Kisah Maryam Binti ‘Imran Dalam Al-Qur’an Surat Maryam Ayat 16 sampai 28

Muqaddimah

Kisah dalam surat Maryam terdiri dari kisah Maryam, Zakaria, dan Ibrahim.Dan tema besar dalam surat ini adalah bahwa Allah ingin menyebutkan Rahman-Nya (Qs. Maryam :2).

Allah Ar Rahman paling sering disebut dalam surat maryam ini dibandingkan dalam surat yang lainnya, bahkan nama Allah Ar Rahman lebih banyak disebut disini dari pada dalam surat Ar Rahman.

Dalam surat Maryam ini 14 kali kata Rahmat diulang, dan 4 kali dalam kata rahman. Sehingga total 18 kali makna rahmat terulang dalam satu surat.

Tinjauan dari segi huruf :

Rahmat memakai huruf ta terbuka (ت) bukan dengan ta marbuto (ة).Seperti kata Jannah dalam Al Qur’an hanya sekali memakai huruf ta marbuto (ة).

Pemakaian ta terbuka pada kata Rahmat digunakan untuk Rahmat duniawi, contoh :hujan, anak, dll.
Karena Rahmat duniawi tidak hanya untuk orang beriman tetapi juga orang yang tidak beriman, mereka orang-orang yang kafir sekalipun tetap mendapat Rahmat duniawi dari Allah.

Sedangkan jika untuk rahmat akhirat, rahmat yang Allah janjikan atau belum diberikan bagi orang beriman dan juga untuk orang beriman yang sedang mendapatkan rahmat, maka kata Rahmat ini memakai tamarbuto (ة).

Surat Maryam ini memakai taterbuka (ت), sehingga di dalam surat ini kita akan mendapatkan hal-hal yang menakjubkan bahkan yang tidak masuk logika.

Karena dengan rahmat Allah, yang mati bisa hidup lagi.
Yang kasar bisa menjadi lembut, bahkan dengan rahmat Allah yang benci bisa saling berkasih sayang.Ada banyak kejutan-kejutan, hal yang mustahil yang akan terjadi di surat ini.

Diantaranya Zakaria yang dapat memiliki keturunan padahal ia dalam usia senja dan istrinya mandul, maryam dapat hamil padahal ia masih dalam keadaan suci tidak tersentuh laki-laki manapun, dan kurma yang gundul bisa mengeluarkan mayang dan membuahkan ruthob yang kemudian dimakan oleh maryam.


PEMBAHASAN KISAH MARYAM, MELALUI TADABBUR AYAT DALAM SURAT MARYAM

TENTANG MARYAM

Maryam, menurut sebagian kecil ahli ilmu berpendapat bahwa ia adalah seorang Nabi karena jibril pernah mendatanginya kemudian menyampaikan hikmah kepadanya.

Adapun Jumhur ulama berpendapat berbeda, bahwa maryam bukanlah seorang nabi karena semua utusan Allah adalah laki-laki dengan dalil :”Tidaklah Kami mengutus sebelum kamu, kecuali dari kalangan lelaki yang Kami wahyukan kepada mereka, di kalangan penduduk negeri…” (QS. Yusuf: 109).

Adapun Maryam adalah wanita yang mulia, kemuliaan dan kesempurnaannya telah disebutkan dalam beberapa hadist diantaranya :”Yang sempurna dari kaum lelaki sangatlah banyak, tetapi yang sempurna dari kaum wanita hanyalah Maryam binti Imran, Asiyah binti muzahim, Khadijah binti khuwailid dan Fatimah binti Muhammad. Sedangkan keutamaan Aisyah atas seluruh wanita adalah seperti keutamaan tsarid (roti yang diremukkan dan direndam dalam kuah) atas segala makanan yang ada.” (HR Bukhari)

“Pemuka wanita ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulallah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Khadijah binti Khawailid dan Asiyah.” (HR. Hakim dan Muslim)

Cukuplah wanita-wanita ini sebagai panutan kalian. Yaitu Maryam binti Imran, Khadijah binti khuwailid, Fatimah binti Muhammad dan Asiyah binti muzahim, istri fir’aun.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Diantara kesempurnaan Maryam dalam AlQur’an disebutkan dalam surat At-Tahrim ayat 12

:وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ (١٢) –

dan Maryam putri ‘Imran yang memelihara kehormatannya, maka kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitabNya; dan dia termasuk orang-orang yang taat.

