Bismillahirrahmanirrahim…
AYAT-AYAT PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN
Disampaikan oleh Ustadz Budi Ashari, Lc dalam Kajian Sapa Pagi untuk Wali Santri kuttab Al-Fatih.
Muqaddimah
Di Kuttab Al-Fatih tahun ajaran baru dimulai dari orangtua yang belajar dalam majelis ilmu, orangtua mengikuti kajian terlebih dahulu. Kajian Sapa Pagi bersama Yayasan Baitul Hikmah Nusantara.
Kajian orangtua yang diadakah sebelum masa sekolah dimulai sebelumnya belum pernah dilakukan, ini adalah salah satu hikmah di balik musibah yang sedang kita hadapi. Dan selalu ada hikmah besar di balik musibah dan kita berharap ada anugerah dari setiap musibah.
Orangtua belajar lebih dulu untuk mengawal proses pembelajaran anak-anak ke depannya, agar orangtua lebih siap megawal mereka karena mereka bertumbuh atas izin Allah Ta’ala dan semoga pertumbuhannya semakin baik dan semakin terlihat menyenangkan bagi penanamnya baik bagi orangtua maupun gurunya.
Hari pertama kajian dimulai dengan ayat-ayat pendidikan untuk aktifitas berilmu kedepannya, karena kita mengharapkan keberkahan dari-Nya sebelum memulai pembelajaran orang tua bersama Baitul Hikmah Nusantara selama 11 hari ke depan.
Kita mulai belajar di Al Fatih ini dengan sangat terkurikulum, bukan hanya sebatas mengkaji. Kita harus terbiasa memulai apapun dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Kita mulai dengan ayat-Nya dan semoga Allah ridho
Ayat-Ayat Pendidikan Dalam Al-Qur’an
- Kebodohan Menyebabkan Berpaling (Qs. Al-Anbiya’ ayat 24)
….بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ ٱلْحَقَّ ۖ فَهُم مُّعْرِضُونَ….”
“..Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang haq (kebenaran), karena itu mereka berpaling.”
Kebodohan itu menyebabkan orang berpaling. Orang tidak mau mendekat pada islam dan begitu memusuhi islam sampai muncul islamophobia yang muncul di berbagai tempat di berbagai tempat bahkan di negeri ini dan penyebabnya sebagaimana disebutkan dalam ayat ini yaitu karena kebanyakan mereka tidak mengetahui (tidak ilmu tentang kebenaran) dan efeknya adalah berpaling.
Kata أَكْثَرُهُمْ memiliki makna “kebanyakan mereka” artinya memang kebanyakan orang-orang yang memusuhi islam adalah karena faktor mereka tidak memiliki ilmu al haq. Karena itulah mereka berpaling.
Maka ini menjadi pelaran bagi kita, jika ada orang-orang bodoh yang mencacat syari’at islam atau menghina Allah dan rasul-Nya karena kebanyakan dari mereka tidak mengetahui / tidak punya ilmu yang haq. Maka harus ada orang-orang yang memberikan dan menyampaikan ilmu kepada mereka, harus ada yang meluruskan. Dasar-dasar ilmu syari’at (ruh syari’at islam) harus tersampaikan kepada mereka. Tugas kita adalah membuat mereka tercerahkan dengan ilmu. Karena dengan itu islam menjadi agama yang berperadaban sangat tinggi..
Harus ada orang-orang yang menyampaikan ilmu, contoh terkadang seseorang menolak syariat hanya karena dia tak tahu ilmunya. Umpama ketika pembahasan Faraid (warisan), ini bab yang sering digugat, karena laki-laki itu meandptkan jatah dua lipat dari wanita. Jika seperti ini silahkan dibantah. Karena ada pondasi dasar yang justru memuliakan wanita dalam posisii yang tinggi. Mustahil Islam mendzolimi wanita, lihatlah gaimana ketika Islam datang begitu dimuliakannya wanita, bandingkan dulu ketika zaman Jahiliyah, bandingkan dulu ketika peradaban Persia, Romawi. Bagaimana mereka bersikap kepada wanita yang disatu sisi meninggikan wnaita sampai titisan dewa dan ada yang menghina bahkan lebih hina dari manusia. Namun Islam hadir memuliakan wanita sesuai dengan fitrahnya.
