Bismillahirrahmanirrahim…
Surat Al-Baqarah adalah surat Madaniyyah yang berjumlah 286 ayat. Surat ini dinamakan dengan Al-baqarah karena di dalamnya terdapat kisah tentang sapi. Kisah tersebut mengandung pelajaran yang sangat penting bagi para hamba untuk menjalani peran sebagai khalifah di muka bumi ini. Allah memberikan akal dan syahwat manusia sebagai kelebihannya, Allah juga memberi malaikat akal tanpa syahwat sehingga dia selalu taat kepada Allah, sedangkan hewan Allah bekali dengan syahwat tapi tidak diberi akal sehingga hewan tidak bisa mengontrol nafsunya. Namun Allah membuat manusia menjadi makhluk yang istimewa dengan akal dan syahwat sehingga jika manusia bisa mengontrol syahwat dengan akalnya ia bisa lebih mulia dari malaikat dan ketika manusia mengikuti syhawatnya dan akalnya tidak mampu membendung syhawatnya maka ia bisa lebih rendah dari hewan.
Untuk mengarungi hidup di dunia ini manusia tidak bisa hanya menggunakan akal saja, meskipun akal ini adalah kelebihan bagi manusia tapi manusia membutuhkan panduan untuk menggunakan akalnya ini. Ibaratkan akal adalah mata yang membutuhkan cahaya untuk melihat, cahaya ini adalah wahyu sebagai panduan karena alquran adalah nur. Maka jika kita hanya menggunakan akal tanpa menggunakan petunjuk dari Allah maka kita tidak akan bisa melihat sebagaimana mata tanpa cahaya yang tidak bisa melihat jalan, sehingga kita akan tersesat dan banyak hal yang tidak mengenakkan yang kita hadapi. Allah berikan petunjuk dalam hidup kita sehingga kita tidak hanya menggunakan akal namun juga dibekali panduan yaitu wahyu Allah. Jika dibandingkan dengan makhluk lain manusia menjadi makhluk yang paling mulia, Allah sandingkan seluruh alam semesta ini dan manusia yang paling mulia diantara semua.
Yang menarik dari alquran ini ternyata jika dalam surat Al baqarah ayat 185 Allah menjelaskan bahwa alquran adalah hudalinnas, di awal surat Albaqarah Allah menjelaskan bahwa alquran adalah hudalilil muttaqin.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 2,
ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
Sehingga Al-Qur’an memiliki dua fungsi yaitu hudalinnas dan hudallil muttaqin. Para ulama menjelaskan hudallinnas adalah petunjuk secara umum dan hudallil muttaqin adalah petunjuk secara khusus. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi semua manusia. Jadi orang yang tidak beriman, orang atheis sekalipun jika dia menggunakan alquran sebagai petunjuk dalam kehidupan sehari-hari maka dia akan memetik hasilnya tapi hanya di dunia tidak di akhirat karena siapa pun yang menggunakan alquran sebagai petunjuk akan memetik hasil yang luar biasa, namun berbeda jika orang beriman apalagi sampai pada level takwa ketika menggunakan alquran sebagai panduan / pentunjuk dalam hidupnya maka ia akan memetik hasilnya tidak hanya di dunia tapi sampai di akhirat.
Di awal surat al baqarah Allah menjelaskan bagiamana ciri orang yang bertakwa itu. Ciri utama adalah beriman kepada yang ghaib, sebagaimana yang kita tahu bahwa Allah itu ghoib, malaikat goib, para rasul ghaib, hari akhir ghaib. Rukun iman yang enam semua adalah ghoib. Yang paling utama adalah Allah itu ghoib yang tidak mungkin mampu kita pikirkan dan kita lihat karena Allah ghoib bagi kita. Sehingga disini Allah ingin menguji umat manusia apakah mengikuti panduan dengan beriman kepada Allah ketika Allah memberikan kitab suci sebagai panduan atau mereka tetap menggunakan akalnya yang terbatas itu dan cenderung mengabaikan petujuk dan wahyu Allah Ta’ála. Maka kita tahu kenapa surat al baqarah dinamakan surat Albaqarah karena surat Al baqarah ini berkaitan dengan kisah bani israil, bani israil ini adalah umat yang bermasalah dengan keimanan kepada yang ghoib karena kecenderungan bani israil ini adalah umat yang materialistik, sesuatu diukur dengan akalnya, logikanya. Maka sesuatu yang tidak bisa terindrakan mereka anggap itu tidak ada, maka wajar jika Allah menjelaskan karakter mereka dalam Alquran surat albaqarah ayat 55,
وَإِذْ قُلْتُمْ يَٰمُوسَىٰ لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى ٱللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ ٱلصَّٰعِقَةُ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya”.