Menjaga kemaluan memakai kata أَحْصَنَتْ yang bermakna benteng, tidak hanya sekedar menutupi (karena memang harus dibentengi).

Maka keistimewaan Maryam adalah dalam membentengi kesucian/kemaluannya bukan hanya sekedar ditutup.

Orang yang auratnya tertutup belum tentu membentengi kesuciannya.
Apabila kemaluan terbentengi maka diri juga akan terbentengi.

Barang siapa yang bisa menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya (lisan), dan yang ada di antara kedua pahanya (kemaluan) maka aku akan menjaminnya masuk syurga” (Muttaqun ‘alaih dari Sahl bin Saad radhiyallahuanhu)

Tentang pembahasan keutamaan maryam bisa disimak di pembahasan surat ali imran ayat 42 (klik di sini)

QS. Maryam Ayat 16

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا

Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Maryam di dalam kitab (Al Qur’an), yaitu dia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitul Maqdis).”

Al Qur’an menggambarkan cara berjalannya maryam yaitu dengan kata انْتَبَذَتْ yang berasal dari kata تَبَذ yang artinya terlempar.
Berarti cara berjalan seperti barang yang terlempar.

Ar Razi memaknai ini dengan makna maryam berjalan dengan sangat cepat.

Al Intibaadz juga bermakna menghindar atau menjauhkan diri.

Mengapa berjalan sangat cepat? Karena maryam sangat menjaga dirinya, ia tidak ingin bicara atau berpapasan dengan para lekaki.

Para mufassir berbeda pendapat mengenai alasan mengapa ia menjauhkan diri. Ada yang berpendapat ia menjauhkan diri untuk menyucikan diri dari haid dan nifas. Dan pendapat lainnya adalah untuk menyembah Allah karena Maryam ‘alaihassalam telah diwaqafkan di tempat ibadah untuk melayaninya dan beribadah di dalamnya, lalu ia menjauhkan diri dari manusia untuk tujuan itu. Ia pun masuk masjid di samping mihrab di sisi sebelah Timur agar bisa menyendiri dalam beribadah, lalu Jibril ‘Alaihissalam mendatanginya.

Mengapa pergi ke arah timur?
Ada beberapa pendapat :
1. Saat itu maryam sedang haid (ketika dikisahkan ini maryam baru mengalami 2x haid dari usianya), maka maryam memilih ke arah timur untuk mandi dan bersuci.
2. Untuk menjauh dari ramainya orang yang ke baitul maqdis, sehingga ia menyepi. Yang banyak datang ke baitul maqis untuk beribadah adalah lelaki. (Ia pergi dari baitul maqdis karena ia mengabdi di sana).
3. Maryam pergi ke rumah saudara perempuannya (yaitu istri zakaria), maryam di rumah zakaria tinggal di satu ruangan. Ketika zakaria datang ia harus menutup hijabnya agar tidak terlihat. Sehingga ia pernah berdoa agar diberikan tempat yang tidak perlu ia membuka dan menutup hijabnya.

Qs. Maryam Ayat 17

فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا

Lalu dia memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka, lalu Kami mengutus ruh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.”

Tidak ada riwayat pasti dimana tempat dalam ayat ini berlansung.
Ada pendapat yang mengatakan ini berlansung di rumah zakaria. Maryam membuat hijab di rumah zakaria.

Jibril berbicara kepada maryam dalam wujud seperti manusia, terlihatnya malaikat olehnya adalah sebagaimana terlihatnya Jibril (oleh para sahabat) dalam bentuk seperti Dihyah ketika ia bertanya (kepada Nabi shalallahualaihi wa sallam) mengenai iman dan islam.

Ibnu Katsir berkata, “Tatkala malaikat menampakkan diri kepada Maryam dalam wujud seorang manusia di tempat menyendirinya, sementara antara Maryam dan kaumnya sudah ada hijab, maka Maryam pun merasa takut terhadapnya, maka ia pun berkata, “Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”. Yakni : jika kamu seorang yang takut kepada Allah. Ini artinya mengingatkannya kepada Allah, dan memang inilah yang disyariatkan dalam membela diri dengan cara yang paling ringan dan mudah, karena itulah Maryam mempertakutkannya kepada Allah Azza wa Jalla.