Lihatlah Al-Qur’an surat An-Nisa’ yang artinya para wanita, apakah ada di Al-Qur’an surta ar rijal?tentu tidak ada. Betul memang nama-nama laki-laki lebih banyak namun akumulasi pembahasan wanita ada dalam satu surat hanya pada wanita dan wanita pun dipuji dalam alqur’an tidak hanya laki-laki.
Jadi jika sebenarnya sebagian kita berupaya menympaikan ilmu al haq secara terus menerus ke masyarakat. Maka dengan izin Allah kebanyakan masyarakat akan tercerahkan dan Allah izinkan mereka mendapatkan hidayah. Masalah terselesaikan banyak masalah dan tersisa hanya sedikit orang yang memang suka membuat fitnah.
Dan sudah terbukti di negeri-negeri non muslim di amerika, eropa dan lainnya. Mereka di sana yang belajar tentang Islam, mereka akhirnya berkata “Ternyata kami baru tahu bahwa islam untuk bukanlah agama pedang dan bukan agama darah karena islam adalag negara berperadaban tinggi”
Maka ingatlah bahwa efek paling buruk dari orang yang tidak berilmu adalah berpaling dari Al-Haq.
- Ilmu yang hanya dihapal sama dengan buta huruf (Qs. Al baqarah ayat 78)
وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ ٱلْكِتَٰبَ إِلَّآ أَمَانِىَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
“Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.”
Kata مِّيُّونَ bermakna buta huruf, dan dalam islam ini adalah sesuatu yang harus dihilangkan karena di dalam ayat ini dikatakan bahwa orang-orang yang buta huruf adalah orang-orang yang tercelah.
Sedangkan dalam defini awam kita buta huruf adalah orang yang tidak bisa baca tulis. Ada gerakan membasmi buta huruf, bahkan ada gerakan pemberantasan buta huruf Al Qur’an. Ternyata dalam ayat ini dikatakakan buta huruf bukan hanya tidak bisa baca tulis, ketika kita sudah bisa membaca dan menulis kita belum bisa dikatakan lepas dari definisi buta ruruf dalam ayat ini.
Kata أَمَانِىَّ oleh sebagian ahli tafsir diartikan sebagai hanya angan-angan mereka, dan sebagian ahli tafsir lain mengatakan bahwa kata أَمَانِىَّ bermakna dibaca atau hafalan. Sehingga oarng tua masih disebut buta huruf kalau ilmunya hanya sebatas bacaan dan hafalan.
Jadi ketika kita mengambil pendapat ahli tafsir yang kedua bahwa memberantas buta huruf bukan sebatas mengajari membaca dan menulis, bukan sebatas menghafal. Karena jika hanya sampai disutu maka ujungnya disitu maka mereka hanya akan menduga-duga dan berprasangka. Sedangkan dalam ilmu itu tidak ada prasangka, karena ilmu itu pasti dan terukur. Ada ukurannya bahwa nanti jika ada perbedaan pendapat dalam menyimpulkannya itu adalah hal yang biasa. Tetapi ilmu itu ada kejelasan,pola pikir dan cara menjelasakannya. Selain itu hanya dugaan-dugaan saja dan itu tidak cukup untuk meraih al haq.
Contoh fenomenan hari ini banyak muncul metode cepat dalam membaca Al-Qu’an. Orang bisa membaca AL-Qur’an dari nol hingga lancar dilakukan dalam waktu hitungan jam, metode kilat. Itu adalah gerakan yang baik, otomatis muslimin akan menuju gerakan selanjutnya yaitu menghafal Al-Qur’an. Maka jangan berhenti disitu (di level menghafal), kalau kita berhenti disitu kita belum belajar dari lingkaran buta huruf karena masih ummiy. Kita dikatakan keluar dari butu huruf jika sudah ya’lamunal kitab (memiliki ilmu al kitab). Jadi harus berlanjut dari mulai membaca, menghafal kemudian memiliki ilmu al kitab.