Bani israil mengatakan kepada Nabi Musa jika Allah itu ghoib kenapa kami harus beriman, maka harus ada dulu wujud Allah maka baru mereka akan beriman. Ucapan itu membuat mereka disambar halilintar yang menyebabkan mereka mati kemudian Allah hidupkan kembali agar mereka bersyukur kepada Allah dan yakin akan kekuasaan Allah, bahwa Allah mampu menghidupkan mereka kembali. Namun ternyata peristiwa itu tidak menambah keimanan mereka sedikitpun.
Perilaku materialistik bani israil dalam kisah ini memberi pelajaran penting bagi kita sebagai orangtua (pendidik) agar kita mengokohkan keimanan anak kita sejak dini agar mereka tak menjadi generasi seperti bani israil. Mengajarkan dahulu tentang rukun iman yang semuanya berbicara perkara ghaib. Ajarkan dahulu tentang Allah, malaikat, hari akhir, surga, neraka, baru kemudian mengajarkan syariat seperti shalat, puasa, dan lainnya. Setelah itu yang berkaitan dengan sosial. Jangan sampai kita sibuk mengajarkan anak-anak kita matematika, bahasa asing, dan lainnya tapi lupa mengokohkan tauhidnya. Jangan sampai kita terjebak dengan teori agar tidak mengajarkan hal abstrak pada anak usia dini, padahal perkara ini (yang ghaib) harus ditanamkan sedini mungkin.
Kembali pada kisah bani israil, puncak penyimpangan bani israil yaitu pada kisah penyembelian sapi betina yang terdapat dalam surat Al baqarah ayat 67,
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِۦٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تَذْبَحُوا۟ بَقَرَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا ۖ قَالَ أَعُوذُ بِٱللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ ٱلْجَٰهِلِين
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”. Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil”.
Sebelumnya mereka telah menyembah sapi, sebagian mereka menganggap sapi yang dibuat oleh samiri ini sebagai Tuhan sehingga Allah menguji mereka dengan menyembelih sapi, maka Allah berikan perintah menyembelih sapi. Namun Perintah Allah mereka anggap sebagai olok-olokan. Maka nabi Musa mengatakan, “aku berlindung kepada Allah dari sikap bodoh kalian”. Ini adalah karakter bani israil, ketika Allah berikan panduan dan perintah mereka jadikan perintah Allah sebagai olok-olokan. Dan puncaknya ketika mereka ngeyel tentang ciri-ciri sapi betina ini, yang tujuan mereka bukan untuk meminta penjelasan yang lebih rinci namun untuk menghindar dari perintah tersebut walaupun ujungnya mereka mau tidak mau melaksanakan perintah tersebut ketika sudah Allah berikan kesulitan yang luar biasa dan lagi-lagi Allah memberikan ujian kepada mereka.
Kemudian kisahnya berlanjut pada surat Al baqarah ayat 73,
فَقُلْنَا ٱضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا ۚ كَذَٰلِكَ يُحْىِ ٱللَّهُ ٱلْمَوْتَىٰ وَيُرِيكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.