Jibril Menemui maryam bentuk manusia yang sempurna/tampan.
Jibril menemui maryam dalam rupa yang lebih tampan dari Nabi Yusuf ‘alaihissalam (yang karena ketampanan yusuf ini para wanita-wanita mesir terfitnah).

Malaikat adalah simbol ketampanan, oleh karena itu Yusuf disebut seperti malaikat oleh wanita-wanita mesir. Akan tetapi, Maryam sama sekali tidak terfitnah dengan penampilan Jibril yang ketampanannya diatas Yusuf.

Ayat 18

قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَٰنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا

Dia (Maryam) berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa.”

Ini adalah kalimat pertama Maryam ketika bertemu denga Jibril.أَعُوذُ بِالرَّحْمَٰنِ
Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pengasih”.

Kalimat ini dipakai karena Maryam sejak kecil terbiasa menikmati pemberian lansung dari Allah, contohnya seperti makanan yang ada di mihrabnya. Ia menikmati pemberian Allah dan dapat memaknainya dengan sangat baik.إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا “Jika kamu orang yang bertakwa”

Karena Maryam melihat laki-laki itu bertakwa dan jika ia berlindung pada Allah maka laki-laki itu akan pergi.

Dalam riwayat Al Bukhari disebutkan bawa Maryam mengetahui bahwa orang yang bertakwa memiliki pengekang, yaitu tatkala ia mengatakan إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا.

Kalimat maryam ini sama seperti kalimat Nabi Yusuf. Keduanya memiliki kesempatan untuk berbuat dosa, tapi mereka berlindung pada Allah dari perbuatan tersebut.

Hal ini yang sangat perlu kita ajarkan untuk diri kita dan generasi kita yaitu membentengi kesucian dan berlindung kepada Allah.

Ketika Maryam menyebut kata Rahman, Jibril lansung berubah menjadi wujud aslinya. Hal ini dikarenakan jibril adalah malaikat yang paling memahami Allah dalam sifat-sifatNya.

Ayat 19

قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا

Dia (Jibril) berkata, “Susungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci”.

Ini adalah kalimat jawaban dari malaikat jibril.
Tidak ada riwayat yang pasti baik dalam AlQur’an maupun hadist mengenai proses peniupan ruh ini.

Ada 3 pendapat mengenai hal ini :
1. Ruh itu ditiupkan dalam kantong baju maryam kemudian masuk diantara kedua paha maryam
2. Ditiupkan di depan maryam, masuk ke mulut ke kerongkongan sampai turun ke bawah masuk rahim.
3. Ditiupkan lansung ke dalam bagian perutnya.

Pelajaran penting :
Jika Allah menghendaki sesuatu, Allah siapkan jalan untuk terjadinya sesuatu itu. Allah sendiri yang akan membuat jalannya.
Innallaha ‘ala kulii syai’in qadir.

Ayat 20

قَالَتْ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا

Dia (Maryam) berkata, ‘Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada (laki-laki) yang menyentuku dan aku bukan seorang pelacur!’.”

بَغِيًّا
Baghiyya bermakna pelacur bukan pezina, pezina mereka melakukan hubungan dengan sama-sama Ridho tanpa ada bayaran untuk si wanita sedangkan baghiyya(pelacur) ditetapkan tarifnya.

Maryam menyebutkan ini sebagai penegasan, Karena perkataannya وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ “sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku” bersifat umum mencakup yang halal dan yang haram.

Pendapat lain menyatakan, bahwa Maryam tidak sedikit pun menganggap jauhnya kekuasaan Allah Ta’ala untuk hal itu, akan tetapi maksudnya adalah, bagaimana akan adanya anak tersebut? Apakah melalui pernikahan yang akan terjadi, atau Allah menciptakannya dari semula?.

Dalam ayat ini terlihat bahwa Maryam kaget, orang setaat Maryam saja masih kaget. Rasa kaget ini bukan sebagai kalimat penolakan atau pengingkaran.
Akan tetapi karena maryam masih menggunakan logika, karena hamil harus ada sebab. Tapi Allah berkehendak sehingga bisa menyebakan sebab tersebut.

