Bismillahirrahmanirrahim…
Allah subhanahu wata’ala mengutus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di jazirah Arab. Allah memilih bangsa arab dan negeri arab sebagai tempat dilahirkannya manusia paling mulia di muka bumi ini yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jika kita mencoba menggali dan mentadabburi, akan timbul pertanyaan mengapa di tanah arab? mengapa Allah memilih bangsa arab?
Para ulama mencoba menyebutkan hikmah tersebut. Dan dengan kerendahan hati, mereka tetap mengakui hakikat sejati hanya Allah-lah yang mengetahui. Para ulama adalah orang yang berhati-hati. Jauh lebih hati-hati dari seorang peneliti. Mereka jauh dari mengedepankan egoisme suku dan ras. Mereka memiliki niat tulus untuk hikmah dan ilmu.
Diantaranya adalah dalam kitab fiqih sirah nabawiyah karya Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim az-Zaid dan juga Dr. Ali Muhammad Ash-shalabi.
Serta kita pun dapat mentadabburinya melalui kitab-kitab sirah yang lainnya agar semakin banyak hikmah yang tergalih. Semoga Allah Ta’ala membimbing kita dalam hal ini..aamiin..
Diantara di antara latar belakang diutusnya para rasul, khusunya rasul terakhir, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di Jazirah Arab adalah:
Pertama: Karena do’a Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
Keberkahan Jazirah Arab terkhusus kota Makkah tidak lepas dari do’a-do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim ‘alahissalam,
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.” (QS Ibrahim: 35).
Dan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah jawaban atas do’a Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (Alquran) dan al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS al-Baqarah: 129).
Inilah kekuatan do’a, Allah menyimpan doa Nabi Ibrahim selama 4000 tahun sebelum diwujudkan. Karena doa tersebut, kita bisa menerima cahaya-Nya melalui Rasulullah. Kehadiran Rasulullah adalah jawaban dari doa Nabi Ibrahim.
Kedua: Jazirah arab adalah negeri yang bebas (merdeka) dari negeri-negeri adidaya seperti Romawi dan Persia
Jazirah Arab adalah tanah merdeka yang tidak pernah dijajah dan tidak memiliki penguasa. Tidak ada penguasa yang memiliki kekuasaan politik dan agama secara penuh/mutlak di daerah tersebut. Berbeda halnya dengan wilayah-wilayah lain. Ada yang dikuasai Persia, Romawi, dan kerajaan lainnya.
Ketiga: Kondisi wilayah dan karakter penduduknya
Kondisi wilayah jazirah arab yang panas dan gersang melahirkan manusia-manusia dengan level yang tangguh. Mereka terbiasa berasa pada level kesulitan yang tinggi (tidak hidup dalam kondisi yang nyaman).
Ibnu Khladun membagi bumi ini menjadi tujuh bagian. Bagian terjauh adalah kutub utara dan selatan. Inilah bagian yang ia sebut dengan bagian satu dan tujuh. Kemudian ia menyebutkan bagian dua dan enam. Kemudian bagian tiga dan lima. Kemudian menunjuk bagian keempat sebagai pusatnya. Ia tunjuk bagian tersebut dengan mengatakan, “wa sakanaha (Arab: وسكانها).
Penduduk Arab adalah orang-orang yang secara fisik proporsional; tidak terlalu tinggi dan tidak pendek. Tidak terlalu besar dan tidak kecil. Demikian juga warna kulitnya. Serta akhlak dan agamanya. Sehingga kebanyakan para nabi diutus di wilayah ini. Tidak ada nabi dan rasul yang diutus di wilayah kutub utara atau selatan. Para nabi dan rasul secara khusus diutus kepada orang-orang yang sempurna secara jenis (tampilan fisik) dan akhlak. Kemudian Ibnu Khaldun berdalil dengan sebuah ayat:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia…” (QS. Ali Imran: 110). (Muqaddimah Ibnu Khaldun)
Karena pembicaraan pertama dalam ayat tersebut ditujukan kepada orang Arab, yakni para sahabat. Kemudian barulah umat Islam secara umum. Secara realita, kita juga meyakini, memang ada bangsa yang unggul secara fisik. Artinya ada fisik yang lebih unggul.