Jadi dalam Al-Qur’an seseorang dikatakan seseorang tidak buta huruf adalah ketika ia memiliki ilmu al kitab, dan ujungnya bahaya karen aujungnya adalah dzon. Seseorang yang tidak memiliki ilmu dan membuat sebuah karya dengan menggunkan dzon maka tentu itu hasilnya tidak akan baik dan justru akan menjadi bahaya.
- Hati-hati Ilmu yang Menuruti Hawa Nafsu (Qs. Al baqarah ayat 145)
وَلَئِنْ أَتَيْتَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ بِكُلِّ ءَايَةٍ مَّا تَبِعُوا۟ قِبْلَتَكَ ۚ وَمَآ أَنتَ بِتَابِعٍ قِبْلَتَهُمْ ۚ وَمَا بَعْضُهُم بِتَابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍ ۚ وَلَئِنِ ٱتَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُم مِّنۢ بَعْدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلْعِلْمِ ۙ إِنَّكَ إِذًا لَّمِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Di ayat ini orang yang dimaksud adalah orang yang berilmu, memiliki ilmu al kitab. Tetapi ternyata mereka dikalahkan oleh hawa nafsunya. Nah, ini adalah musuh orang-orang yang ilmu yaitu hawa nafsu. Orang yang berilmu kadang-kadang bisa bertindak seperti ilmu dan bertindak sejalan dengan ilmunya dan ini dikarenakan mereka bertindak karena mengikuti hawa nafsunya, sehingga Al-Qur’an mencelah betul orang yang mengikuti hawa nafsu ini. Maka hari-hati dengan hawa nafsu karena orang yang berilmu bisa jatuh dikalahkan oleh hawa nafsunya sehingga dia bertindak tidak sejalan dengan ilmunya.
Kaidah dasar tujuan orang yang berilmu adalah bisa memberi manfaat bagi orang lain dan dia tidak boleh membahayakan orang lain. Naum karena hawa nafsunya dia bisa melanggar kedua hal tersebut dan malah membahayakan orang lain bahkan kadang-kadang dia sadar dia melakukan itu demia menuruti hawa nafsunya.
- Puncak Target Ilmu Mereka Adalah Dunia (Qs. An najm ayat 29-30)
فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (29) ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى (30)
“Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
Capaian tertinggi, target paling puncak mereka adalah dunia. Jadi bagi orang yang tidak beriman apapun ilmu yang mereka capai maka target tertinggi mereka adalah dunia. Tujuan mereka seputar kesenangan dunia saja, misal lawan jenis, harta, keturunan, uang, emas perak, kendaraan, ladang, dan seterusnya.
Artinya jika kita belajar kepada orang-orang kafir ilmu apapun itu targetnya adalah dunia. Orang yang berilmu yang tujuannya dunia maka dia akan mendapatkan efek buruknya yaitu dia akan berpaling dari mengingat Allah (Dzikrullah).
Itulah mengapa Rasulullah mengajarkan do’a kepada kita, doanya yaitu:
“اللهم لا تجعل الدنيا أكبر همنا ولا مبلغ علمنا ولا إلى النار مصيرنا واجعل الجنة هي دارنا.”
“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia sbgai kgundahan terbesar kami, tidak pula akhir pengetahuan kami. Janganlah Engkau jadikan an naar tempat kembali kami, jadikanlah jannah tempat tinggal kami”
Maka perhatikan apa yang kita target dari pendidikan anak kita? kalau tager akhirnya adalah dunia maka anak-anak kita akan pasti jauh dari Allah, pasti mereka akan berpaling dari Allah. Maka hati-hati dengan dengan tujuan. Dunia ini memang sesuatu yang harus diupayakan namun jangan jadikan sebagai tujuan. Dunia adalah sesuatu yang bisa kita dapatkan namun jangan masukkan dunia dalam niat.
- Puncak Tertinggi Ilmu Mereka Adalah Kulit Kehidupan dan Lalai Akhirat (Qs. Ar rum ayat 7)
يَعْلَمُونَ ظَٰهِرًا مِّنَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ ٱلْءَاخِرَةِ هُمْ غَٰفِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.”