Agama islam adalah agama yang sangat adil, orang yahudi menyebut Maryam sebagai wanita pelacur sedangkan islam menyebut Maryam sebagai wanita suci.

Ayat 21

قَالَ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ ۖ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا ۚ وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا

“Jibril berkata: “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan”.

Firman Allah وَلِنَجْعَلَهُ ini terkait dengan kalimat yang dibuang. Maksudnya adalah, Kami menciptakan agar Kami dapat menjadikannya آيَةً (suatu tanda) untuk menunjukkan kekuasaan Kami yang menakjubkan وَرَحْمَةً (dan sebagai rahmat), bagi yang beriman kepada-Nya.

Dan kalimat وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا maksudnya adalah yang telah ditetapkan dan tercatat di lauh mahfudz.

Dengan 3 kalimat penjelasan dari Jibril ini Maryam ridho mengandung, 3 hal tersebut adalah :
1. Tidak ada yang sulit bagi Allah
2. Sebagai tanda kebesaran dan Rahmat dari Allah
3. Ini adalah keputusan AllahMaka dengan kalimat ini maryam menjadi Ridho.

Ayat 22

فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا

Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.”

Maryam pergi ke tempat yang jauh karena merasa akan melahirkan.
Tidak ada riwayat yang pasti dalam Al-Qur’an dan hadist berapa lama Maryam mengandung.

Maka banyak terjadi perbedaan pendapat disini :
1. Kehamilan maryam selama 9 bulan (seperti kehamilan pada umumnya)
2. Selama 8 bulan
3. Selama 7 bulan
4. Selama 6 bulan
5. Selama 3 saat (yaitu saat ditiupkan ruh, hamil, kemudian melahirkan. Jedahnya hanya sebentar)
6. Hanya dalam sesaat

Ibnu Abbas radhiyallahuanhu berkata, “Maryam pergi ke ujung lembah. Yaitu lembah bait lahm (Betlehem) yang jaraknya dan Iliya adalah empat mil.” Menjauhnya Maryam adalah untuk mengasingkan diri agar terhindar dari celaan kaumnya terhadapnya karena melahirkan tanpa suami.

Ibnu Abbas radiyallahuanhu berkata, “Yang terjadi adalah, Maryam lansung hamil dan melahirkan saat itu juga.” Karena Allah Ta’ala menyebutkan kata intibaadz (menyisihkan diri) setelah kata haml (hamil), yakni فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ.

Jika dilihat antara ayat 22 dan 23, kedua ayat tersebut diawali dengan huruf فَ ‘Fa’.
Huruf ‘fa’ menunjukkan peristiwa yang berurutan dalam waktu yang cepat.

Proses penciptaan Isa seperti penciptaan Adam yang cepat. Namun tidak ada riwayat yang termaktub dalam Al-Qur’an maupun hadist.

Ayat 23

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا

Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”

Kata أَجَاءَهَا artinya adalah memaksanya, ini bentuk fi’il muta’addi dari kata جَاءَ yang ditambahkan hamzah.

Jumhur membacanya الْمَخَاضُ dengan fathah pada miim. Sementara ibnu katsir, berdasarkan riwayat darinya, membacanya dengan kasrah. Yang bermakna derita, rasa berat, dan sakitnya melahirkan. Pola katanya, makhidat al mar’ah-tamkhadhu-makhaadhan dan mikhaadhan.

Kontraksi memaksa maryam untuk berteduh di bawah pangkal pohon kurma.

Kata إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ (pada pangkal pohon kurma), menunjukkan seolah-olah Maryam mencari sesuatu untuk bersandar dan berpegangan, sebagaimana dilakukan orang hamil karena rasa sakit. Al Jidz’u adalah pangkal pohon kurma kering yang ada di padang pasir yang tidak berdahan. Karena itu tidak dikatakan ilaa annakhlah tapi ilaa jidz’i annakhlah.

Karena menahan sakitnya kontraksi maryam berkata ” Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.

Dalam tafsir Ar Razi disebutkan bahwa ini bukanlah kalimat penyesalan apalagi kalimat ketakutan, karena lazimnya orang beriman ketika mendapat cobaan maka mereka akan mengandaikan dirinya agar mereka tidak diazab dan dihisab kelak di akhirat. Seperti halnya kisah Abu Bakar yang mengandaikan dirinya menjadi burung agar kelak ia tidak diazab dan dihisab oleh Allah.

