Bejalar dari Keluarga Abu Dahdah radhiyallahu ‘anhu

Bismillahirrahmanirrahim…

Barangkali kita sering melewati dan membaca surat Al Baqarah ayat 245, bahkan mungkin diantara kita sudah ada yang menghafalnya.
Namun tahukah kita ada satu kisah yang sangat indah dibalik ayat ini, kisah dari sahabat Rasulullah yang bernama Abu Dahdah, mungkin nama sahabat ini masih asing di sebagian telinga kita. Namun, dari sosoknya lah bahkan dari keluarganya kita akan mendapatkan insipirasi dan pelajaran yang sangat berharga.

Di dalam surat Al Baqarah ayat 245 Allah subhananu wa ta’ala berfirman,

مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقْرِضُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥٓ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَٱللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۜطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”

Dikisahkan dalam banyak kitab tafsir, diantaranya tafsir ibnu katsir dan al qurtubi bahwa pada saat ayat ini turun seorang sahabat bernama Abu Dahdah radhiyallahuanhu bersegera datang menghadap Rasulullah shallallahualaihi wa sallam.

Kepada beliau Abu Dahdah mengatakan, “Tebusanmu bapak dan ibuku wahai Rasul. Benarkah Allah meminta pinjaman kepada kami padahal Ia tak membutuhkannya?” Rasulullah menjawab, “Benar. Dengan pinjaman itu Allah berkehendak memasukkan kalian ke dalam surga-Nya.”

Kembali Abu Dahdah bertanya, “Bila aku meminjami-Nya akankah itu menjaminku dan anak perempuanku Dahdah masuk surga bersamaku?” “Ya,” Rasul menjawab tegas. “Bila demikian,” kata Abu Dahdah kemudian, “ulurkan tangamu kepadaku.”
Maka Rasulullah mengulurkan tangan mulianya bersalaman dengan tangan Abu Dahdah. Dalam posisi demikian sahabat dari golongan Anshor itu menyampaikan pernyataan, “Aku memiliki dua kebun kurma. Yang satu ada di bawah dan satunya lagi ada di atas. Demi Allah, kini aku tak lagi memiliki keduanya, aku jadikan keduanya sebagai pinjaman untuk Allah ta’ala.”

Atas pernyataan Abu Dahdah ini Rasulullah bersabda, “Jadikan yang satu untuk Allah dan biarkan satunya lagi menjadi penghidupan bagimu dan keluargamu.” Abu Dahdah menimpali, “Kalau begitu aku persaksikan kepadamu wahai Rasul, aku jadikan kebun kurma yang terbaik untuk Allah. Di dalamnya ada enam ratus pohon kurma.” Mendengar ikrar sahabatnya ini Rasulullah berkomentar seraya berdoa, “Bila demikian, semoga Allah membalasmu dengan surga.”

Abu Dahdah pun undur diri. Ia segera menemui istrinya yang sedang bersama anak-anaknya di kebun kurma yang telah disedekahkan itu. Kepada sang istri ia ceritakan semuanya. “Istriku, keluarlah engkau dari kebun ini. Kebun ini telah aku pnjamkan kepada Allah,” kata Abu Dahdah kemudian.

Mendengar apa yang dikatakan Abu Dahdah sang istri menimpalinya, “Semoga beruntung jual belimu. Semoga Allah melimpahkan kebaikan bagimu pada apa yang telah engkau beli.”

Kemudian istri Abu Dahdah mendatangi anak-anaknya. Ia keluarkan apa-apa yang ada di dalam mulut mereka dan ia kibaskan apa-apa yang ada pada lengan baju mereka hingga ia sampai di kebun yang lainnya.

Melihat itu semua Baginda Rasulullah bersabda, “Begitu banyak pohon kurma besar yang menjulurkan akarnya ke Abu Dahdah di surga.”

Dan dalam riwayat lain dikisahkan,
bahwasanya seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah, Fulan mengakui pohon kurma sebagai miliknya, padahal pohon itu ada dalam kebun saya.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan supaya dia memberikan pohon itu kepadanya. Nabi bersabda, “Berikan kepadanya, kamu akan mendapatkan ganti pohon kurma di surga.” Sayang sekali, lelaki itu tidak mau mengikuti saran Nabi.

Tiba-tiba Abu Dahdah datang dia berkata, “Juallah pohon kurmamu kepadaku, aku tukar dengan kebunku.” Dia menyetujuinya. Lalu Abu Dahdah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, aku telah membeli pohon kurma itu, aku bayar dengan kebunku. Sekarang pohon kurma itu aku berikan kepadamu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Alangkah banyaknya tandan kurma yang harum baunya milik Abu Dahdah di surga kelak.” Rasulullah mengucapkan kalmiat tersebut berulang kali.