Muslimin hari ini silau dengan peradaban hari ini karena kita jauh sekali dari ilmu Allah subhanahu wata’ala. Kalau kita mendalami betul tentang betapa hebatnya peradaban islam dahulu, betapa hebat ilmu ulama-ulama dahulu, maka kita tidak akan kagum dengan peradaban hari ini.
Bahkan dalam hal arsitektur ilmuan mereka hari ini mengakui bahwa dulu ditangan muslimin bumi ini lebih ini. Jangan heran jika hari ini jika ilmu yang ada tidak bisa memberikan solusi, jangan heran jika sesuatu yang indah akhir ini sesungguhnya tidak indah.
Surat ini berbicara tentang orang-orang romawi yang mengendalikan peradaban dunia saat itu. Apa yang mereka buat diperadaban mereka memukai sekali. Saat ayat ini turun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam posisi Rasulullah masih berada di Makkah, dimana kondisi muslimin saat itu masih belum memiliki kekuatan, Saat itu Quraish Makkah hidup di padang pasir tandus yang jangankan bicara peradaban, bangunan mewah dan megah seperti bangunan romawi saja mereka tidak punya. Muslimin yang hidup di Makkah saat itu jumlahnya masih sedikit, tidak leluasa pergerakannya dan bahkan sebagianya masih hidup tertindas, tidak memiliki bangunan yang mentereng. Tapi lihatlah muslimin dengan kondisi semiskin apa pun dengan Al-Qur’an mereka bisa memiliki izzah yang tinggi.
Allah menyampaikan dalam ayat ini bahwa yang mereka ketahui hanya bagian kulit dari dunia saja dan mereka lalai dari keidupan ahirat. Mereka hanya megetahui ilmu yang dzohir saja. Ilmu yang dzohir itu adalah yang paling bawah dalam sisi ilmu, mereka tidak memperhatikan sisi ruh sama sekali.
Makanya jika kita berkutat di wilayah yang sama yaitu di wilayah dzohir saja tanpa memperhatikan ruh kita maka selamanya kita tidak akan menyaingin mereka. Karena mereka juga yakin muslimin tidak akan mampu menyaingin mereka.
6. Musuhnya Ilmu itu adalah AKU ( Az zumar ayat 49)
فَإِذَا مَسَّ ٱلْإِنسَٰنَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَٰهُ نِعْمَةً مِّنَّا قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلْمٍۭ ۚ بَلْ هِىَ فِتْنَةٌ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُو’
“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.”
Manusia apabila ditimpa musibah mereka berdoa kepada Allah, tetapi jika musibah berlalu dan Allah ubah dengan kenikmatan nanti akan ada kalim-kalim para ahli dan para pakar mereka berkata itu semua karena ilmu yang saya punya. Padahal saat musibah terjadi tidak ada yang berani tunjuk jari namun saat musibah berlalu mereka mengatakan semua ini karena ilmuku, dan yang seperti ini adalah fitnah.
Kita mengetahui bahwah Qarun yang kaya raya itu, Allah tenggelamkan karena dia mengatakan bahwa semua yang ia peroleh adalah karena ilmu yang dimilikinya. Maka musuh dari ilmu adalah berkata AKU. Kalau kita belajar kemudian kita sudah memiliki ilmu hindari kata AKU karena kalau bukan karena Allah Ta’ala kita tidak meiliki ilmu tersebut. Apabila kita sampai pada kesempurnaan ilmu maka pujilah Alllah subhanahu wa ta’ala.
- Ilmu Hanya Untuk Akal Yang Mau Belajar (QS. Az zumar ayat 9)
أَمَّنْ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ ٱلْءَاخِرَةَ وَيَرْجُوا۟ رَحْمَةَ رَبِّهِۦ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhan-Nya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang mau berpikir (ulul albab).”
Ilmu itu hanya untuk akal yang mau belarm, Allah berikan kita otak untuk berfikir, Allah berikan organ ini untuk berilmu tapi apakah setelah itu kita mau memakainya karena sesungguhnya orang bisa mendapatkan ilmu adalah orang yang ulul albab.