Alasan kedua karena Masyarakat Bani Israil saat itu tidak menghormati wanita, wanita dianggap tidak berharga pada saat itu. Maryam adalah wanita suci, maka orang-orang menghormati dia, namun tetap saja mereka mencari celah dan menunggu satu peristiwa dimana mereka bisa menghinakan atau menjatuhkan maryam.

Al Qurthubi dalam tafsirnya berkata : Saya mendengar bahwa Maryam ‘alaihassalam mendengar seruan yang berkata, “Keluarlah wahai yang disembah selain Allah.” Maka ia pun sedih karena itu, dan Maryam berkata, ‘Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan’.” Kata Annasiyy dalam bahasa arab artinya adalah sesuatu yang remeh, yang perkaranya dilupakan dan tidak dihiraukan kepergiannya, seperti hilangnya seutas tali musafir dan serupanya.

Dan pendapat lainnya bahwasanya Maryam berkata ingin mati saja adalah bahwa dia bermaksud supaya orang-orang tidak lagi melakukan dosa dengan melontarkan tuduhan atau mencelah dirinya. Maryam menyadari keadaannya memberikan peluang fitnah bagi kaumnya sehingga ia tidak ingin orang lain mendapat dosa karena keadaannya itu.

Ayat 24

فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا

Maka (Jibril) menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.”

Ada perbedaan pendapat disini, siapakah yang memanggil maryam. Ada yang berpendapat itu adalah malaikat Jibril ‘alaihissalam sedangkan yang lainnya berpendapat itu adalah Isa putranya.

Suasana hati Maryam dalam ayat ini adalah sedih bukan takut. Karena ia memikirnya bagaimana nasib sang anak.

Ayat 25

وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا

Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.

Mengenai Ayat ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi pejaran bagi kita:

1. Firman Allah Ta’ala وَهُزِّي (Dan goyanglah), Allah memerintahkan Maryam untuk menggoyangkan pangkal pohon yang kering itu agar ia dapat melihat bukti lain, yaitu menghidupkan kembali batang pohon yang telah mati. Huruf ba‘ dalam kalimat بِجِذْعِ adalah sebagai tambahan yang menekankan.

Sedangkan makna جَنِيًّا adalah yang telah matang dan layak dipetik, ini dari kata juniyat atstsamarat (buah dipetik).

Ibnu Abbas berkata, “Batang pohon itu sebelumnya sudah keropos, namun ketika digoyangkan, ia melihat ke puncak batang itu, ternyata dahan-dahannya sudah tumbuh, kemudian ia melihat dahan-dahan yang tumbuh itu, ternyata sudah tumbuh pula cikal buah di antara dahan-dahan itu, kemudian menghijau, lalu menjadi buah kurma yang muda, lalu memerah, kemudian menjadi padat, lalu menjadi buah kurma yang matang. Semua itu terjadi hanya dalam sekejap mata. Lalu buah kurma matang itu jatuh ke hadapannya, tidak ada cacat sedikit pun.”

2. Perintah untuk bekerja dalam mencari rezeki adalah sunnatullah bagi para hambaNya, dan ini tidak mencemari tawakkal. Setelah melahirkan Maryam diperintahkan untuk menggoyangkan pangkal pohon.
Maryam pernah mendapatkan rezeki yang mendatanginya tanpa harus melakukan apa pun, sebagaimana dalam surat ali ‘imran ayat 37. Saat itu dia hanya sendirian, maka Allah pun tidak membebaninya dengan kelelahan. Namun setelah melahirkan Isa dan hatinya terpaut mencintai anaknya, saat itulah Allah membebaninya untuk berusaha, dan mengembalikannya kepada kondisi yang biasa, yaitu yang terkait dengan sebab akibat yang biasa terjadi di kalangan hamba-Nya.

3. Ar-Rabi bin Khaitsam berkata, “Menurutku, tidak ada yang lebih baik bagi wanita nifas daripada kurma matang, berdasarkan ayat ini. Seandainya Allah Ta’ala mengetahui sesuatu yang lebih baik daripada kurma matang bagi wanita nifas, tentu Allah Ta’ala akan memberi makan Maryam dengan itu. Karena itulah mereka berkata, ‘Kurma merupakan tradisi bagi wanita nifas sejak waktu itu. Begitu pula tahnik (mengolesi langit-langit mulut bayi dengan kurma yang telah dilumatkan).