Abu Dahdah kemudian menemui isterinya, dia berkata, “Wahai Ummu Dahdah, infakkan hartaku, aku telah membelinya dengan pohon kurma di Surga.” Isterinya menjawab, “Alangkah beruntungnya jual beli (perniagaan) itu.” atau dia mengucapkan dengan kalimat yang sejenisnya.

Membaca kisah di atas ada banyak pelajaran yang bisa diambil sebagai inspirasi dan teladan bagi diri kita dan keluarga kita.

Betapa para sahabat begitu kuat dan besar keimanannya terhadap setiap apa yang disampaikan oleh Rasulullah. Ketika Rasul menyampaikan tentang pahala yang berlipat ganda atas sedekah yang diberikan, para sahabat dalam hal ini diwakili oleh Abu Dahdah dengan begitu ringannya melepas harta kekayaan yang terbaik yang dimiliki demi memilih mendapatkan anugerah yang lebih besar kelak di akhirat.

Begitulah jika iman sudah menancap kuat di dada, ketika mempelajari AlQur’an keimanannya bertambah dan senantiasa bersegera dalam menjalankan perintah yang ada di Al-Qur’an. Itulah pentingnya mengajarkan iman sebelum Al-Qur’an.

عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فَتَعَلَّمْنَا الإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا »

Dari Jundub bin ‘Abdillah, ia berkata, kami dahulu bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami masih anak-anak yang mendekati baligh. Kami mempelajari iman sebelum mempelajari Al-Qur’an. Lalu setelah itu kami mempelajari Al-Qur’an hingga bertambahlah iman kami pada Al-Qur’an. (HR. Ibnu Majah)

Juga bisa diambil satu pelajaran betapa kompaknya pasangan suami istri di masa sahabat dalam mengamalkan setiap ajaran Rasulullah. Ketika sang suami mengabarkan perihal sedekah terbaik yang telah dilakukannya sang istri memberikan dukungan terbaiknya. Ia tak protes dengan apa yang dilakukan suaminya yang telah melepas harta terbaiknya untuk disedekahkan. Inilah suami istri yang kompak dalam kebaikan, keduanya berinteraksi dengan Al-Qur’an. Hati mereka sudah tersentuh dan terbentuk dengan Al-Qur’an.

Sebagai seorang suami, Abu Dahdah telah berhasil mendidik keluarganya. Suami dan anak-anaknya mendukung apa yang dilakukan oleh Abu Dahdah tanpa sedikit pun adalah kalimat protes atau keluhan keluar dari lisan mereka terutama dari sang istri yang itu menjadi bukti baiknya agama sang istri. Terbukti dengan kalimatnya, “Alangkah beruntungnya jual beli (perniagaan) itu wahai Abu Dahdah”.

Anak membutuhkan keshalihan seorang ibu, sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan dalam surat Al Ahzab ayat 31,

وَمَن يَقْنُتْ مِنكُنَّ لِلَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتَعْمَلْ صَٰلِحًا نُّؤْتِهَآ أَجْرَهَا مَرَّتَيْنِ وَأَعْتَدْنَا لَهَا رِزْقًا كَرِيمًا

” Dan barang siapa diantara kamu sekalian (isteri-isteri nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscata Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia.”

MasyaaAllah, betapa besar jaminan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk kesholehan seorang ibu. Tidak cuma ganjaran pahala yang Allah Ta’ala janjikan, tetapi juga rizki kepada para ibu yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesholihannya.

Apa yang dilakukan istri Abu Dahdah pada anak-anaknya juga merupakan pelajaran mahal yang bisa dicontoh oleh para orang tua. Sang istri begitu berhati-hati dalam hal kehalalan sebuah makanan. Ketika ia mengetahui bahwa kebun yang terbaik itu telah disedekahkan, maka dengan segera ia keluarkan apa yang ada di mulut sang anak. Ia tak ingin kurma yang telah disedekahkan suaminya itu masuk ke dalam perut anaknya, karena ia dan keluarganya tak lagi memiliki hak atas kebun itu dan segala isinya.

Ingatlah harta yang tidak halal hanya akan melahirkan anak-anak yang rusak. Untuk melahirkan generasi yang shalih harus dengan harta yang halal.

Semoga kita mampu meneladani keshalihan Abu Dahdah dan keluarganya, rela mengorbankan dunia untuk berkumpul kembali di surgaNya. Keluarga yang tersentuh dengan tarbiyah Al Qur’an sehingga menjadikan keluarga kita kompak dan tolong menolong dalam menjalankan ketaatan.

Wallahu a’lam.

Ambi ummu Salman.

Add Comment