Ulul Albab, albab berasan dari kata Lub yang artinya inti dari sesuatu. Sehingga ulul albab adalah orang yang mempunyai akal dan dia memakai akalnya pada bagian paling dalam dari akalnya, inti dari akal. Artinya mereka sangat serius, kita bisa lihat ulama dahulu bagaimana kesungguhannya mereka dalam ilmu, dan ini adalah PR kita dalam mendidik anak-anak kita. Bagaimana kita bisa mendidik generasi yang berpikir, berjuang sekuat tenaga untuk meraih ilmu dan memanfaatkan akal sehat yang Allah itu berilmu sehingga dengan demikian Allah akan karuniakan mereka ilmu yang bermanfaat.
8. Orang Khusus untuk Ilmu Khusus (Qs An nahl ayat 43-44)
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (43) بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنزلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نزلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (44) }
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”
Perlu orang-orang khusus yang menjadi tempat bertanya, karena kietika kita bertanya kita akan bertanya pada orang yang ahli pada bidangnya. Maka orang-oarang khusus itu adalah mereka adalah orang yang ahli dalam suatu ilmu. Karena itu luas sekali dan kita tidak bisa menjangkaunya, maka belajarlah ilmu sampai kita menjadi tempat yang layak untuk masyarakat bertanya. Jangan asal sekolah atau mencari ilmu. Perlu orang-orang yang sungguh-sungguh belajarnya sama memiliki spesialisasi yang layak menajdi tempat bertanya bagi masyarakat, dan ketika ditanya dia mampu memberkan jawaban-jawaban yang baik dan tidak menyesatkan.
Maka Allah sampaikan bertanyalah pada Alhud dzikr, kalimatnya bukan ahli imu tapi ahli dzikr. Karena ahlu dzikr adalah orang yang mengingat. Karena nanti pada ayat berikunya dikatakan bahwa ilmu itu bukan sebatas kita menumpuk informasi tapi bagaimana ilmu itu bisa mengingatkan kita kepada Allah subhanallahu wa’ala. Maka mereka yang menjadi tempat bertanya adalah bukan mereka yang sekedar memiliki ilmu tapi juga mereka yang mengingat Allah. Maka bertanyalah kita kepada orang yang demikian.
9. Di atas Yang Berilmu Ada Yang Maha Berilmu ( Yusuf ayat 76)
فَبَدَأَ بِأَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَاءِ أَخِيهِ ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا مِنْ وِعَاءِ أَخِيهِ ۚ كَذَٰلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ ۖ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِي دِينِ الْمَلِكِ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ ۗ وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ
“Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.”
Kalau kita sekarang memiliki ilmu maka yakinlah bahwa masih ada yang lebih berilmu di atas kita. Kita belajar dari kisah Nabi Musa dalam surat Al Kahfi, Musa diminta menemui orang sholeh yang tidak dikenal untuk berguru disebabkan Musa mengucapkan kalimat yang salah. Ketika Musa ditanya oleh kaumnya “siapa yang paling berilmu di muka bumi ini?”, kemudian Musa menjawab “saya”. Maka ketika bertemu orang sholeh itu Musa tidak faham bagaimana ilmunya. maka jangan pernah berkata bahwa kita adalah orang yang paling berilmu karena di atas orang yang berilmu masih ada orang yang lebih berilmu dan diatas semua itu adalah Allah yang Al Alim yang Maha Berilmu.
Pelajaran kedua adalah diatas semua yang berilmu itu ada Allah yang menjadi semua sumber ilmu, tempat bertanya semua ilmu ketika semua ahli tidak tahu, Allah Al Alim. Itulah pentingnya generasi yang mengenal Allah dan dekat dengan Allah agar Allah bukakan ilmu kepadanya karena manusia kemampuannya sangat terbatas sekali.
10. Pendidikan Yang Mampu Menyelamatkan Generasi Dari Kesesatan (Qs. Al Jumuah ayat 2)
هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلْأُمِّيِّۦنَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
“Terjemah Arti: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Kita harus membangun sebuah pendidikan yang menyelamatkan generasi dari kesesatan, tidak cukup hanya menjadi cerdas atau pintar, dalam pendididkan islam mereka harus sukses dari kesesatan. Dan ingin sukses keluar dari kesesatan pakailah cara dalam ayat ini yaitu membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah).