Ayat di atas Seakan-akan menunjukkan bahwa sebelum ini bani israil tidak berakal, karena orang yang hanya menggunakan akal saja tanpa menggunakan petunjuk Allah maka seakan-akan ia adalah orang yang tidak berakal dan termasuk orang-orang yang bodoh. Sehingga Allah ingin menggunakan perintah ini agar mereka berakal. Namun lagi-lagi bagi mereka ini tidak masuk akal, orang yang mati hidup kembali dengan bagian tubuh sapi yang telah mati itu tidak masuk akal bagi mereka, sesuatu yang mati bertemu dengan yang mati maka tidak bisa menghidupkan. Namun disini Allah ingin menjelaskan tentang konsep keimanan yang itu lebih tinggi dari akal manusia, dan Allah sanggup menghidupkan manusia yang mati dengan dipukulkan bagian tubuh sapi yang telah disembelih.
Pelajaran bagi kita ketika Allah memberikan perintah kepada kita maka memang itu yang terbaik dan Allah lebih tahu tentang kita. Yakinlah bahwa ketika Allah ta’ala membuat aturan pasti menginginkan kebaikan untuk makhluk-makhluknya.
Maka disurat al baqarah ini berisi ujian-ujian Allah bagi manusia siapakah yang dominan akalnya dan siapakah yang tunduk dan taat kepada Allah, sehingga nanti levelnya menjadi orang yang bertakwa dan mendapatkan petunjuk (hudalllil muttaqin).
Tema-tema Surat Al-Baqarah
Surat ini dimulai dengan pembagian manusia kepada tiga kelompok, yaitu; kelompok orang-orang yang beriman, orang-orang yang kafir, lalu kelompok orang-orang yang munafik. Lalu surat ini juga menyertakan sifat-sifat tiga kelompok tersebut dengan jelas sebagaimana yang tertera dalam surat ini ayat 2-20.
Tema besar surat ini adalah mengenalkan kepada manusia siapa manusia. Penutup Al-quran adalah surat an nas yang artinya manusia. Supaya kita tahu bahwa ketika kita memperbaiki kejahiliyaan yang utama adalah memperbaiki manusianya, bermula dari manusia. Bahkan bagian paling penting dari sebuah peradaban adalah manusia. Begitu pula dalam pendidikan yang utama adalah manusia, kualitas SDM-nya yaitu guru, baru berbicara tentang benda (fasilitas). Mulailah dari perbaikan manusia.
Mengapa namanya surat al baqarah? Allah ingin menyampaikan teguran yang sangat keras dengan nama al-baqarah, Allah memberikan contoh tentang satu generasi yang tugasnya sama dengan kita yaitu bani israil tapi mereka gagal menjadi khalifah fil ard. Apa sebabnya? yaitu baqarah. Ketika masyarakat nabi musa bertanya tentang siapa pembunuh orang yang terbunuh dalam kaumnya. Allah menguji dengan itu, makanya jika ada pertintah Allah sami’na wa atho’na. Tidak bisa manusia menuhankan akal sehatnya. Mereka ingin lari dari tanggung jawab, jatuh peradaban hanya karena sapi. Kegagalan peradaban ini adalah ketika kita gagal mendefinikan siapakah manusia. Karena kegagalan itu, gagal pula mereka mengatur dan mendidik manusia.
Keselarasan Awal Surat dengan Akhir Surat
Surat ini dimulai dengan menyebutkan sifat-sifat orang yang bertakwa dalam firman Allah, “mereka yang beriman kepada hal yang ghaib”, (Qs. Al-baqarah: 3).
Dan diakhiri juga dengan sifat tersebut dalam firman Allah,
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”.” (Qs. Al-Baqarah: 285)
Ayat ini termasuk penjelasan dari keimanan terhadap hal yang ghaib. Keimanan kepada yang ghaib adalah pondasi agama ini, maka jika keimanan tersebut bersemai di dalam hati seorang hamba, maka seorang hamba akan merasa tenang, tentram, mempercayai segala janji Allah, takut akan ancaman-Nya, dan bersabar atas segala takdir yang dituliskan untuknya; hingga ia akan menjadi seorang hamba yang selalu mengingat Tuhannya, manjalankan perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya sebagaimana yang dicintai dan diridhai oleh Allah subhanallahu ta’ala.
Ambi Ummu Salman
Depok, 18 Juli 2021