4. Balasan bagi orang yang menjaga kesucian dirinya adalah ia akan dekat dengan pertolongan-pertolongan Allah.

Ayat 26

فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا

maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”.

Maksud dari فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا adalah makanlah dari kurma yang matang itu dan minumlah dari aliran air itu, serta bersenang hatilah dengan melihat anaknya yang seorang nabi itu. Makna aqarrallaahu ainahu adalah Allah menentramkan hatinya dengan memandang kepada orang yang dicintainya, sehingga ia pun tenang dan tentram.

Berdasarkan khabar-khabar dari para ahli hadits dan para perawi bahasa, bahwa ashshaum adalah ashshamt (diam atau tidak berbicara), karena ashshaum artinya imsaak (menahan), sementara ashshamat adalah imsaak al kalam (menaham bicara).

Jadi makna ayat ini bahwa Allah Ta’ala memerintahkan melalui lisan Jibril ‘alaihissalam atau anaknya, berdasarkan perbedaan pendapat tadi agar tidak berbicara kepada manusia, dan menyerahkan kepada anaknya mengenai hal itu, agar terlepas dari rasa malu dan agar tampak buktinya sehingga menjadi alasannya.

Az-Zamakhsyari berkata, “Ayat ini juga menunjukkan bahwa mendiamkan orang yang bodoh (tidak menjawabnya) adalah wajib.

Ayat 27

فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ ۖ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا

Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.

Diriwayatkan bahwa setelah Maryam merasa tenang karena melihat bukti-bukti itu dan mengetahui bahwa Allah Ta’ala akan menampakkan udzurnya, ia membawa anaknya dengan menggendongnya dari tempat terpencil yang ia menyusihkan diri di sana.

Ibnu Abbas berkata, “Maryam keluar dari lingkungan mereka ketika terbitnya matahari, lalu kembali lagi kepada mereka siang harinya dengan membawa seorang bayi yang digendongnya. Jadi kehamilan dan kelahiran itu hanya di saat siang hari.”

Ayat 28

يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا

Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,

Para ulama berbeda pendapat mengenai makna saudara harun ini dan siapa Harun yang dimaksud?

Suatu pendapat menyatakan, bahwa itu adalah Harun saudaranya Musa. Maksudnya adalah wanita yang kami duga seperti Harun dalam hal ibadah tapi melakukan hal semacam ini.

Pendapat lain menyatakan, berdasarkan ini, maka Maryam adalah keturunan Harun saudara Musa, karena itulah dinisbatkan kepadanya dengan sebutan saudara, karena ia termasuk keturunannya.

Pendapat lain menyatakan, ia mempunyai saudara laki-laki sebapak yang bernama Harun, karena nama ini banyak terdapat di kalangan Bani Israil, karena mereka suka mengharap keberkahan dengan nama Harun saudaranya Musa, yang mana Harun merupajan suri taulasan di kalangan bani israil.

Disebutkan dalam Shahih Muslim, dari Al Mughirah bin Syu’bah, ia menuturkan, “Ketika aku datang ke Najran, mereka bertanya kepadaku, ‘Sesungguhnya kalian membaca يَا أُخْتَ هَارُونَ padahal masa Musa sebelum Isa adalah sekian dan sekian’. Ketika aku menghadap Rasulullah shalallahualaihi wa sallam, aku menanyakan hal itu kepada beliau, maka beliau pun menjawab,
Sesunggugnya mereka itu biasa menyebut-nyebut nama para nabi dan orang-orang shalih sebelum mereka’.”

Hadits shahih tersebut menunjukkan bahwa jarak antara Musa dan Isa serta Harun terdapat beberapa masa. Jarak antara keduanya dan Harun adalah seribu tahun atau lebih.

Allahu a’lam

Ambi Ummu Salman
Depok, 25 Februari 2020

Sumber :
1. Tafsir Al-Qurtubi Surat Maryam
2. Tafsir Ibnu Katsir Surat Maryam
3. Catatan kajian Dauroh Wanita dalam AlQur’an 2017, pemateri Ustadz Herfi Ghulam Faizi, Lc.