Sehingga target kita bukan hanya pintar tapi mereka menjadi generasi yang mendapatkan petunjuk dari Allah dan keluar dari kesesatan.
11. Kertakwaan Guru Terbaik ( Al baqarah ayat 282)
وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱللَّهُ ۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ….
“…Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Ini adalah ayat terpanjang dalam AlQur’an, dan ayat yang terpanjang dalam Al-Qur’an ini ternyata isinya adalah ilmu duniawi. Secara khusus ayat ini berisi ilmu muamalah tentang harta khususnya tentang hutang piutang. Penutup ayatnya adalah bertaqwalah kalian kepada Allah.
Bertakwalah kepada Allah, Allah akan ajarkan ilmu kepada kalian. Jka tidak tahu ilmunya, bertakwalah kepada Allah nanti Allah yang akan ajarkan ilmunya. Maka taqwa adalah guru yang terbaik, Allah terhadap segala sesuatu itu punya ilmunya, Allah adalah sumber ilmu.
Kata وَيُعَلِّمُكُمُ ٱللَّهُ ini memiliki unsur janji, karena menggunakan fi’il mudhari yang salah makna kata kerja ini adalah bermakna “akan” , yang akan datang. Janji ini ada unsur janji, maka bertakwalah dulu nanti Allah akan memberikanmu ilmu. Kita perlu generasi yang bertakwa agar dapat mengahdirkan solusi-solusi bagi umat ini, karena ada ilmu-ilmu yang Allah dibukakan hanya untuk orang-orang bertakwa.
12. Ilmu Sesungguhnya Adalah Rasa Takut Kepada Allah (Qs. Fatir ayat 28)
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
“…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Ulama artinya adalah para ahli ilmu.
Dalam ayat ini ada dua pelajaran:
- Kita perlu berilmu supaya kita semakin takut kepada Allah. Karena kebodohan itu membuat orang berpaling dari kebenaran.
- Semestinya semakin berilmu semakin orang itu takut kepada Allah, karena hakikatnya ilmu adalah rasa takut kepada Allah. Semakin bertambah ilmu kita, tapi tidak semakin takut dan sekata pada Allah maka harus ada yang kita cek dari diri kita.
13. Yang Berilmu Harus Mampu Memberi Petunjuk ( Saba’ ayat 6)
وَيَرَى الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ الَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ هُوَ الْحَقَّ وَيَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
“Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”
Artinya orang-orang yang diberikan ilmu orang akan semakin tahu bahwa Al Qur’an itu benar. Orang yang beriman bisa memandang bahwa Alquran adalah al haq dan bisa memberikan petunjuk kepada kebenaran. Jadi orang yang berilmu itu harus menjadi lentera yang menunjukkan jalan di kegelapan, menunjuki jalan kepada masyarakat. Kalau kita tidak bisa menerangi masyarakat maka ada yang masalah dengan ilmu kita.
Penutup
Peradaban Barat fokus PERGERAKAN ILMUNYA pada BAGAIMANA, yaitu pada pengetahuan, sarana, prasarana yang digunakan untuk meraih kemenangan, kekuatan dan kesejahteraan.
Orang-orang barat hampir tidak peduli untuk menjawab (MENGAPA), yaitu: tujuan, hasil akhir dari semua kesulitan manusia ini.
Umat islam miskin dengan semua yang berhubungan dengan BAGAIMANA, mereka hanya berusaha untuk meraih ujungnya, tapi yang ditakutkan oleh mereka lupa. Dan hilang pada hal yang berhubungan dengan MENGAPA. Kalaupun ada hanya sebatas untuk menghasilkan BAGAIMANA.
Karenanya mereka (kaum muslimin) kehilangan KARAKTER PERADABANNYA dan KAPASITAS KEPEMIMPINANNYA. Serta menghasilkan berbagai bencana yang sampai sekarang tak bisa diketahui sejauh apa dimensinya.
(Prof DR Abdul Karim Bakkar, Haula At Tarbiyah wa At Ta’lim)
Allahu a’alam.
Ambi Ummu Salman (Depok, 14 juli 2020)
No Responses