserang dan dimakan oleh singa.

Peristiwa ini ternyata menjadi jalan kemuliaan bagi kedua putri Rasulullah, karena pada akhirnya kedua putri Rasulullah menikah dengan Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu.

Pelajaran dari ayat ini:

  • Anak adalah hasil usaha kita. Maka apabila memiliki anak usahakan ia menjadi anak yang baik, karena ketika sudah tua anak itulah hasil usaha terbaik kita. Karena anak adalah pengiring pahala saat kita meninggal.
  • Ketika kita bersabar dengan ujian yang kita hadapi, Allah akan memberikan ganti yang lebih baik dari sebelumnya.
  • Harta yang dikumpulkan di dunia tidak ada gunanya di hadapan Allah. Maka jangan letakkan harta (dunia) di hatimu, tapi letakkanlah di tanganmu.

Slide3

 

QS. Al Lahab ayat 3

سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ

“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.”

سَيَصْلَىٰ : masuk ke dalam

لَهَبٍ : api yang bergejolak

Kata lahab (لهب) ini artinya kobaran api yang menyala dan sudah tidak memiliki asap lagi. Dan dengan itulah Abu Lahab akan diazab.

Ayat ini menjelaskan kebinasaan yang akan dialami Abu Lahab di akhirat kelak. Bahwa ia akan dimasukkan ke dalam neraka. Yang apinya, menurut Ibnu Katsir, menyala dengan hebatnya dan sangat membakar.

Abu Lahab dan Ummu Jamil nama mereka berdua sudah diabadikan masuk neraka bahkan saat mereka masih hidup.

Tiap hari senin Abu Lahab diringankan dari siksa kubur. Karena hari senin adalah hari kelahiran Rasulullah. Abu Lahab adalah orang pertama yang diberi kabar akan kelahiran Rasulullah, ia sangat bergemberi dengan kelahiran Rasulullah sehingga ia memerdekakan budaknya tsuaibah yang kemudian menjadi ibu susuan Rasulullah.

 

QS. Al Lahab ayat 4

وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ

“Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar”.

امْرَأَتُهُ : Istrinya

Kata Imro’a bermakna istri tapi bukan pasangan, apabila kebersamaan suami istri dipasangkan dalam dosa, maka kebersamaan itu tidak pantas disebut pasangan.

حَمَّالَةَ : membawa (maknanya membawa bukan hanya sekali tapi berkali-kali)

الْحَطَبِ : kayu bakar

Ummu Jamil membawa kayu bakar tidak hanya sekali tapi berkali-kali, ia begitu sabar dalam usaha melakukan berbuatan dosanya

Pelajaran :

  • Allah ingatkan bahwa jangan sampai kesabaran yang dimiliki wanita adalah kesabaran dalam dosa. Lihatlah Ummu Jamil!, ia adalah wanita terhormat dari semua sisi. Tidak pantas ia membawa kayu bakar yang seharusnya menjadi pekerjaan budak, tapi itu tetap ia kerjakan.
  • Jangan lakukan perbuatan dosa hanya untuk membalas sakit hati. Jangan pelihara sakit hati, apalagi berkeinginan membalas yang akan mengarah pada perbuatan dosa, karena akan berakibat:
  1. Membuat hina diri bahkan tanpa disadari
  2. Menyakiti/menyiksa diri sendiri
  3. Melelahkan

Letakkan dunia ditangan jangan dihati agar engkau tidak sering sakit hati.

  • Orang yang menghina Allah dan Rasul-Nya akan menjadi hina tanpa ia sadari (Allah akan menghinakannya di dunia dan akhirat).

Ummu Jamil setiap hari menggotongi kayu bakar yg berduri, ditali dengan tali dilehernya. Maka secara tidak sadar ia menghinakan diri sendiri dan betapa melelahkannya ia, demi sakit hati ia bersungguh-sungguh dalam dosa.

 

حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (pembawa kayu bakar)

Memiliki dua makna, makna sebenarnya dan makna kiasan.

Makna sebenarnya seperti yang telah diulas diatas, makna kiasan berarti orang yang suka mengadu domba (Namimah).

Maksudnya adalah kiasan bagi pengadu domba, karena Ummu Jamil adalah orang yang suka membawa berita untuk merusak hubungan sesama manusia, dan disebutkan di sini “kayu bakar”, karena ia menebarkan permusuhan dan kebencian di antara manusia sebagaimana kayu bakar menebarkan api. Adapun mengadu domba adalah gangguan yang ditujukan kepada kaum muslimin untuk merusak hubungan sesama mereka, Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman:

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Al-Ahzab: 58).

Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ. (متفق عليه)

“Tidak masuk Surga orang yang suka mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaihi).

Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa orang yang suka mengadu domba tidak akan masuk surga, jika ia tidak masuk surga maka tidak ada tempat baginya di akhirat kecuali di Neraka, sebab di akhirat kelak hanya ada Surga dan Neraka, maka jika ditetapkan bahwa ia tidak masuk Surga berarti tempatnya adalah Neraka.

Maka jelas bahwa istrinya Abu Lahab pasti akan masuk neraka.

Slide4

 

QS. Al Lahab ayat 5

فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ

“Yang di lehernya ada tali dari sabut.”

Kata jiid (جيد) artinya adalah leher. Kata ini biasanya digunakan untuk menggambarkan keindahan leher wanita yang dihiasi dengan kalung.

حَبْلٌ : tali

Tali disini memiliki dua arti :

  1. Tali yang dipakai untuk menggendong kayu-kayu duri. Ini yang menyebabkan kematian ummu jamil, ia tercekik oleh tali karena gendongannya sendiri.
  2. Bermakna kalung, karena Ummu Jamil kaya raya ia memiliki kalung yang besar dan harganya sangat mahal.  Ia bersumpah akan menjual kalung itu untuk mendanai apapun agar dapat menyakiti Rasulullah.

Ibnu Jarir menuturkan, istri Abu Lahab memiliki sebuah kalung mewah yang sangat mahal. Ia mengatakan, “Sesungguhnya aku akan menjual kalung ini untuk (biaya) memusuhi Muhammad.” Maka Allah menghukumnya dengan tali dari api neraka yang dikalungkan di lehernya.

Ummu Jamil menghamburkan uang dengan percuma hanya untuk membalas sakit hatinya, ia mendanai dosanya dan menggerakkan orang untuk berbuat dosa.

Kata masad (مسد) adalah sejenis tali yang berasal dari pohon Al Masad yang tumbuh di Yaman dan dikenal sangat kuat. Masad juga berarti tali yang terbuat dari sabut.

Ayat ini menggambarkan betapa hinanya dia. Bagian tubuh yang seharusnya indah justru terjerat dengan tali yang terbuat dari sabut.

Ketika menafsirkan ayat ini, Mujahid mengatakan bahwa maknanya adalah pasung leher yang terbuat dari besi.

Dan balasan yang akan diterima di akhirat kelak, ia akan dihukum di neraka sama persis seperti apa yang Ia lakukan selama di dunia. Tentunya hukuman di neraka lebih pedih..

Inilah balasan bagi mereka Mati dalam Kehinaan dan di Akhirat pun Dihinakan..

Naudzubillah..

 

Allahu a’lam

Ambi Ummu Salman

Sumber :

  1. Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Ibnu Katsir, Pustaka Imam Syafi’i
  2. Tafsir al-Munir, Syekh Wahbah Az-Zuhaili, Gema Insani Press
  3. Materi kajian Dauroh Wanita dalam AlQur’an yang disampaikan oleh Ustadz Budi Ashari, Lc.

Add Comment