Namun Allah Ta’ala lebih hikmah dan lebih jauh kebijaksanaannya dari hanya sekadar memandang fisik. Hal ini bisa kita jumpai di buku-buku sirah tentang karakter bangsa Arab pra-Islam. Mereka jujur, polos, berkeinginan kuat, dermawan, dll. Kemudian Dia utus Nabi-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di sana.
Keempat: Jauh dari peradaban besar
Mengapa jauh dari peradaban besar merupakan nilai positif? Karena benak mereka belum tercampuri oleh pemikiran-pemikiran lain. Orang-orang Arab yang tinggal di Jazirah Arab atau terlebih khusus tinggal di Mekah, tidak terpengaruh pemikiran luar. Jauh dari ideologi dan peradaban majusi Persia dan Nasrani Romawi. Bahkan keyakinan paganis juga jauh dari mereka. Sampai akhirnya Amr bin Luhai al-Khuza’I kagum dengan ibadah penduduk Syam. Lalu ia membawa berhala penduduk Syam ke Jazirah Arab.
Jauhnya pengaruh luar ini, membuat jiwa mereka masih polos, jujur, dan lebih adil menilai kebenaran wahyu.
Kelima: Secara geografis, Jazirah Arab terletak di tengah-tengah dunia
Memang pandangan ini terkesan subjektif. Tapi realitanya, Barat menyebut mereka dengan Timur Tengah. Geografi dunia Arab bisa berhubungan dengan belahan dunia lainnya. Sehingga memudahkan dalam penyampaian dakwah Islam ke berbagai penjuru dunia. Terbukti, dalam waktu yang singkat, Islam sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia.
Keenam: Jiwa Kesukuan (Ashabiyah)
Kondisi sosial yang unik mungkin bisa dikatakan istimewa tatkala itu. Mereka memiliki jiwa fanatik kesukuan (ashabiyah).
Orang Arab hidup dalam tribalisme, kesukuan. Pemimpin masyarakat adalah kepala kabilah. Mereka menjadikan keluarga sendiri yang memimpin suatu koloni atau kabilah tertentu. Dampak positifnya kentara saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai dakwahnya. Kekuatan bani Hasyim menjaga dan melindungi beliau dalam berdakwah.
Apabila orang-orang Quraisy menganggu pribadi beliau, maka paman beliau, Abu Thalib, datang membela. Hal ini juga dirasakan oleh sebagian orang yang memeluk Islam. Keluarga mereka tetap membela mereka.
Ketujuh: Mereka berkomunikasi dengan satu Bahasa yaitu bahasa Arab
Jazirah Arab yang luas itu hanya memiliki satu bahasa untuk komunikasi di antara mereka, yaitu Bahasa Arab. Adapun wilayah-wilayah lainnya memiliki banyak bahasa. Saat itu, di India saja sudah memiliki 15 bahasa resmi (as-Sirah an-Nabawiyah oleh Abu al-Hasan an-Nadawi)
Bayangkan seandainya masing-masing daerah berbeda bahasa, bahkan sampai puluhan bahkan ratusan bahasa. Komunikasi akan terhambat dan dakwah sangat lambat tersebar karena kendala bahasa saja. Dalam waktu yang lama, dakwah Islam mungkin belum terdengar ke belahan dunia lainnya karena disibukkan dengan kendala ini.
Kedelapan: Makkah adalah episentrum dakwah karena banyaknya orang-orang yang datang ke Mekah
Mekah telah menjadi tempat istimewa sejak masa Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimassalam. Oleh karena itu, banyak utusan dari wilayah Arab lainnya datang ke sana. Demikian juga jamaah haji. Pedagang. Para ahli syair dan sastrawan. Keadaan ini mempermudah untuk menyebarkan risalah kenabian. Mereka datang ke Mekah, lalu kembali ke kampung mereka masing-masing dengan membawa berita risalah kerasulan.
Allahu a’lam…
Ambi Ummu Salman